BAB KE : 59 WANITA HAMIL DI PINGGIR JALAN 16+Setelah sampai di area parkir, Ronal segera masuk ke dalam mobilnya, sesaat kemudian mobil itu melaju menuju pintu gerbang dengan kecepatan pelan. Di pintu gerbang Ronal disambut dengan salam hormat oleh dua orang tenaga keamanan yang bertugas. Dengan ramah Ronal membalas salam karyawannya tersebut. Ketika mobil Ronal melewati pintu gerbang, salah satu satpam menatap ke dalam mobil Ronal, tatapanya mengarah ke bangku tengah. Tapi tatapan itu tidak begitu lama, karena mobil Ronal terus melaju. "Siapa tadi yang bersama Bos, Jo?" tanya satpam tersebut pada rekanya yang bernama Jojo. "Siapa? Saya tidak melihat siapa-siapa." Rekanya balik bertanya. "Itu tadi di jok tengah, ada perempuan cantik bersama seorang anak kecil," jawabnya dengan mengernyitkan kening. "Nggak tahu saya. Saya tadi tidak memperhatikan," kata Jojo sambil mengangkat bahu, kemudian mereka kembali ke pos yang berada dekat pintu gerbang pabrik tersebut. Jojo tidak te
BAB KE : 60JALAN YANG ANEH 16+Mobil kembali melaju membelah gelapnya malam. Jalan yang tidak rata membuat guncangan pada mobil. Setiap ada guncangan yang agak keras, Ronal menatap kaca spion dalam, untuk melihat ibu hamil yang duduk di bagian tengah. Ada rasa khawatir di hati Ronal, takut terjadi apa-apa dengan kandungan ibu tersebut. Apa lagi, Ronal selalu ingat pada Tiwi yang perutnya hampir sama besarnya dengan perut ibu yang ada di mobilnya saat ini. Sekali lagi Ronal menatap kaca spion dalam, ketika mobilnya mengalami guncangan yang cukup keras, mungkin roda mobil masuk ke dalam lubang yang cukup besar, sehingga membuat guncangan sedemikian rupa. "Mbak, baik-baik aja, kan?" tanya Ronal sambil menatap wajah ibu tersebut dari kaca spion. Di mata Ronal, wajah ibu itu terlihat sangat pucat. "Ya, saya baik-baik aja, Mas," jawab perempuan tersebut. Ingin meyakinkan diri, Ronal berpaling ke belakang menatap wajah si ibu, "benar, Mbak nggak apa-apa?" tanya Ronal ingin memastika
BAB KE : 61 JALAN MENUJU PEMAKAMAN UMUM 16+Untung masih ada batu-batu yang menancap ke dalam tanah, sehingga mobil Ronal masih bisa melewatinya. Tidak terbayangkan bila lewat di jalan ini saat musim hujan, pasti roda mobilnya akan slip."Jalanya jelek, ya, Mas?" tanya Kencana ketika melihat Ronal berdecak, karena rumitnya mengendalikan mobil. "Iya, Mbak. Makin ke sini jalannya semakin jelek," jawab Ronal sambil fokus menatap permukaan jalan. "Sayangnya tidak ada tempat putaran, kalau ada sebaiknya Mas kembali. Biar kami lanjutkan perjalanan dengan jalan kaki," kata Kencana seperti menyesal. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya akan mengantarkan sampai ke rumah Mbak," jawab Ronal.Demi melihat keadaan jalan yang sepi dan gelapnya malam membuat Ronal bertekad untuk mengantar Kencana sampai ke rumahnya, walaupun ada tempat berputar, dia tidak akan berbalik dan meninggalkan ibu hamil ini begitu saja. Sungguh tidak tega dia membiarkan ibu yang sedang hamil itu harus menempuh perjalanan dala
BAB KE : 62 PENGAKUAN KENCANA 16+"Ya, Mbak. Terima kasih." Ronal meraih gelas di atas meja, lalu menyeruput teh hangat yang ada di dalamnya. Ronal meminum air tersebut beberapa teguk, sehingga isinya tersisa tidak sampai setengah gelas lagi. Ronal sengaja melakukan itu karena dia akan segera pamitan. Dia ingin secepatnya keluar dari rumah ini, entah kenapa hati Ronal semakin tidak nyaman. Seperti ada rasa was-was yang timbul di sana. "Terima kasih atas air tehnya, Mbak. Sampaikan salam saya pada suami anda, dan saya pamit dulu." Ronal bangkit dan berpamitan setelah meletakan gelas di atas meja. Ronal berusaha bersikap sewajar mungkin dengan menutup kegugupan yang tiba-tiba muncul di hati, bahkan seperti ada degupan yang tidak biasa di dalam dada lelaki itu. Ronal menyengaja untuk tidak bersalaman dengan Kencana, dia berjalan menuju pintu dengan melewati Kencana begitu saja. "Apakah anda telah melupakan saya, Mas?" tanya Kencana dengan mata mengarah ke punggung Ronal.Pertan
BAB KE : 63PERLAWANAN RONAL YANG SIA-SIA 16+ Di depan Ronal sekarang terlihat seorang wanita dengan memakai pakaian ala ratu seperti di jaman kerajaan masa lalu. Dengan hiasan tiara di kepala membuat penampilannya semakin bersahaja. Sangat cantik!Namun, kecantikan perempuan itu justru membuat Ronal ketakutan dengan wajah memucat, bahkan bibirnya sampai gemetar. Hal ini terjadi karena Ronal memang pernah melihat dan bertemu dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Dia adalah Ratu Kencana. Ratu Kencana yang telah membuat prahara dalam kehidupan rumah tangga Ronal. Ronal masih ingat peristiwa yang terjadi di rumah barunya beberapa bulan yang lalu. Inilah yang dia takutkan, takut akan tuntutan dan ancaman yang pernah diucapkan Ratu Kencana. Begitu pula dengan ucapan makhluk berujud kakek yang membawa cangkul malam itu. Dimana kakek tersebut meminta pertanggungjawaban Ronal dengan apa yang telah dia lakukan dengan ratunya tersebut. Malam itu, si kakek menyebut nama ratunya a
BAB KE : 64RONAL JATUH PINGSAN 16+Hanya beberapa senti lagi, jarak selendang yang telah berubah kaku seperti baja itu akan menyentuh leher Ronal, tiba-tiba..."Plakkk!"Sebuah cahaya biru sebesar bola tenis menghantam ujung selendang tersebut yang membuat serangan Ratu Kencana Wangi luput dari sasaran. Baja itu kembali berubah menjadi selendang. "He he he!" Suara tawa terkekeh terdengar santer dari belakang Ronal, persisnya di dekat pintu pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah.Ronal mengangkat kepala, menoleh ke arah sumber suara tersebut. "Ya, Tuhan!" Ronal terkejut, refleks dia menarik tubuh dengan beringsut menjauh dari pintu kamar. Di pintu kamar, terlihat sosok orang tua bertubuh kecil dengan wajah menyeramkan, dialah yang menyelamatkan Ronal dari serangan Ratu Kencana Wangi."Apa yang kamu lakukan, Ganayana!?" bentak Ratu Kencana Wangi dengan tatapan tajam ke arah makhluk kerdil tersebut. Jelas kekesalan terlihat di wajahnya, karena serangannya digagalkan oleh Gana
BAB KE : 65GALOGENTANG SI KAKEK ANEH 16+Ronal menggeliat, terdengar suara lenguhan dari mulutnya, perlahan mata lelaki itu terbuka. Beberapa kali Ronal mengucek mata dan memfokuskan pandangan menatap langit-langit yang terhalang oleh kain halus transparan.Sesaat kemudian, Ronal memutar arah pandangan, menyapu ruangan dengan matanya. Rupanya dia sedang terbaring di atas sebuah ranjang yang sekelilingnya ditutupi oleh kelambu berwarna hijau transparan. Kening Ronal berkerut ketika melihat kembang yang bertebaran di sekeliling tubuhnya, aroma wangi kembang tersebut menguar memasuki hidung lelaki itu. "Di mana aku?" tanya Ronal dalam bentuk gumaman, dia segera bangkit dan duduk bersilonjor dengan mata menyapu ke seluruh ruangan. Ruangan yang sangat indah dengan hiasan mewah. Di dinding bergelantungan beberapa lukisan dan hiasan seperti tanduk rusa. Ada satu set meja yang terbuat dari kayu jati berukir di sisi ranjang. Ruangan itu cukup besar. Ronal coba mengingat apa yang terjad
BAB KE : 66NIAT RONAL UNTUK KABUR 16+Ya, apa artinya! Jika dia diselamatkan oleh makhluk yang sama jahatnya dengan Ratu Kencana Wangi. Ibarat kata, selamat dari mulut ular, tapi masuk ke mulut buaya, itu yang dikhawatirkan Ronal. Apa lagi, nama kakek tersebut juga terdengar aneh, Galogentang.Mana ada manusia yang memiliki nama seaneh itu, pikir Ronal. "Saya bukan dari kelompok Ratu Kencana Wangi! Saya menyelamatkan kamu bukan hanya sekedar kasihan kepadamu, tapi juga ingin menuntut balas atas kematian istri saya," jawab Galogentang dengan rahang mengeras. Wajahnya semakin merah, mungkin karena besarnya kesumat yang ada di dalam hatinya. "Nah, benar kan?" pekik Ronal, tapi dalam hati. Ternyata benar, niatnya tidak semata-mata untuk menolong Ronal. Tidak ikhlas, tapi ada tujuan lain dibalik semua itu. "Owh, karena balas dendam, toh," Ronal tersenyum ke arah si kakek. Walau demikian, kecurigaan Ronal mulai berkurang, karena si kakek memiliki misi tersendiri. Mungkin si kakek b