Aku harus menunggu tiga puluh menit untuk jam penerbangan menuju ke Jakarta. Naik pesawat bukan yang pertama kali bagiku. Karena waktu aku masih muda dan bekerja sebagai Baby Sister di Jakarta, sering naik pesawat ikut dengan bosku ke mana saja. Pernah ke Pontianak ke Bali dan ke Jogja menggunakan pesawat. Jadi naik pesawat sudah terbiasa dan tidak takut lagi. Setelah sekian lama aku tidak naik pesawat seperti orang asing. Apalagi saat itu sama sekali aku tidak memegang ponsel. Hanya buku kecil yang kubawa untuk menemani saat aku menanti pesawat menuju ke Jakarta datang . Jadi tidak bisa mengambil foto atau mengucapkan salam terakhir untuk anak-anakku. Yang membuat mata ini terasa seolah terus basah atas ketidakdiran saudara-saudaraku saat akan meninggalkan negaraku dan menuju ke Singapura. Tidak ada kehadiran adikku, Wawan dan Delia yang menengok keberadaanku di penampungan. Menanyakan kabar dan kesehatan serta anak-anaku. Apalagi menawarkan untuk merawat mereka. Lebih m
Sudah tiga hari aku berada di kantor pusat PT Kencana milik bu Ratih yang ada di Tanjung Pinang. Selama 3 hari itu aku belajar mengerjakan soal-soal yang akan diadakan ujian di sana. Aku juga menjalani perlengkapan persiapan menuju negara tujuan termasuk latihan membersihkan rumah dan bekerja di sana serta memasak dan pekerjaan yang lainnya. Berita yang aku dengar dari teman-teman yang akan berangkat dari PT cabang ke pusat bahwa Mbak Sarinem adalah wanita atau pembantu yang galak dan tidak memberi makan nyatanya selama 3 hari di sana aku mendapatkan perlakuan yang baik dari Mbok Sarinem. Sebenarnya apa yang orang berikan terhadap kita tergantung dari diri kita sendiri. Di sana 3 hari belajar untuk mandiri dan menuruti semua perintah Mbak Sarinem. Tidak pernah aku membantah sedikitpun apa yang dia perintahkan dan ajarkan. Bahkan aku di sana membersihkan atap rumah. Banyak teman calon TKW yang berada di sana mengira kalau aku ini cari muka agar disayang oleh Mbak Sarinem dan bu Ratih.
Aku dan dua temanku dibawa oleh pegawai bu Kristin ke agencynya. Di sana sudah kumpul beberapa teman sesama TKW yang mengenakan seragam orange. Mereka duduk dengan rapi di bangku. AKu langsung masuk ke ruangannya Bu Kristin untuk di data. Setelah itu boleh bergabung dengan teman yang lain di ruangan besar. Baru saja ramah tamah dengan teman lain,pegawai Bu Kristin datang dan memintaku untuk bersiap. Katanya mau pergi ke kantor imigrasi yang ada di negara itu. Hanya mengenakan celana panjang dan jaket aku hanya ikut dengan pegawai itu.MAsih menggunakan mobil yang menjemputku dan dua kawan lainnya. Kami menuju sebuah gedung untuk ngurus visa dan pembekalan. Disela kesibukan yang tidak berhenti aku berbincang dengan dua temanku yang dari jawa Timur."Mbak, dapat job apa?" tanyaku pada temanku itu."Aku bersih-bersih rumah dan jaga anjing," jawab temanku."Wah jaga anjing? Kok mau sih Mbak?" tanyaku."Yah bagaimana lagi. Semua job di sini harus diambil agar cepat terbang tidak lama di pe
Aku mendapatkan tempat satu kamar dengan dua putri dari Nyonya Halimah. Mereka tidur di atas ranjang yang bertingkat sementara aku menggelar tikar di bawah ranjang itu.Nyonya Halimah juga memberikan aku bantal, selimut, guling di dalam kamar. Bisa melihat pemandangan kota itu dari apartemen itu. Entah kota apa tepatnya, aku tidak tahu. Juga lupa sesuai dengan yang tertera dikontrak. Negara Singapura adalah negara yang sangat bersih,rapi, dan tertata rapi. Hanya terdengar suara kereta yang melintas di dekat apartemen.Aku berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa. Ingatan kepada anak-anak di kampung halaman membuat susah tidur.Besok akan mulai bekerja di rumah apartemen Nyonya Halimah dengan lima anak. Tapi aku tidak melihat suami Nyonya Halimah.Di mana suami Nyonya Halimah? Apakah dia janda? Tapi waktu tanda tangan kontrak ada suaminya. Tuan Daud. Ah pasti besok bertemu dengan Tuab Daud.Sebelum berangkat tidur Nyonya Halimah memberikan kertas kepadaku yang isinya daftar p
Tidak terasa aku sudah seminggu bekerja dengan Nyonya Halimah. Selama bekerja dengan dia aku mendapatkan perlakuan yang sangat baik. Makan yang cukup serta dia memberikan pakaian yang banyak kepadaku. Baju-baju Melayu yang panjang serta kerudung. Nyonya Halimah juga memerintahkan kepadaku jika aku sedang keluar rumah maka harus mengenakan kerudung tidak boleh seperti ini. Aku sangat beruntung sekali mempunyai majikan seperti dia. Walaupun ucapannya sangat keras namun dia sangat baik. Begitu juga dengan anak-anak mereka. Walaupun anak bos tapi tidak pernah memerintahkan hal yang buruk kepadaku. Mereka selalu mengerjakan pekerjaan sendiri. Seperti mengambil handuk dan melipat baju.Aku sudah tidak mengingat anak-anakku di rumah. Do'aku agar krasan dan segera mendapatkan gajian. Sehingga aku bisa mengirim uang untuk membeli susu Zaki.Apa yang kita impikan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah 2 minggu aku bekerja di sana terjadi sesuatu yang tidak kusadari. Mungkin menurutku t
Aku mencoba sabar dan pasrah dengan musibah yang aku alami barusan. Bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Toh, tidak bisa diulang. Orang yang kuanggap baik hati nyatanya lebih tega dari orang keturunan. Bahkan dia tidak memberikan kesempatan untuk tahu apa alasan mengembalikan pada agency penyalur tenaga kerja. Bagaimana cara menghubungi keluarga di rumah. Tidak memegang Hp bahkan uang saja tidak ada hanya ada beberapa dollar Singapura sebagai pegangan. Bagaimana kalau kelaparan di negeri orang. Untung saja Mom Kristin tidak marah denganku. Dia mau mencarikan majikan yang baru untukku. Di dalam ruang tunggu bertemu dengan teman yang dari beberapa daerah di Indonesia. Ada orang Sunda, Jawa bahkan orang Lampung. Mereka mempunyai nasib yang sama denganku. Bahkan ada yang baru seminggu dikembalikan pada agency karena tidak bisa menggosok baju dengan benar. Banyak yang beranggapan kalau kerja di luar negeri itu sangat enak dan mempunyai uang yang banyak. Faktanya banyak sekali yang m
Aku menarik koper bajuku dan menyimpannya bersama dengan koper teman yang lain. Ternyata banyak juga para TKW yang dipecat oleh majikannya. Ada juga yang kabur ke agency karena tidak kuat menjalankan pekerjaan yang sangat berat. Mereka memilih kabur daripada harus bekerja seperti budak saja. Wajah-wajah lesu dan lemah terpancar dari wanita-wanita itu. Tidak terkecuali salah satu wanita yang stress dan frustasi karena dugaan pelecehan terhadapnya. Dia langsung menuju ke pojo ruangan yang menghadap pada jendela luar.Penampungan itu adalah sebuah ruangan yang cukup luas tanpa sekat. Hanya satu kamar utama yang pintunya terkunci. Ada dapur besar dan kamar mandi yang cukup besar. Di dinding tertempel lemari. Sementara atasnya sudah penuh dengan koper. Masing-masing lemari gantung itu sudah ada nomer dan kuncinya masing-masing. Kebetulan aku pas datang kesana sudah tidak kebagian lemari. Koperku tak taruh di atas lemari itu.Mbak Yuni segera memerintahkan untuk menyapu dan membersihkan rua
Ternyata penampungan di situ memang sangat angker. Bukan sekali atau dua kali bahkan sering mereka diganggu oleh makhluk yang menghuni tempat itu. Mereka kemudian berkumpul dan langsung menggelar kasur lantai. Takut ada sesuatu yang akan menganggu padahal masih sore. Pantes saja, mereka tidak berani sendirian pergi ke kamar mandi ternyata itu sebabnya. AKu hanya diam, ikut menggelar kasur lantai di samping Tina. Sementara gadis yang agak gila itu tidak boleh tidur bareng dengan teman yang lain.Mbak Yuni berpesan sebelum tidur agar mengunci pintu ruangan dan menyembunyikan semua pisau atau gunting. Takut gadis itu kilaf dan menggunakan untuk mencelakakan orang lain. Kenapa tidak langsung dibawa ke rumah sakit jiwa sih. Mengapa harus disembunyikan. Benar-benar tidak beres agency yang aku ikuti ini.Sampai malam kami tidak bisa tidur hanya terus bercerita untuk mengisi waktu luang. Menunggu gadis itu tidur dan aman."Tin, kenapa kamu betah sih dengan agency yang seperti ini?" tanyaku sa