BAB KE : 57 ULAR JELMAAN RATU KENCANA WANGI DAN GANAYANA Entah dari mana ular itu datangnya, padahal lapangan voli yang ada di lingkungan pabrik tersebut cukup bersih, tak ada semak yang tumbuh di sana, kalau pun ada, itu adalah beberapa kembang yang tertata dengan rapi "Awas, Sam!? Ada ular!" teriak Ronal ketika matanya melihat dua ekor ular di pinggir jalan yang masih menyatu dengan rumput hijau lapangan voli. Secara kebetulan, sebelum ular itu menyerang mereka, mata Ronal sempat melirik ke arah pinggir jalan yang ditumbuhi rumput tipis. Sehingga dia mengetahui keberadaan binatang tersebut. Mendengar teriakan Ronal dengan refleks Samsul yang berada di pinggir lapangan melompat ke tengah jalan, tapi sialnya ular itu malah mengejar Samsul, tanpa mempedulikan Ronal yang saat ini justru posisinya lebih dekat dengan ular-ular tersebut. "Samsul, ular itu mengejarmu!" Kembali Ronal berteriak memperingatkan Samsul. Setelah melirik ke belakang, Samsul mempercepat larinya, sehingga j
BAB KE : 58SAMSUL DIJITAK SILUMAN 16+Samsul dan Ronal memang tidak melihat keberadaan makhluk astral di ruangan mereka. Namun, sebenarnya sejak tadi Ratu Kencana Wangi dan Ganayana telah berada di ruangan itu. Ratu Kencana Wangi masih kesal kepada Samsul. Kekesalannya semakin memuncak ketika mendengar ocehan Samsul yang sok ustad kepada Ronal.Akhirnya Ratu Kencana Wangi membisikan kalimat tersebut di kuping Samsul, setelah itu meniup tengkuk Samsul yang membuat lelaki itu merinding, tapi Samsul tidak mau memperlihatkan ketakutannya pada Ronal. "Lalu, kenapa tidak semua orang mengalami hal seperti yang dialami keluarga saya?"Pertanyaan Ronal, membuat Samsul mengalihkan pandangannya pada temannya itu. Samsul membenarkan duduknya, mengeser kursi lebih ke depan lagi, sehingga perutnya kini menyentuh bibir meja. Ronal dan Samsul duduk di pisahkan oleh sebuah meja kayu. Di meja inilah tempat Ronal mengerjakan tugasnya selama di kantor. Di atas meja tersebut ada beberapa buku yang
BAB KE : 59 WANITA HAMIL DI PINGGIR JALAN 16+Setelah sampai di area parkir, Ronal segera masuk ke dalam mobilnya, sesaat kemudian mobil itu melaju menuju pintu gerbang dengan kecepatan pelan. Di pintu gerbang Ronal disambut dengan salam hormat oleh dua orang tenaga keamanan yang bertugas. Dengan ramah Ronal membalas salam karyawannya tersebut. Ketika mobil Ronal melewati pintu gerbang, salah satu satpam menatap ke dalam mobil Ronal, tatapanya mengarah ke bangku tengah. Tapi tatapan itu tidak begitu lama, karena mobil Ronal terus melaju. "Siapa tadi yang bersama Bos, Jo?" tanya satpam tersebut pada rekanya yang bernama Jojo. "Siapa? Saya tidak melihat siapa-siapa." Rekanya balik bertanya. "Itu tadi di jok tengah, ada perempuan cantik bersama seorang anak kecil," jawabnya dengan mengernyitkan kening. "Nggak tahu saya. Saya tadi tidak memperhatikan," kata Jojo sambil mengangkat bahu, kemudian mereka kembali ke pos yang berada dekat pintu gerbang pabrik tersebut. Jojo tidak te
BAB KE : 60JALAN YANG ANEH 16+Mobil kembali melaju membelah gelapnya malam. Jalan yang tidak rata membuat guncangan pada mobil. Setiap ada guncangan yang agak keras, Ronal menatap kaca spion dalam, untuk melihat ibu hamil yang duduk di bagian tengah. Ada rasa khawatir di hati Ronal, takut terjadi apa-apa dengan kandungan ibu tersebut. Apa lagi, Ronal selalu ingat pada Tiwi yang perutnya hampir sama besarnya dengan perut ibu yang ada di mobilnya saat ini. Sekali lagi Ronal menatap kaca spion dalam, ketika mobilnya mengalami guncangan yang cukup keras, mungkin roda mobil masuk ke dalam lubang yang cukup besar, sehingga membuat guncangan sedemikian rupa. "Mbak, baik-baik aja, kan?" tanya Ronal sambil menatap wajah ibu tersebut dari kaca spion. Di mata Ronal, wajah ibu itu terlihat sangat pucat. "Ya, saya baik-baik aja, Mas," jawab perempuan tersebut. Ingin meyakinkan diri, Ronal berpaling ke belakang menatap wajah si ibu, "benar, Mbak nggak apa-apa?" tanya Ronal ingin memastika
BAB KE : 61 JALAN MENUJU PEMAKAMAN UMUM 16+Untung masih ada batu-batu yang menancap ke dalam tanah, sehingga mobil Ronal masih bisa melewatinya. Tidak terbayangkan bila lewat di jalan ini saat musim hujan, pasti roda mobilnya akan slip."Jalanya jelek, ya, Mas?" tanya Kencana ketika melihat Ronal berdecak, karena rumitnya mengendalikan mobil. "Iya, Mbak. Makin ke sini jalannya semakin jelek," jawab Ronal sambil fokus menatap permukaan jalan. "Sayangnya tidak ada tempat putaran, kalau ada sebaiknya Mas kembali. Biar kami lanjutkan perjalanan dengan jalan kaki," kata Kencana seperti menyesal. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya akan mengantarkan sampai ke rumah Mbak," jawab Ronal.Demi melihat keadaan jalan yang sepi dan gelapnya malam membuat Ronal bertekad untuk mengantar Kencana sampai ke rumahnya, walaupun ada tempat berputar, dia tidak akan berbalik dan meninggalkan ibu hamil ini begitu saja. Sungguh tidak tega dia membiarkan ibu yang sedang hamil itu harus menempuh perjalanan dala
BAB KE : 62 PENGAKUAN KENCANA 16+"Ya, Mbak. Terima kasih." Ronal meraih gelas di atas meja, lalu menyeruput teh hangat yang ada di dalamnya. Ronal meminum air tersebut beberapa teguk, sehingga isinya tersisa tidak sampai setengah gelas lagi. Ronal sengaja melakukan itu karena dia akan segera pamitan. Dia ingin secepatnya keluar dari rumah ini, entah kenapa hati Ronal semakin tidak nyaman. Seperti ada rasa was-was yang timbul di sana. "Terima kasih atas air tehnya, Mbak. Sampaikan salam saya pada suami anda, dan saya pamit dulu." Ronal bangkit dan berpamitan setelah meletakan gelas di atas meja. Ronal berusaha bersikap sewajar mungkin dengan menutup kegugupan yang tiba-tiba muncul di hati, bahkan seperti ada degupan yang tidak biasa di dalam dada lelaki itu. Ronal menyengaja untuk tidak bersalaman dengan Kencana, dia berjalan menuju pintu dengan melewati Kencana begitu saja. "Apakah anda telah melupakan saya, Mas?" tanya Kencana dengan mata mengarah ke punggung Ronal.Pertan
BAB KE : 63PERLAWANAN RONAL YANG SIA-SIA 16+ Di depan Ronal sekarang terlihat seorang wanita dengan memakai pakaian ala ratu seperti di jaman kerajaan masa lalu. Dengan hiasan tiara di kepala membuat penampilannya semakin bersahaja. Sangat cantik!Namun, kecantikan perempuan itu justru membuat Ronal ketakutan dengan wajah memucat, bahkan bibirnya sampai gemetar. Hal ini terjadi karena Ronal memang pernah melihat dan bertemu dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Dia adalah Ratu Kencana. Ratu Kencana yang telah membuat prahara dalam kehidupan rumah tangga Ronal. Ronal masih ingat peristiwa yang terjadi di rumah barunya beberapa bulan yang lalu. Inilah yang dia takutkan, takut akan tuntutan dan ancaman yang pernah diucapkan Ratu Kencana. Begitu pula dengan ucapan makhluk berujud kakek yang membawa cangkul malam itu. Dimana kakek tersebut meminta pertanggungjawaban Ronal dengan apa yang telah dia lakukan dengan ratunya tersebut. Malam itu, si kakek menyebut nama ratunya a
BAB KE : 64RONAL JATUH PINGSAN 16+Hanya beberapa senti lagi, jarak selendang yang telah berubah kaku seperti baja itu akan menyentuh leher Ronal, tiba-tiba..."Plakkk!"Sebuah cahaya biru sebesar bola tenis menghantam ujung selendang tersebut yang membuat serangan Ratu Kencana Wangi luput dari sasaran. Baja itu kembali berubah menjadi selendang. "He he he!" Suara tawa terkekeh terdengar santer dari belakang Ronal, persisnya di dekat pintu pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah.Ronal mengangkat kepala, menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Ya, Tuhan!" Ronal terkejut, refleks dia menarik tubuh dengan beringsut menjauh dari pintu kamar. Di pintu kamar, terlihat sosok orang tua bertubuh kecil dengan wajah menyeramkan, dialah yang menyelamatkan Ronal dari serangan Ratu Kencana Wangi."Apa yang kamu lakukan, Ganayana!?" bentak Ratu Kencana Wangi dengan tatapan tajam ke arah makhluk kerdil tersebut. Jelas kekesalan terlihat di wajahnya, karena serangannya digagalkan oleh Gana