Share

Bab 3 : Malam Yang Menyakitkan

last update Last Updated: 2023-07-15 22:26:41

Ba'da maghrib, ijab kabul sederhana kami yang diadakan di masjid dekat rumah Mas Ifan berjalan dengan lancar tanpa kendala. Setelah menyelesaikan proses demi proses, kami melaksanakan salat Isya berjamaah sebelum akhirnya aku, Mas Ifan, dan Mbak Riska kembali ke rumah yang ditempati mereka. Rumah yang lumayan besar untuk kami tempati bertiga.

Ah ... bertiga? Dadaku tiba-tiba sesak memikirkannya.

"Tika, sudah sampai. Ini rumah kita," ucap Mbak Riska membuyarkan lamunanku.

"Ehm, iya, Mbak,"  jawabku kaget.

Kami segera keluar dari mobil dan berjalan ke arah teras.

Jantungku berdegub kencang saat melihat pemandangan di depanku. Mas Ifan menggendong Mbak Riska turun dari mobil dan mendudukkannya di kursi roda. Ya Allah, sanggupkah aku? Pemandangan seperti inilah yang akan aku lihat setiap hari nanti.

Mampukan aku, ya Rabb, doaku dalam hati.

Pintu dibuka.

"Masuklah, Tika. Ini juga rumahmu sekarang," ucap Mas Ifan.

"Ehm ...." Aku hanya bisa mengangguk.

"Kamu pasti capek, Tik. Kamarmu di sebelah sana," ucap Mbak Riska sambil menunjuk sebuah pintu kamar yang menghadap ke ruang keluarga.

"Ayo aku antar."

"Iya, Mbak."

Aku berjalan di samping kursi rodanya yang di dorong oleh Bi Ani, sementara Mas Ifan mengikuti di belakang kami. Mbak Riska membukakan pintu kamar.

"Masuklah, Tik," katanya lagi. Aku terdiam beberapa saat melihat seluruh isi kamar. Penuh dengan nuansa biru muda. Mulai dari dinding kamar, sprei, gorden jendela, dan lemari pakaian. Hanya meja rias yang berwarna putih terang. Namun, tetap ada vas bunga  warna biru muda di atasnya. Hhm, Mbak Riska masih ingat, kalau aku memang suka dengan warna ini, gumamku dalam hati.

"Tika, kamu istirahat, ya. Saya antar Riska ke kamarnya dulu," pamit Mas Ifan sambil mendorong kursi roda ke arah kamar Mbak Riska, ehm, bukan! Kamar tidur mereka. Yaah, itu lebih tepat. Aku tersenyum getir.

Setelah membersihkan badan, aku segera mengganti pakaian yang kugunakan untuk ijab kabul. Pakaian sederhana yang jauh berbeda dari apa yang kuimpikan selama ini. Aku menarik napas panjang. Untung saja tadi sudah melaksanakan salat Isya berjamaah di masjid, karena aku benar-benar mengantuk saat ini.

Aku duduk di samping ranjang, rasanya ingin segera tidur saja tapi tiba-tiba merasa sangat haus.

Kuputar perlahan gagang pintu kamar, menolehkan kepala ke kanan dan kiri mencari di mana letak dapur rumah ini. Aku berjalan perlahan melintasi ruang keluarga saat hampir sampai di pintu dapur, langkahku terhenti.

Terdengar seseorang sedang menangis dari arah dapur.

"Pergilah, Mas. Tika pasti menunggumu. Aku tidak apa-apa." Suara Mbak Riska terdengar sedang menangis. Kuberanikan diri untuk mengintip.

Kulihat mereka sedang berpelukan.

Membalikkan badan dan hendak pergi karena tak sanggup melihat pemandangan ini, tapi langkahku terhenti mendengar perkataan Mas Ifan.

"Ini sulit bagiku, Ris," ucap Mas Ifan.

"Ini juga sulit bagiku, Mas," jawab Mbak Riska.

"Jika ini sulit, lalu mengapa kau menginginkan hal ini?" tanya Mas Ifan.

"Karena aku mencintaimu, Mas," jawab Mbak Riska.

"Aku tahu, aku tak akan bertahan. Dan sepeninggalku aku tak ingin kau terus hidup sendiri. Sebelum aku pergi, aku ingin memastikan kau mendapat pengganti yang lebih baik dariku, dan aku yakin Tika lah orangnya."

"Kau tidak akan ke mana-mana, Ris. Kau akan baik baik saja," ucap Mas Ifan sambil memandang lekat wajah Mbak Riska.

Perih itu lagi. Aku meremas gaun tidurku dan mulai menangis.

Tak sanggup berlama-lama di tempat itu, aku kembali ke kamar. Rasa hausku hilang seketika.

Mulai menangis karena tak kuasa menahan sakit yang kurasakan. Aku mencintai, juga merindukannya, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tahu malam pertama ini tak akan seperti malam pertama kebanyakan orang. Yang penuh suka cita, kemesraan, serta kebahagiaan.  Itu tak akan kudapatkan.

Puas menangis, kurebahkan kepala di atas bantal. Rasanya aku ingin segera terlelap dan melewatkan malam yang manyakitkan ini.

Terdengar suara pintu di buka.

Cepat-cepat kututup kedua mataku, menahan napas agar Mas Ifan tidak tahu, kalau aku hanya pura-pura tidur. Aku bisa merasakan Mas Ifan berdiri di depanku saat ini.

"Tika," panggilnya.

Aku tak bergeming.

Tidak malam ini, Mas. Aku tak sanggup mendengar penolakan apa pun darimu. Tidak malam ini, gumamku dalam hati, sambil menahan air mataku agar tidak menetes.

Mas Ifan menarik selimut menutup tubuhku, kemudian dia berjalan memutar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tepat di sampingku. 

Kututup mulutku manahan tangis. Dadaku sesak, Ya Allah ... ini menyakitkan, tapi aku masih saja menyebutnya cinta? Cinta seperti apa? Cinta yang bagaimana? Aku terus bertanya dalam hati.

Kuat kan aku ya Rabb, pintaku seraya menutup mata.

 

***

"Tik ... Tika." Terdengar suara Mas Ifan memanggilku.

"Emm," jawabku membuka mata.

"Bangun, Tik. Salat Subuh dulu," kata Mas Ifan.

"Iya, Mas."

"Tolong bangunkan Riska, ya. Mas mau buru-buru ke masjid," pinta Mas Ifan.

"Iya, Mas." Aku bangun dari tempat tidur sambil memperhatikan punggungnya sampai hilang di balik pintu. Lalu bangun dan segera ke kamar Mbak Riska untuk membangunkannya.

"Mbak Ris," panggilku sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban.

Kuberanikan diri membuka pintu kamarnya. Ternyata Mbak Riska sudah lebih dulu bangun dan sedang melaksanakan salat Subuh. Menutup kembali pintu kamarnya dan kembali ke kamarku. Berwudu kemudian salat.

Selesai salat Subuh, ingin rasanya aku lanjut tidur, tapi sebentar lagi pagi dan sekarang aku bukan wanita single lagi. Aku seorang istri yang tentunya akan sibuk di dapur saat pagi tiba.

Aku mandi dulu sebelum memulai aktivitas pagi ini. Sengaja berlama-lama di kamar mandi. Berendam di air hangat tubuhku terasa lebih rileks. Seakan semua beban yang kurasakan hilang saat itu juga. Walaupun hanya untuk sementara.

"Aaaarg!" teriakku kaget, saat keluar dari kamar mandi.

Mas Ifan yang sedang duduk di pinggir ranjang pun ikutan kaget melihatku dan langsung menundukkan pandangannya.

"M-Mas," panggilku terbata, sambil membalikkan badan. Karena saat ini aku hanya menggunakan handuk sebatas paha.

 Ya Allah ... malunya.

"Mm-maaf, Tik, tadinya aku mau bicara sama kamu, tapi ... ehm nantilah kita bicara," ucapnya lagi dengan gugup, lalu berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar meninggalkan aku yang masih terbengong-bengong.

"Ya Allah ...." Kututup wajahku dengan kedua tangan sambil menghentak-hentakkan kaki. Tubuhku berasa panas dingin.

Malu rasanya Mas Ifan melihatku seperti ini. Walaupun kami sudah sah, tapi kami belum...

"Ah, sudahlah!"

Setengah berlari aku mendekati pintu. Buru-buru menutup dan menguncinya.

Sepanjang berganti pakaian, kejadian barusan selalu terbayang di pelupuk mata. Tiba-tiba aku merasa tubuhku merinding tak karuan saat mengingat tatapan Maa Ifan padaku tadi.

"Aiich! Aku harus bagaimana nanti, kalau ketemu Mas Ifan? ucapku lirih sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

*** Bersambung

Related chapters

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 4 : Permintaan Maaf

    Setelah berpakaian aku putuskan untuk keluar dari kamar. Terdengar suara berisik dari arah dapur, mungkin Mbak Riska sudah lebih dulu ada di sana. Aku langsung saja ke dapur sedikit terkejut. Bukannya Mbak Riska yang ada di sana, melainkan Mas Ifan."Mas Ifan," panggilku. "Mas Ifan kok nyuci piring?" "Hhm ... hampir sebulan aku yang mengurus rumah, karena keadaan Riska tak memungkinkan untuk melakukan ini, Tik," jelasnya."Lalu Bi Ani?" tanyaku lagi."Bi Ani hanya datang seminggu dua kali, untuk bantu-bantu, karena Bi Ani itu asisten rumah tangga ibuku. Dan tadi pagi-pagi sekali dia pulang ke rumah Ibu," jelas Mas Ifan.Aku mendekat, mengambil piring dan kain cuci piring yang ada di tangannya."Biar aku aja, Mas," ucapku sambil melanjutkan mencuci piring.Mas Ifan hanya diam dan menatapku."Tika," kata Mas Ifan sambil menghentikan tanganku. "Mas mau bicara," katanya lagi.Detak jantungku mulai tak beraturan, tapi tetap kulanjutkan mencuci piring tanpa menghiraukan perkataannya. Aku m

    Last Updated : 2023-07-16
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 5 : Janji Mas Ifan

    Entah kekuatan dari mana, aku mulai berhenti menangis lalu kuhapus air mataku."Aku memaafkanmu, Mas," jawabku sambil menatapnya.Mas Ifan terdiam, dihapusnya air matanya."Benarkah, Tik?" tanya Mas Ifan sambil menatap mataku."Hem," "Terima kasih, Tik. Aku janji akan kuperbaiki segalanya.”"Jangan janjikan apa pun lagi, Mas." Kutarik tanganku dari genggamannya dan membelakanginya."Karena jika sekali lagi kau mengingkarinya, aku tak tahu, apa aku masih bisa memaafkanmu lagi atau tidak.”"Kau benar, Tika. Tapi kali ini akan aku usahakan untuk bisa menepati janjiku," jawabnya singkat."Untukmu, untuk Riska, untuk kita bertiga." Aku menghela napas panjang."Hhm, baiklah, Tik. Terima kasih sudah mau mendengarkan, terima kasih juga sudah mau memaafkanku. Istirahatlah," katanya lagi."Hem," jawabku singkat.Mas Ifan berlalu. Kupandangi punggungnya sampai hilang di balik pintu. Kemudian berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuh di atas kasur. Entah mengapa beban yang kurasakan se

    Last Updated : 2023-07-16
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 6 : Telepon Dari Ibu Mertua

    Kubiarkan Mas Ifan menangis sepuasnya, sambil terus kuusap kepalanya. Tak lama dia mulai terdiam kemudian melepaskan pelukan."Maafkan aku, Tik," ucapnya sambil menghapus air mata."Nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti, kok," jawabku."Terima kasih," ucap Mas Ifan dengan tersenyum."Sama-sama, Mas," "Istirahatlah, Tik. Kau pasti capek seharian ngurus rumah. Aku masuk duluan, ya.”"Mas nggak makan dulu?" "Nggak, Tik. Makasih." "Ya udah, Mas istirahat juga." "He'em," jawabnya singkat.Mas Ifan beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan perlahan dan menghilang di balik pintu kamarnya dan Mbak Riska.Aku terdiam sejenak, kemudian lanjut mencuci sedikit piring kotor di dapur. Setelah semua beres, aku langsung masuk ke kamar, berwudhu dan kemudian melaksanakan sholat Isya .Setelah itu, seperti biasa aku merebahkan kepala di atas bantal, dan mulai berpikir, malam ini memang giliran Mas Ifan tidur bersama Mbak Riska, aah ... apa aku cemburu? Ya, itu wajar, karena mencintai tanpa rasa cemburu

    Last Updated : 2023-09-24
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 7 : Ke Rumah Mertua

    Selesai makan malam, kami kembali ke kamar masing-masing. Aku terus memikirkan bagaimana nasibku, saat berada di rumah Ibu Mas Ifan nanti. Asik melamun aku sampai lupa, jika malam ini giliran Mas Ifan, tidur di kamarku"Ehem." Ternyata Mas Ifan, sudah berada tepat di samping ku. Aku kaget dan buru-buru bangun."Mas Ifan! Kok, aku nggak liat Mas, masuk?" tanyaku."Bagaimana mau lihat Tik, kamu sibuk melamun," "Ada apa, Tik? Aku perhatikan, kamu banyak melamun." tanya Mas Ifan."Nggak ada apa apa, Mas." "Kamu nggak mau cerita, sama aku?" Mas Ifan terus memandangku. Menunggu agar aku mau menceritakan, kegundahan hati."Ya, sudah kalau memang nggak mau cerita," kata Mas Ifan. Sambil merapikan bantalnya."Mas, besok aku di rumah aja ya, aku nggak ikut ke rumah ibu," ucapku.Mas ifan mengurungkan niatnya untuk berbaring, lalu duduk kembali dan menatapku."Jadi ini, yang membuatmu resah, Tik?""He'em," aku mengangguk."Nggak bisa Tik. Kamu harus ikut, kamu kan juga istriku." "Jangan k

    Last Updated : 2023-09-24
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 8 : Mas, Aku Mau Pulang

    Selesai sholat subuh, aku putuskan untuk tidur lagi. Mataku masih sangat mengantuk, karrna sejak datang kemarin hingga larut malam, aku membantu ibu-ibu di dapur.Sekitar pukul 07.00, aku terbangun kaget dan buru-buru mandi. Setelahnya aku kembali bergabung dengan para ibu-ibu di dapur. Kukerjakan semuanya yang aku bisa. Ikut berbaur dengan ibu-ibu di dapur sedikit membuatku melupakan respon dingin ibu terhadapku. Tak terasa hari sudah siang dan semua ibu-ibu bergegas untuk makan siang dan beristirahat sejenak. Nduk, ayo makan, dulu," kata seorang Ibu di dapur. sepertinya dia heran, melihatku tidak ikut makan."Iya, Bude. Bude, duluan saja." "Makan dulu, nanti lanjut lagi kerjanya." "Iya, bude." Aku mengalah.Kemudian mendekat ke meja makan hendak menyendok nasi. Tiba-tiba Ibu memanggilku."Tik ... Tika, kamu gimana sih, itu si Riska mau minum obat, Ifan juga belum makan siang, kamu urusin dululah ... habis itu baru kamu lanjut makan," Ibu berteriak di pintu dapur."Iya, Bu." jaw

    Last Updated : 2023-09-25
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 9 : Gaun Tidur Biru Muda

    Mas Ifan menenteng tas pakaianku, saat berjalan melewati ruang makan, Tiba-tiba terdengar suara cempreng Ibu memanggilnya."Fan!" panggil Ibu. Keningnya berkerut, melihat Mas Ifan menenteng tas pakaian."Loh, kamu mau kemana?" tanya Ibu."Ifan mau antar Tika pulang ke Bandung, Bu," jawab Mas Ifan."Loh, emang nya kenapa lagi kamu Tik?" tanya Ibu sambil melotot ke arahku."Ibu kan nggak mau kalau orang-orang tau kalau Tika ini istri kedua ku. Jadi, biar Ifan antar dia pulang." "Jadi kamu tersinggung Tik, dengan ucapan ibu?" Ibu bertanya sambil melotot kepadaku.Aku hanya menunduk. Ingin marah tapi ku tahan, karena biar bagaimana pun Ibu adalah mertuaku. "Lha terus, Riska gimana, Fan?" tanya Ibu."Aku tetap disini, Bu." jawab Mbak Riska "Ya, sudah, aku pamit Bu,Ris," pamit Mas Ifan sambil menyalami Ibu."Ya, sudah, habis itu langsung balik kemari ya, besok akad nikahnya jam sembilan," kata Ibu ketus.Mas Ifan melirik ke arahku. Aku mengangguk."Nggak, Bu. Malam ini Ifan nginap. Beso

    Last Updated : 2023-09-25
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 10 : Malam Pertama

    Mas Ifan membuka matanya, kemudian tersenyum. Kami saling menatap. Mas Ifan mendekatkan wajahnya, refleks aku meremas gaun tidur dan menutup kedua mataku. Kurasakan bibirnya menyentuh telingaku dan berbisik."Sholat dulu, yuk," bisiknya lalu tersenyum geli melihatku. Aku bengong dengan kening berkerut."Aku sudah sholat isya kok, Mas," jawabku bego."Hahaha ...," Mas Ifan tertawa renyah.Kemudian kembali mendekat dan berbisik."Sholat dua rakaat, sayang," bisiknya lembut, kemudian tersenyum sambil berlalu ke kamar mandi. "Ya Allah ...," ucapku lirih sambil menutup wajah dengan kedua tanganku. Malunya ....Kami melaksanakan sholat dua rakaat. Ini sholat pertamaku bersamanya. Setelah sholat. aku menyalami Mas Ifan mencium tangannya penuh takzim. Dan kembali merasa gugup setelahnya. Kali ini benar-benar gugup sampai bingung harus berbuat apa. Melipat mukena yang biasanya hanya tergantung di dinding. Kemudian berjalan menuju lemari dan menyimpannya. Saat berbalik, kulihat Mas Ifan s

    Last Updated : 2023-09-26
  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 11 : Yuda

    Pemuda berlesung pipi itu mengerutkan keningnya sambil memperhatikanku dari puncak kepala hingga ke ujung kaki."Terus, kamu siapanya dong? Nggak mungkin kamu istrinya. Istrinya kan, Mbak Riska," tanyanya lagi. Astaga ... kurang asem ini orang, dia pikir aku adiknya Mas Ifan?"Ayo ... buruan bayar. Masih banyak nih, pesanan yang mau diantar," omelnya mengagetkanku."Berapa?" tanyaku."Dua puluh lima ribu," jawabnya ketus.Kurogoh saku celanaku, hanya ada uang dua puluh ribu disana. Seingatku, di dompet pun kosong, karena belum sempat ke ATM buat narik lagi."Em, ini." kusodorkan selembar dua puluh ribuan."Uangnya kurang." "Tapi, aku cuma pegang uang segitu, besok sisanya, ya?" pintaku."Ya, sudahlah. Kamu berutang lima ribu, ya?" Lain kali aja aku kemari lagi. Salam sama Mas Ifan." Aku langsung berlari ke kamar, dan mengambil ponselku. Kucari nomor Mas Ifan dan menelpon nya."Assalamualaikum," suara Mas Ifan terdengar di seberang sana."Wa'alaikumsalam warohmatullah." jawabku."

    Last Updated : 2023-09-26

Latest chapter

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 29 : Hatiku Sakit (Pov Ivan)

    Aku benar-benar penasaran, sudah tak sabar rasanya ingin segera menanyakan kebenaran obat yang baru saja aku temukan di laci nakas pada pihak apotek, obat apa ini sebenarnya.Selain obat, aku juga menemukan sebuah wadah yang berisi bubuk yang aku yakin itu adalah susu, di dalam laci mejanya, tapi susu apa?Ah ... Tika? Apa yang kau sembunyikan dariku.Hampir satu jam menunggu. Aku bersyukur, akhirnya apotek pun buka. Aku segera menghampiri petugas yang masih sibuk beberes."Permisi, Mbak," ucapku."Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" jawabnya."Maaf, saya datang sepagi ini, cuma mau nanya, Ini obat apa ya, Mbak?" tanyaku tak sabar, sambil menunjukkan obat yang aku temukan di laci."Coba saya, liat." Jantungku berdebar kencang, menunggu penjelasan darinya."Oo ini vitamin Pak. Biasanya, di konsumsi oleh wanita yang sedang hamil atau wanita yang sedang program hamil.""Oh, jadi, ini, vitamin?" tanyaku memastikan."Iya, pak.""Berarti yang mengkonsumsi obat ini, kemungkinan sekarang di

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 28 : Kepergian Yuda

    Mendengar ucapan Yuda barusan benar-benar membuatku jantungku hampir copotAh ... Tika! Itu pertanyaan bodoh! Harusnya aku sudah tahu jawabannya. Benar kata Ibu."Udah ah, bercandanya, aku masuk dulu," ucapku menghindar. "Aku tidak sedang bercanda!" ucapnya menghalangi jalanku.Langkahku terhenti."Kendalikan dirimu, Yud! Apa kamu lupa, aku udah punya suami" aku mulai marah.Yuda tersenyum."Tenang saja Tik, aku tahu batasanku. Aku hanya ingin memastikan kalau kamu benar-benar bahagia, sebelum aku kembali ke Hongkong," ucapnya.Apa? Hongkong? Jadi dia mau balik ke Hongkong? tanyaku dalam hati"Baiklah aku ke dalam dulu, tinggal sedikit lagi pekerjaanku selesai," ucapnya lagi kemudian masuk ke dalam rumah. Aku mematung di teras rumah. Yuda benar-benar menyukaiku? Jujur aku merasa risih, tapi mendengar kalau dia akan kembali ke Hongkong, membuatku sedikit lega. ***Karena kejadian tadi pagi, seharian aku mengurung diri di dalam kamar. Hanya saat makan siang aku keluar untuk makan bers

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 27 : Ungkapan Cinta

    Pagi ini kami sarapan seperti biasa. Setelah sarapan, kami mulai sibuk sendiri-sendiri. Aku duduk santai di ruang tamu. Selonjoran di sofa ruang tamu, sambil membaca majalah tentang Ibu dan bayi.Tiba-tiba bel berbunyi, aku berdiri perlahan, menarik jilbab yang kuletakkan di meja lalu memakainya. Kemudian berjalan ke pintu dan membukanya."Assalamualaikum." ucap suara yang tak asing dari balik pintu."Wa'alaikumsalam warohmatullah." jawabku.Senyum manis berlesung pipi menyambutku."Hai Tik, gimana kabarmu?" "Kamu, Yud? ngapain disini?" tanyaku heran."Gimana sih, ada tamu bukannya di suruh masuk malah di interogasi," ocehnya."maaf, masuklah." ucapku."Nah, gitu dong." ucapnya cengengesan.Yuda masuk dan duduk di sofa ruang tamu. "Kamu belum jawab pertanyaanku, gimana kabarmu? Juga kehamilanmu?" tanya Yuda."Ssstttt, jangan keras-keras ngomongnya, nanti yang lain dengar," ucapku, setengah berbisik."Tik, jadi kamu benar-benar merahasiakan kehamilanmu? Kenapa?" ocehnya."Kamu nggak

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    bab 26 : Rahasia Yang Terbongkar

    Ternyata Mbak Riska sudah berdiri di ambang pintu. "Oh, ini vitamin, Mbak." Aku buru-buru berdiri menghalangi botol vitamin yang ada di atas, agar tak terlihat jelas oleh Mbak Riska. "Ada yang bisa kubantu, Mbak?" ucapku lagi sambil berjalan tertatih ke arah Mbak Riska. "Oh, nggak kok. Mau ngajak kamu nonton. Bosan cuma diam-diam aja di kamar. Pingin jalan-jalan, tapi Mas Ifan pasti nggak akan kasi izin." "Ya udah, yuk, kita nonton bareng." Aku cepat-cepat mengajak Mbak Riska pergi dari kamar. ***Kami menonton hingga terkantuk-kantuk. Karena tak kuat, akhirnya kami sudahi menonton, dan balik ke kamar masing-masing. Sampai di pintu kamar aku tertegun, terdiam tak mampu bergerak, melihat pemandangan yang ada di dalam kamar.Ibu tengah berdiri, memegang sesuatu di tangannya. Itu, vitamin khusus ibu hamil yang tadi lupa kuimpan. Gleg ! Aku menelan ludah.Aku masuk dan mengunci pintu. Saat berbalik, ibu sudah berdiri menghadapku."Obat apa ini,

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 25 : Orang Baik

    Hari ini akhirnya kami bisa pulang dan makan siang di rumah. Mas Ifan meliburkan diri dari kantor agar bisa menemani kami di rumah. Mas Ifan juga pamit, untuk ke luar kota beberapa hari kedepan untuk urusan kantor. "Kamu istirahat ya, jangan lupa minum obat." kata Mas Ifan, setelah mengantarku ke kamar."He'em," aku mengangguk.Aku membuka laci dan menyembunyikan obat yang di berikan mas Ifan disana. Tak hanya itu, obat, vitamin, dan susu untuk kehamilanku pun aku sembunyikan disana. Sebenarnya aku merasa berdosa. Tapi tak lama lagi, aku akan jujur pada Mas Ifan soal kehamilanku ini. Karena Mbak Riska sudah mulai membaik. ***Menjelang makan malam, Mas Ifan membantuku untuk ke meja makan. Disana sudah ada Bapak, Ibu, dan Mbak Riska.Sebenarnya aku tak berselera karena ada sesuatu aku inginkan. Hmm .. mengingatnya membuat air liurku benar-benar mau keluar. "Tik, kok bengong, ayo di makan." tanya Mas Ifan"Eh, iya Mas." "Kenapa? masakan Ibu

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI     Bab 24 : Kedatangan Ibu Mertua

    Ya Allah, bagaimana ini?" ucapku panik.Aku lupa kalau kunci rumahku, ada di dompet yang baru saja dijambret. Aku berjalan tertatih, dan duduk di teras. Mengeluarkan ponsel dari saku gamis dan mulai memencet nomor Mas Ifan."Oh, aku lupa. Aku belum sempat beli pulsa tadi," ucapku lirih. Tiba-tiba sebuah mobil masuk ke halaman, mobil yang sudah tak asing lagi bagiku."Mas Ifan!" seruku.Lalu segera bangkit dan hampir saja aku terjatuh.Mas Ifan turun dari mobil, dan terkejut melihat kakiku yang di perban, sebuah tongkat yang menopang tubuhku."Ya Allah, Tika! Kamu kenapa?" tanyanya setengah berlari ke arahku."Aku di jambret Mas, aku berusaha mengejar tapi kakiku tertusuk pecahan botol di pinggir jalan,""Astagfirullahal'adzim, tapi kamu nggak apa-apa kan, Tik?" tanya Mas Ifan, sambil meraba-raba tangan dan punggung ku."Nggak apa-apa, Mas. Cuma kaki aja yang harus di jahit," jawabku."Apa dijahit?" tanya Mas Ifan panik.Mas Ifan menatapku lekat. Lalu menarikku ke dalam pelukannya."

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI     Bab 23 : Insiden

    Saat memasang aroma terapi di kamar, tiba-tiba kepala terasa pusing, perutku terasa mual. Buru-buru mencari minyak kayu putih andalanku. Kuhirup dalam-dalam sambil berjalan keluar kamar , lalu berbaring di atas sofa. Entah kenapa mualku tiba-tiba hilang, sakit kepalapun agak berkurang. Aku mulai berfikir ini pasti ada hubungannya dengan kehamilanku. Perlahan kuusap perutku."Kamu enggak suka, wangi-wangian ya, sayang?" "Hem, baiklah mulai besok mama nggak akan pakai wangi-wangian lagi, kamu senang? Jadi jangan rewel lagi, ya?" ucapku."Sepertinya aku harus selalu sedia minyak kayu putih nih?" pikirku.Tiba-tiba ponselku berdering."Ya, Mas?" jawabku."Tik, kamu nggak balik kemari?" tanya Mas Ifan di seberang sana."Kayaknya, aku tidur di rumah aja deh, Mas." "Bener?" Tanyanya lagi."Iya, Mas. nggak apa-apakan kalau malam ini, jaga Mbak Riskanya sendirian?" tanyaku."Nggak apa-apa, Tik. Tapi kamu gimana? Berani di rumah sendiri?" "In shaa Allah berani, Mas." "Ya sudah. Kalau be

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 22 : Ngidam

    Aku sedikit terburu-buru keruangan Mbak Riska. Sudah terlalu lama aku meninggalkannya.Sata sampai di depan pintu, aku mengintip sedikit ke dalam ruangan. Sudah ada Mas Ifan yang sedang menyuapi potongan buah ke mulut Mbak Riska. Aku tersenyum, saat ini aku benar-benar bahagia. Ingin rasanya membagi kebahagiaan ini dengan Mas Ifan. Tapi aku tahu, ini bukan saat yang tepat. Mbak Riska baru saja pulih dari sakitnya, aku takut kehamilan ini akan membuatnya drop lagi. Sama sekali tidak meragukan ketulusannya, bahkan mungkin dia satu-satunya wanita yang sangat tulus, karena mengizinkan suaminya untuk menikah lagi. Tapi sekuat apapun wanita, rasa cemburu selalu mampu melemahkannya. "Tik, kenapa berdiri disitu?." panggil Mbak Riska membuatku gelagapan."Iya, Mbak," Aku mendekat dan duduk di tepi ranjangnya."Tadi, Dokter bilang, besok aku sudah boleh pulang." jelas Mbak Riska."Waah, benarkah Mbak?" tanyaku tak percaya."He'em Tik, benerkan Mas?" Mbak Riska meyakinkanku."Bener Tik, jadi

  • TERJEBAK POLIGAMI BERSAMA SAHABAT SENDIRI    Bab 21 : Kabar Baik

    Mood yang berantakan membuatku jadi lapar lagi. Akhirnya kuputuskan mampir di warung bubur ayam di sebeeang jalan depan Rumah Sakit. "Aah!" teriakkan seseorang meganggu konsentrasi saat sedang menikmati bubur ayam. Seorang wanita yang lagi-lagi tidak asing sedang meringis kesakitan memegangi tangannya yang tersiram bubur oleh pelanggan lain."Oh, maaf Mbak, saya tidak sengaja," "Pelan-pelan dong, Mas." Tika mengomel pada pelangggan itu.Aku terSmsenyum sinis. Meraih tisu dan berjalan mendekatinya"Apa itu, sakit?" kuberikan tisu sambil menatapnya.Tika tak menjawab. "Kau dengar, tapi pura-pura tak mendengar. Sepertinya berpura-pura sudah jadi kebiasaanmu," ucapku lagi."Kamu ngomong apa, sih!" Dia mulai terpancing."Berhenti berpura-pura peduli pada madumu, aku tahu kau pasti senang melihatnya seperti sekarang ini," Aku terkekeh. "Diamlah, Yud. Sudah kubilang kamu nggak tahu apa-apa, jadi berhenti menuduhku! Napasnya mulai tersengal, mungkin ucapanku melukainya. Aku tak peduli."K

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status