BAB KE : 55 JANGAN TIDUR DI WAKTU MAGHRIB 16+Suara perempuan itu membuat Ronal dan Tiwi terlonjak kaget, sehingga irama jantung mereka jadi berubah dengan degupan yang semakin keras. Ingin rasanya Ronal memaki, tapi melihat siapa yang ada di depan pintu, Ronal mengurungkan niatnya. Di depan pintu kamar terlihat Bu Darmi. Dengan raut wajah yang penuh rasa cemas dan langkah bergegas dia menghampiri ranjang di mana Ronal dan istrinya sedang berada. Bersamaan dengan Bu Darmi, juga ada Tika. Gadis itu berjalan seperti menempel pada ibunya.Rupanya teriakan Tiwi telah membuat mereka terjaga dari tidurnya. Ketika mendengar suara ribut-ribut yang datang dari kamar Tiwi, Bu Darmi dan anak bungsunya berhamburan datang ke sana. "Tiwi mimpi buruk, Bu. Tapi, sudah nggak apa-apa," jawab Ronal setelah berhasil menekan degup di jantungnya. "Mimpi buruk?" gumam Bu Darmi sambil mempercepat langkahnya menuju ke arah ranjang. Setelah berada di samping ranjang, Bu Darmi menatap Tiwi dan Ronal be
BAB KE : 56 KEDATANGAN ULAR BELANG MERAH DI PABRIK RONAL 16+Rupanya mimpi buruk yang dialami Tiwi tidak hanya sekali saja, sudah lima malam berturut-turut mimpi itu selalu datang mengganggu. Padahal Tiwi telah mengikuti saran ibunya untuk tidak tidur di waktu Maghrib. Bukan hanya tidak tidur di waktu Maghrib, bahkan Tiwi tidak mau masuk kamar tidur sebelum mata benar-benar mengantuk. Pernah juga Tiwi masuk kamarnya di saat hampir pukul sebelas malam, tapi mimpi itu tetap saja datang mengganggu, bahkan Tiwi merasa takut untuk tidur di malam hari.Dengan demikian, tentu semua keluarga terkena imbasnya. Bu Darmi terpaksa setiap malam tidur di kamar Tiwi untuk menjaga anak sulungnya yang lagi hamil itu. Begitu pula dengan Tika, dia pun ikut serta tidur di kamar kakaknya tersebut. Namun, Tika ikut tidur di sana bukan niat menemani Tiwi, tapi karena terpaksa, sebab dia juga merasa takut bila harus tidur sendirian di kamarnya. Tentu saja dari semua orang yang berada di rumah tersebu
BAB KE : 57 ULAR JELMAAN RATU KENCANA WANGI DAN GANAYANA Entah dari mana ular itu datangnya, padahal lapangan voli yang ada di lingkungan pabrik tersebut cukup bersih, tak ada semak yang tumbuh di sana, kalau pun ada, itu adalah beberapa kembang yang tertata dengan rapi "Awas, Sam!? Ada ular!" teriak Ronal ketika matanya melihat dua ekor ular di pinggir jalan yang masih menyatu dengan rumput hijau lapangan voli. Secara kebetulan, sebelum ular itu menyerang mereka, mata Ronal sempat melirik ke arah pinggir jalan yang ditumbuhi rumput tipis. Sehingga dia mengetahui keberadaan binatang tersebut. Mendengar teriakan Ronal dengan refleks Samsul yang berada di pinggir lapangan melompat ke tengah jalan, tapi sialnya ular itu malah mengejar Samsul, tanpa mempedulikan Ronal yang saat ini justru posisinya lebih dekat dengan ular-ular tersebut. "Samsul, ular itu mengejarmu!" Kembali Ronal berteriak memperingatkan Samsul. Setelah melirik ke belakang, Samsul mempercepat larinya, sehingga j
BAB KE : 58SAMSUL DIJITAK SILUMAN 16+Samsul dan Ronal memang tidak melihat keberadaan makhluk astral di ruangan mereka. Namun, sebenarnya sejak tadi Ratu Kencana Wangi dan Ganayana telah berada di ruangan itu. Ratu Kencana Wangi masih kesal kepada Samsul. Kekesalannya semakin memuncak ketika mendengar ocehan Samsul yang sok ustad kepada Ronal.Akhirnya Ratu Kencana Wangi membisikan kalimat tersebut di kuping Samsul, setelah itu meniup tengkuk Samsul yang membuat lelaki itu merinding, tapi Samsul tidak mau memperlihatkan ketakutannya pada Ronal. "Lalu, kenapa tidak semua orang mengalami hal seperti yang dialami keluarga saya?"Pertanyaan Ronal, membuat Samsul mengalihkan pandangannya pada temannya itu. Samsul membenarkan duduknya, mengeser kursi lebih ke depan lagi, sehingga perutnya kini menyentuh bibir meja. Ronal dan Samsul duduk di pisahkan oleh sebuah meja kayu. Di meja inilah tempat Ronal mengerjakan tugasnya selama di kantor. Di atas meja tersebut ada beberapa buku yang
BAB KE : 59 WANITA HAMIL DI PINGGIR JALAN 16+Setelah sampai di area parkir, Ronal segera masuk ke dalam mobilnya, sesaat kemudian mobil itu melaju menuju pintu gerbang dengan kecepatan pelan. Di pintu gerbang Ronal disambut dengan salam hormat oleh dua orang tenaga keamanan yang bertugas. Dengan ramah Ronal membalas salam karyawannya tersebut. Ketika mobil Ronal melewati pintu gerbang, salah satu satpam menatap ke dalam mobil Ronal, tatapanya mengarah ke bangku tengah. Tapi tatapan itu tidak begitu lama, karena mobil Ronal terus melaju. "Siapa tadi yang bersama Bos, Jo?" tanya satpam tersebut pada rekanya yang bernama Jojo. "Siapa? Saya tidak melihat siapa-siapa." Rekanya balik bertanya. "Itu tadi di jok tengah, ada perempuan cantik bersama seorang anak kecil," jawabnya dengan mengernyitkan kening. "Nggak tahu saya. Saya tadi tidak memperhatikan," kata Jojo sambil mengangkat bahu, kemudian mereka kembali ke pos yang berada dekat pintu gerbang pabrik tersebut. Jojo tidak te
BAB KE : 60JALAN YANG ANEH 16+Mobil kembali melaju membelah gelapnya malam. Jalan yang tidak rata membuat guncangan pada mobil. Setiap ada guncangan yang agak keras, Ronal menatap kaca spion dalam, untuk melihat ibu hamil yang duduk di bagian tengah. Ada rasa khawatir di hati Ronal, takut terjadi apa-apa dengan kandungan ibu tersebut. Apa lagi, Ronal selalu ingat pada Tiwi yang perutnya hampir sama besarnya dengan perut ibu yang ada di mobilnya saat ini. Sekali lagi Ronal menatap kaca spion dalam, ketika mobilnya mengalami guncangan yang cukup keras, mungkin roda mobil masuk ke dalam lubang yang cukup besar, sehingga membuat guncangan sedemikian rupa. "Mbak, baik-baik aja, kan?" tanya Ronal sambil menatap wajah ibu tersebut dari kaca spion. Di mata Ronal, wajah ibu itu terlihat sangat pucat. "Ya, saya baik-baik aja, Mas," jawab perempuan tersebut. Ingin meyakinkan diri, Ronal berpaling ke belakang menatap wajah si ibu, "benar, Mbak nggak apa-apa?" tanya Ronal ingin memastika
BAB KE : 61 JALAN MENUJU PEMAKAMAN UMUM 16+Untung masih ada batu-batu yang menancap ke dalam tanah, sehingga mobil Ronal masih bisa melewatinya. Tidak terbayangkan bila lewat di jalan ini saat musim hujan, pasti roda mobilnya akan slip."Jalanya jelek, ya, Mas?" tanya Kencana ketika melihat Ronal berdecak, karena rumitnya mengendalikan mobil. "Iya, Mbak. Makin ke sini jalannya semakin jelek," jawab Ronal sambil fokus menatap permukaan jalan. "Sayangnya tidak ada tempat putaran, kalau ada sebaiknya Mas kembali. Biar kami lanjutkan perjalanan dengan jalan kaki," kata Kencana seperti menyesal. "Tidak apa-apa, Mbak. Saya akan mengantarkan sampai ke rumah Mbak," jawab Ronal.Demi melihat keadaan jalan yang sepi dan gelapnya malam membuat Ronal bertekad untuk mengantar Kencana sampai ke rumahnya, walaupun ada tempat berputar, dia tidak akan berbalik dan meninggalkan ibu hamil ini begitu saja. Sungguh tidak tega dia membiarkan ibu yang sedang hamil itu harus menempuh perjalanan dala
BAB KE : 62 PENGAKUAN KENCANA 16+"Ya, Mbak. Terima kasih." Ronal meraih gelas di atas meja, lalu menyeruput teh hangat yang ada di dalamnya. Ronal meminum air tersebut beberapa teguk, sehingga isinya tersisa tidak sampai setengah gelas lagi. Ronal sengaja melakukan itu karena dia akan segera pamitan. Dia ingin secepatnya keluar dari rumah ini, entah kenapa hati Ronal semakin tidak nyaman. Seperti ada rasa was-was yang timbul di sana. "Terima kasih atas air tehnya, Mbak. Sampaikan salam saya pada suami anda, dan saya pamit dulu." Ronal bangkit dan berpamitan setelah meletakan gelas di atas meja. Ronal berusaha bersikap sewajar mungkin dengan menutup kegugupan yang tiba-tiba muncul di hati, bahkan seperti ada degupan yang tidak biasa di dalam dada lelaki itu. Ronal menyengaja untuk tidak bersalaman dengan Kencana, dia berjalan menuju pintu dengan melewati Kencana begitu saja. "Apakah anda telah melupakan saya, Mas?" tanya Kencana dengan mata mengarah ke punggung Ronal.Pertan