Share

Kecelakaan

Author: Rimbun Cahaya
last update Last Updated: 2023-11-08 20:13:58

Dia baik dan hebat. Aku ingin seperti dirinya.

Bisikan hati Prisha mengalun di alam khayali tatkala meninggalkan ruang poli umum puskesmas kecamatan.

Usianya waktu itu baru 14 tahun dan belum pernah mengenal cinta pertama. Hatinya begitu gelisah. Antara senang, cemas, dan bingung. Jantung berdebar-debar setiap mengingat tatap mata, senyum, dan suara pak dokter.

Ia hanya ingat namanya Gavin, berikut mata abu-abunya yang menawan dan menawarkan misteri. Namun, bukan semata itu yang membuatnya kagum, melainkan sikap pak dokter yang penuh perhatian dalam melakukan pemeriksaan. Jiwa gadisnya merasa tersanjung. Apalagi ketika teringat, dokter itu sebelumnya telah membalut luka dan menolongnya bangkit ketika jatuh dari sepeda.

Sejak kecil, Prisha menyukai hal-hal yang berkaitan dengan medis. Hadiah mainan dokter-dokteran dari neneknya, saat ia berusia enam tahun, masih disimpannya sampai sekarang.

Ketika menginjak kelas IV SD, Prisha didaulat sebagai dokter cilik di sekolah. Ia bertahan menjadi koordinator UKS, membantu guru pembina UKS, sampai dirinya lulus SD. Lalu, saat melanjutkan sekolah ke pesantren, ia didaulat sebagai koordinator divisi kesehatan dalam kepengurusan asrama. Padahal baru mondok tingkat pertama. Sebab, telah menguasai dasar-dasar ilmu kesehatan, pengobatan, dan perawatan sederhana. Keahlian itu dipelajari dari neneknya yang pensiunan perawat.

Dapat dibayangkan betapa senang hatinya saat berjumpa dokter betulan. Soal ganteng itu relatif. Prisha lebih tertarik pada snelli, stetoskop, dan gaya bertanya pak dokter.

"Mendengar pake stetoskop itu, disebut teknik auskultasi, kan, Dok?" tanya Prisha, begitu pak dokter mengalungkan kembali stetoskopnya usai memeriksa.

"Bener. Eh, kok, kamu tau? Pinter," puji Dokter Gavin.

Mata Prisha berbinar-binar. "Nenekku perawat."

"MasyaAllah. Hebat. Nenekmu yang ngajarin? Atau hanya gegara kebanyakan nonton drakor?" canda pak dokter, ringan.

Prisha cemberut. "Aku fokus belajar, gak suka drakoran."

"Wow ...." Dokter Gavin bertepuk tangan. "Kamu betul-betul langka. Biasanya remaja seusiamu hobi drakoran dan ...." Mata abu-abunya bergulir mengamati Prisha dari atas ke bawah. "Tergila-gila fashion. Tapi, kulihat, kamu beda, Sha."

Panggilan "Sha" biasanya hanya Prisha terima dari orang-orang terdekatnya. Pak dokter memanggilnya demikian, seolah-olah telah mengenalnya cukup lama. Membuatnya berdebar.

"Auskultasi itu proses mendengarkan suara tubuh, supaya kita bisa membedakan mana yang normal, mana yang tidak. Yang didengar itu jantung, paru-paru, dan sistem pencernaan."

"Oh, kukira hanya jantung yang bersuara. Bagaimana bunyi paru-paru dan sistem pencernaan, ya?" Mata Prisha berbinar-binar ingin tahu. "Aku ingin sekali mempelajarinya. Apakah kita akan bisa menebak penyakit orang hanya lewat suara tubuhnya?"

"Lebih tepatnya, mendiagnosa. Suara sistem organ tubuh hanya salah satu faktor untuk diagnosa penyakit seseorang. Banyak pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk memutuskan seseorang menderita penyakit apa. Proses pemeriksaan disebut anamnesa."

"Oh, ini menarik!"

Dokter Gavin melepaskan kaca mata. Bening bola mata keabu-abuannya tampak beriak seolah tersenyum. Prisha mendesir ketika mendapati bayang-bayang wajahnya jatuh di retina mata pak dokter.

"Kamu bisa sering datang ke sini untuk belajar. Aku akan mengajarimu dasar-dasar anamnesa dengan senang hati. Itu pun kalau kamu berkenan."

Prisha nyaris melonjak kegirangan. Senyum manisnya merekah. "Tentu saja, Dok. Aku akan ke sini tiap jumat, saat libur pondok."

"Tapi ...." Keraguan membayang di wajah tampan si dokter muda. "Apakah boleh?" Tatapannya penuh selidik. "Aku nggak ngerti batasan interaksi, sejauh mana diperbolehkan. Kamu lebih paham."

"Pengobatan, pengajaran, jual beli, atau hal-hal penting lainnya, diperbolehkan asalkan tidak berkhalwat dan ikhtilat." Penuh semangat, Prisha menjelaskan. Sama sekali tidak sungkan. Pada dasarnya, ia bukan gadis pemalu. "Aku akan mengajari dokter soal itu!"

"...."

Pertemanan mereka terjalin sejak saat itu. Seminggu sekali mereka bertemu demi kepentingan belajar. Prisha tidak sendirian, selalu mengajak teman. Keterampilan medisnya meningkat pesat. Tak hanya Dokter Gavin, para perawat puskesmas pun ikut mengajari gadis yang kritis dan energik itu. Mereka menyukai Prisha yang percaya diri dan supel, serta rajin membantu bersih-bersih atau terlibat kegiatan puskesmas, setiap kali ada waktu.

Sayang sekali, semua berlangsung hanya enam bulan. Dokter Gavin pergi melanjutkan pendidikan dokter spesialis ke luar negeri. Prisha merasa kehilangan seorang idola sekaligus kakak. Ada rasa tak ingin berpisah.

Sejak saat itu, tekad menjadi dokter kian mengental dalam dirinya. Bukan semata passion yang menjadi tujuannya, tetapi karena keinginan kuat untuk berada di dunia yang sama dengan Gavin.

Dalam diari, ia tuliskan segala kenangan dan pelajaran dari Dokter Gavin. Ditutup dengan kalimat penuh tekad seorang gadis remaja yang polos.

Dokter Gavin, suatu saat nanti, aku akan membuatmu bangga.

Hari demi hari, Prisha mengukir rindu. Meski makin lama, detail wajah tampan Gavin memudar dari ingatan, seiring banyaknya aktivitas yang ia lakukan. Namun, ilmu yang diajarkan, tak lekang dari benaknya.

Tujuh tahun kemudian, saat Prisha menginjak masa koas tingkat satu di kampus kedokteran, ia mengalami momen tak terduga. Pangkal dari segala persoalan yang membelit hidupnya hari ini.

***

Malam itu akhir minggu. Seperti biasa, Prisha bermaksud mengunjungi ibunya di kompleks perumahan yang terkenal sebagai tempat eksklusif hiburan malam plus plus.

Ia turun dari taksi online ke pinggir jalan raya, tepat di depan kompleks perumahan. Sengaja Prisha tidak minta diantarkan sopir taksi ke dalam karena ingin membelikan camilan buat ibunya di minimarket depan kompleks.

Sekonyong-konyong, bunyi decitan tajam dari rem mobil, pekak membelah udara kosong. Hanya berselang satu detik, suara benturan keras terdengar membahana.

Prisha baru satu langkah dari pinggir jalan tatkala peristiwa tabrakan terjadi di seberang tempatnya berdiri.

Sebuah mobil jeep hitam mulanya mengebut di luar jalur. Tiba-tiba mobil tersebut menabrak sebuah mobil metalic mewah. Sopir mobil metalic berusaha menghindar dengan menginjak rem dan banting setir ke marka jalan. Namun, terlambat. Jeep hitam menyerbu deras hingga membentur mobil metalic sampai terbalik.

Usai menabrak, mobil jeep hitam melaju dengan kecepatan tinggi, kabur meninggalkan korbannya.

Prisha terpekik kaget. Refleks gadis itu berlari kencang mendatangi lokasi. Dalam waktu singkat, TKP dipenuhi kerumunan. Beberapa orang bekerja sama mengeluarkan penumpang mobil yang luka-luka.

Prisha memburu ke korban kecelakaan. Si korban ternyata seorang pria muda berpakaian kasual yang wajah dan kepalanya berlumuran darah.

“Tolong!” teriak Prisha ke arah semua orang, sebelum melakukan pemeriksaan.

Dua orang mendekat, ingin membantu.

“Hubungi 119!” seru Prisha.

Salah satu dari dua orang yang coba membantu, gegas menekan nomor 119 di ponselnya.

"Pak, Pak, apa bisa denger suara saya?" Prisha setengah berteriak dekat telinga korban.

Pria muda itu membuka matanya perlahan. Pandangannya kabur, tapi masih mampu menangkap siluet gadis berkerudung. "Siapa ...."

"Alhamdulillah, Bapak masih sadar!"

"Pusing ...." keluh si korban sambil mengangkat tangannya, hendak menyentuh kepala.

Rasa iba, mendorong insting Prisha bergerak menyambut tangan pria itu.

"Zikir, Pak. Tenang, yaa .... Sebentar lagi pertolongan datang."

Pria itu menggenggam lemah jemari Prisha, lalu lunglai seiring kelopak mata yang tertutup.

"Pak, Pak, bangun, Pak!" Prisha berseru cemas, lalu menepuk-nepuk bahu si korban. Namun, pria muda itu bergeming, kehilangan kesadaran.

Begitu mengecek pernapasan dan denyut nadi, Prisha menemukan kondisi kritis. Pernapasan tidak terdeteksi dan denyut nadi tidak teraba.

Rasa kemanusiaan dan kode etik sebagai dokter, mendorong Prisha meneruskan tindakan pertolongan pertama pada korban, dengan teknik RJP atau resusitasi jantung paru. Walaupun baru koas tingkat pertama, sedikit banyak Prisha sudah belajar teknik itu.

Beberapa menit kemudian, sirene ambulans berkelindan dengan sirene mobil polisi, mengaung gaduh, membuat jantung berdegup tegang dan meningkatkan kecemasan.

Namun, Prisha justru lega mendengar suara tersebut. Tim medis dari unit 119 berdatangan mendekat.

Salah satu dokter wanita yang menjadi bagian tim medis, segera membantu Prisha. Ia memeriksa denyut nadi karotis di leher kiri korban.

"Saya udah melakukan RJP, mungkin sekitar sepuluh menit," lapor Prisha, sambil tetap melakukan kompresi dada.

"Bagus, Dek!" puji si dokter, terlihat lega. "Kamu berhasil mempertahankan sirkulasi darah dengan memacu jantungnya. Andai telat sedikit saja, korban bisa tewas seketika! Denyut nadinya sudah teraba, tapi masih lemah," ungkapnya seraya memasang masker oksigen ke wajah korban. Lalu, memompakan oksigen lewat ambubag.

Prisha menghentikan tindakan. Demi meyakinkan diri, ia memeriksa ulang denyut nadi di pergelangan tangan korban. Denyut nasi itu terasa, tapi cepat dan lemah.

"Ikutlah! Kamu saksi korban!" instruksi kepala unit 119 kepada Prisha, saat melakukan evakuasi korban ke mobil ambulans.

Prisha mematuhinya. Ia ikut duduk di ambulans, mendampingi korban.

Elektrode EKG langsung dipasang ke dada korban, tersambung ke layar monitor. Terlihat gambaran listrik jantung serapat rumput, yang dalam hitungan detik mendadak membentuk garis lurus.

"RJP!" seru ketua tim 119.

Tim medis gegas melakukan resusitasi. Berlangsung sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Prisha tak lepas mengamati tata laksana gawat darurat, yang sebenarnya juga baru dipelajarinya. Ia paham gentingnya keadaan korban. Harapannya, resusitasi berhasil memicu denyut jantung yang terhenti akibat kecelakaan yang menimpa korban.

Besar sekali bahayanya jika jantung sampai gagal berdenyut. Risikonya adalah kegagalan distribusi darah yang memasok nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya, bakal terjadi malfungsi organ tubuh. Yang paling berbahaya adalah ketika otak sampai kekurangan oksigen lebih dari tiga menit. Sel-sel saraf akan hangus dan gagal fungsi. Jika terlambat ditangani, ada kemungkinan nyawa pasien tak tertolong, koma berkepanjangan, atau lumpuh.

"Adakah identitas korban?" Salah satu dokter anggota tim medis, bertanya sambil memompakan oksigen melalui ambubag ke masker oksigen korban.

Perawat yang bertugas mengontrol hemodinamik melalui layar monitor, menoleh pada Prisha. Gadis itu menggeleng, tanda tak tahu. Wajah korban sukar dikenali karena berlepotan darah. Agaknya gara-gara terbentur dasbor mobil.

"Cek dompet atau tasnya!" perintah dokter, tak sabar.

Tak ada tas kecil atau apa pun yang melekat di tubuh korban. Prisha berinisiatif merogoh saku celananya. Ia menemukan ponsel dan dompet.

"Hubungi keluarganya!" perintah dokter lagi.

Prisha mengecek isi dompet dan menemukan KTP. Ia terpaku begitu mendeteksi nama korban.

****

Related chapters

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Test DNA?

    Melihat Prisha lambat merespon, perawat lainnya meraih ponsel korban, lalu menelepon nomor teratas yang terakhir dihubungi korban."Assalamualaykum, halo, dengan Bu Karina?" Sambil menelepon, si perawat mengulurkan tangan ke arah Prisha, meminta KTP. "Apakah Anda anggota keluarga saudara Gavin Davendra? Oh, putra Ibu, ya? Saya informasikan, putra Ibu mengalami kecelakaan di jalan raya, dan sekarang dalam perjalanan menuju rumah sakit provinsi!"Usai menelepon, si perawat mengembalikan ponsel dan KTP ke Prisha.Setibanya di IGD rumah sakit, korban langsung ditangani di zona kritis sesuai prinsip code blue. Prisha melaporkan kondisi pasien kepada dokter spesialis gawat darurat serta dokter spesialis anestesi. Dokter spesialis gawat darurat memutuskan pasien harus dioperasi cito atau segera, sebab lewat pemindaian CT Scan ditemukan pasien mengalami perdarahan di daerah epidural yang terletak antara tulang tengkorak dan lapisan duramater. Lapisan duramater sendiri merupakan lapisan terlu

    Last Updated : 2023-11-08
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Mengikuti Permainan

    Prisha bergerak maju. Namun, baru selangkah, ia terjeda. Ucapan Nalini berikutnya, membuat gadis itu tercengang."Saya yang menolong putra Anda. Andai bukan saya yang menemukan dan membawanya ke rumah sakit, putra Anda sudah tewas di tempat!""Bohong!" bantah Karina keras."Tak percaya? Tanya putri saya. Dia saksi matanya!" Nalini menarik lengan Prisha hingga gadis itu maju ke hadapan orang tua Gavin.Melebar sepasang mata Prisha, mengandung protes. Akan tetapi, Nalini menajamkan tatapannya, mengandung tekanan agar putrinya itu mengikuti permainannya.Hati bening Prisha yang sensitif mendeteksi kepanikan sang ibu. Agaknya, Nalini merasa terancam oleh ayah ibu Dokter Gavin. Nalurinya sebagai seorang anak yang ingin membela ibu, seketika bangkit. Apalagi ia hanya memiliki ibu, selain nenek, sebagai anggota keluarganya. Tentu saja Prisha tak ingin membiarkan ibunya terancam."Ibu saya yang menolong Dokter Gavin. Saya saksinya. Tapi kami tidak memaksa kalian untuk percaya. Itu tidak penti

    Last Updated : 2023-11-08
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Kucing Tampan Polos

    Untuk pertama kali dalam hidup, wanita yang sangat berpengalaman menghadapi pria itu, terkesan menyaksikan sikap santun yang langka. Wajah tampan dan mata abu-abu Gavin yang eksotis, membuat Nalini tertantang menaklukkannya.Mudah ditebak, Nalini yang terampil berkomunikasi dan memiliki wawasan cukup luas, berhasil menarik perhatian Dokter Gavin. Pelan-pelan, ekspresi jijik yang sempat singgah di paras sang dokter menghilang. Tergantikan rasa terima kasih sekaligus kagum, iba, dan respek ketika Nalini menceritakan kisah hidupnya yang dramatis. "Saya berutang budi pada Anda. Izinkan saya membalasnya." Gavin meletakkan parcel di meja. "Katakan apa yang Anda inginkan. Saya akan berusaha memenuhinya."Nada suara Gavin terdengar mantap dan menjanjikan. Hati Nalini bergetar. Takjub dan serasa berada dalam mimpi. Baru kali ini ia menemukan pria yang bersedia memberi tanpa pamrih.Sementara Prisha hanya bungkam seribu bahasa. Ada tiga poin yang meresahkan jiwanya. Pertama, kebohongan yang

    Last Updated : 2023-11-09
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Bagai Roller Coaster

    Dua pasang mata indah milik Hana dan Keyko bergulir ke kiri ke kanan mengikuti langkah Prisha yang mondar-mandir gelisah dari pintu depan kamar kos ke ranjang tempat mereka duduk.Hana Laili Najwa, yang berparas secantik boneka India, sampai menguap dua kali saking bosannya menanti Prisha bercerita. Sementara Keyko Syifa Nahdhia, si gadis blasteran melayu-Jepang, berkali-kali melirik jam dinding, untuk memastikan ia tak akan terlambat hadir ujian presentasi kasus pukul 10.00 WIB nanti.Prisha memang sengaja mengumpulkan dua sahabat karibnya itu di kamar, untuk dimintai pendapat. Namun, ia tak tahu harus mulai bercerita dari mana. Kejadian kemarin, berpindah naik turun sangat drastis, bagai roller coaster. Prisha sampai-sampai mengira, ia berada di alam mimpi atau delusi, saking depresinya.Tiba-tiba gadis itu berhenti. Hana dan Keyko menegakkan kepala dan punggung, siap menyimak. Akan tetapi, apa yang terjadi? Prisha malah mencubit-cubit lengannya sendiri berkali-kali. Hana dan Key

    Last Updated : 2023-11-09
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Di Luar Prediksi

    Prisha mengecek ulang bukti transfer di aplikasi. Tampak jelas nama Gavin Devandra tercantum sebagai pengirim.Bara emosi seketika memanaskan dada sang dara. Nomor asing tersebut lekas diteleponnya. Berkali-kali nada panggil, telepon tak kunjung terjawab. Prisha serasa ingin membanting ponsel saking merasa terhina. Ia menekan dada, lalu menggerung pelan, bagai singa betina terluka.Ternyata seperti ini rasanya ketika berada di puncak ketidak berdayaan. Ingin melawan dan menolak, tapi tidak mampu. Gadis itu tergesa-gesa menelepon ibunya."Mami beneran udah berhenti kerja?""Iya, Sayang. Berkat kamu. Gavin memang marah ke Mami, tapi hanya sebentar. Dia lelaki yang sangat baik.""Mami tau Om Gavin ngirimin Sha uang kuliah dan biaya hidup?""Tau. Gavin bilang ke Mami, kok. Mami juga bakal dikirimin saban bulan. Dia memenuhi janji, nggak akan menelantarkan Mami, apa pun yang terjadi.""Kenapa, Mi? Kenapa kalian nggak memperjuangkan saja hubungan kalian? Kalo tujuan Mami adalah uang, Mami

    Last Updated : 2023-11-09
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Untouchable

    "Vin, ada para koas dan residen tingkat satu rotasi baru. Semuanya mau melapor sekaligus memperkenalkan diri. Mereka berasal dari lima kampus kedokteran. Ini data mereka." Reza, sahabat sekaligus asisten pribadi, merangkap dokter spesialis anestesi Gavin, meletakkan sebuah map cokelat ke meja.Tatapan malas, Gavin jatuhkan ke map di depannya. Lantas, dilambaikannya tangan dengan sikap bosan. "Bukan levelku. Tangani saja mereka." Reza berdeham, memperingatkan. "Elo kemaren nggak hadir launching program pendampingan dokter muda dan residen. Itu aja udah jadi catatan merah bagi dewan komisaris. Lo kemana, sih, tau-tau ngilang dua hari?"Kemaren gue stres, Bro, gegara nikahin cewek yang salah! Nyaris terlontar kalimat tersebut dari mulut Gavin. Beruntung ia lekas-lekas mengerem lidah. Bahaya jika si bawel Reza tahu statusnya. Sahabatnya yang satu itu paling tidak kuat menahan berita yang paling ditunggu-tunggunya. Berita apalagi kalau bukan tentang pernikahan Doktor dr. Gavin Devandr

    Last Updated : 2023-11-10
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Pusaran Kebingungan

    "Prisha Lavani yang mana?" Dokter Reza mengamati dokter bimbingannya satu per satu. "Ferdi, Royyan, Hana, dan Keyko, harusnya dinas di ruang oka sentral dan rawat bedah. Tapi Dokter Gavin ngasih amanah ke saya. Jadi kalian ngikutin saya. Khusus Prisha, diminta dinas ke ruang oka sentral bedah. Yang namanya Prisha, acungkan tangan!"Tak ada yang menyahut perintah Dokter Reza. Keyko dan Hana saling lirik. Sementara Ferdi selaku ketua tim, mulai berkeringat dingin. "Nggak ada yang namanya Prisha?" Reza menatap tajam para koas dan residen bimbingannya. "Namanya ada di jadwal, tapi orangnya nggak ada?" Dokter spesialis anestesi itu mengangkat dagu dan menaikkan intonasi. Sok galak, meniru Gavin. "Siapa ketua kelompok koas dari FK Universitas Mutiara?""Sa-saya, Dok." Ferdi mengacungkan tangan. Takut-takut dan gemetar."Ke mana anggota timmu yang namanya Prisha Lavani?"Ferdi melirik Keyko dan Hana, meminta jawaban. Dua gadis itu malah memasang tampang bingung. Betapa tidak? Prisha awalnya

    Last Updated : 2023-11-10
  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Manis

    Prisha masih terjebak perasaan rumit saat berdiri di depan instalasi bedah sentral rumah sakit Devandra. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap tatkala dugaan menjadi kenyataan. Sebelah hatinya ingin mengingkari. Akan lebih baik kalau Dokter Gavin yang ini bukan yang pernah dikenalnya dulu. Memusuhinya bakal lebih mudah. Sebelah hatinya yang lain, berdenyut bahagia. Akhirnya ia menemukan dokter idola yang selama bertahun-tahun menjadi motivasinya. Kebahagiaan tersebut membuatnya merasa bersalah. Muncul setitik sesal. Kepastian yang didapat, menjerumuskan hatinya ke lubang harapan yang dulu sempat ditimbun. Harapan tersebut, terlalu mengerikan. Begitu terkuak, benih-benih rasa masa lalu dengan cepat tersemai kembali, tak terkendali. Prisha takut sekali mengkhianati ibunya jika ia biarkan rasa itu tumbuh berbunga. Dihadapkannya seluruh tubuh ke kaca tebal transparan yang menjadi pintu gerbang instalasi bedah sentral DIMS Hospital. Tampak bayangan sosok gadis berkerudung dan gamis, b

    Last Updated : 2023-11-10

Latest chapter

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Rasa yang Sama

    Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Mana Aku Berani?

    “Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Aku Menyukaimu

    “Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Kenapa Bukan Kamu Saja?

    “Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Enggan

    Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Menggemaskan

    “Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Terpana

    Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Murah Hati

    Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke

  • TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU   Pengalaman Pertama

    Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa

DMCA.com Protection Status