"Ada apa, Nak?" Melihat air muka Zhan An berubah, Li Wei yang memang sedang menanti-nanti benda yang dibawanya bertanya pelan. "Tidak, Ibu. Aku memang ingin menunjukkan sesuatu yang penting," jawab Zhan An mengulas senyum. Dia membuka telapak tangan lalu muncullah pedang hijau miliknya. "Ada apa dengan pedang ini?" "Lihatlah di belakangnya". Zhan An menggeser pedang miliknya dan tampak pedang dengan siluet biru. Zhan An menyimpan pedang miliknya lalu meletakkan pedang biru di depannya. Pedang langit!" seru Yuwen terkesima, dia sering mendengar kehebatan pedang langit namun baru berkesempatan melihatnya saat ini. Pedang bercahaya biru, dengan ukiran kilat menyambar di bagian gagang dan ujung pedang yang sedikit bergerigi, dikisahkan pedang ini terbuat dari gigi naga langit sehingga dapat menghancurkan apa saja dengan mudah. Begitu pandai Zhan An menyembunyikan pedang langit di dalam pedang miliknya sehingga tidak dapat terdeteksi karena tertutup aura hijau. "Apa kau yakin?" tanya
"Apa maksudmu Kakak pertama?""Istilah yang digunakan untuk Kemampuan melihat yang luar biasa, kemampuan ini hanya diberikan pada seseorang yang istimewa, dimana kau temukan gadis itu, Yuze?""Aku menemukannya tidak sadarkan diri di kolam teratai di belakang klinik. Aku tidak tahu keluarganya."Di kolam teratai? apa telah terjadi sesuatu pada gadis ini? apa itu sesuatu hal yang mengancam jiwa? "Jadi siapa orang tuamu, Nak dan darimana asalmu, coba kau jelaskan kepada kami." Arumi merasakan tepukan ringan di pundaknya, dia mengangkat dagu, menatap wajah pria tua yang menatapnya ramah. Apakah ini waktu yang tepat untuk menceritakan tentang dia yang sebenarnya, disaat semua orang percaya dan perduli padanya. "Apakah, kalian akan percaya pada apa yang akan ku katakan?""Tentu, kami mempercayaimu. Percayalah. Kami akan melindungimu." Arumi menelan ludah, "Sebenarnya aku bukan berasal dari wilayah ini.""Lalu kau berasal darimana? kota Yangzhou atau kota lain?"Arumi menggeleng, mencari
"Ingat Lien Hua, kau harus selalu melindungi Arumi."Lien Hua mengorek kuping, "Eeh, telingaku hampir gosong mendengar kalimat itu, Yeye mengulanginya terus. ""Aku baru 10 kali mengucapkannya, Bukankah masih kurang?"Lien Hua melakukan bombastis side eyes, "Aku bukan orang bodoh. tidak perlu pengulangan berkali-kali."Yeye terkekeh, "Aku percaya, makanya kutugaskan kau untuk menjaga dan melindungi Arumi sampai dia kembali ke rumahnya.""Kenapa dia harus kembali, diantar lagi. Apa tidak bisa pergi sendiri?" tanya Lien Hua malas, prioritas dia adalah menjaga yeye bukan arumi. "Dia tidak aman di sini. Lebih baik dia kembali, dia juga sudah mengingat keluarganya. Dia akan aman bersama mereka. Bawah cermin penghubung ini. Lekas kabari aku jika terjadi sesuatu.""Bukankah dia lebih aman bersama kita di sini." Lien Hua memasukkan cermin dalam buntalan kain. "Tempat ini sudah tidak aman lagi, kau ingat kejadian bola api? aku yakin itu bukan ulah Zhan An, dia tidak akan tega menghancurkan k
Yuwen mengemas barang hendak meninggalkan wisma Niu. Ketika hendak membuka pintu, matanya tak sengaja menatap kotak kayu kecil yang membuatnya kesal, berhari-hari benda itu masih tak tersentuh di atas meja, dia melangkah tak perduli dan meninggalkannya. Tampak dua orang gadis beragumen di depan penjual makanan di depan wisma Niu, sekilas dia mendengar perselisihan tentang menu yang hendak dibeli, ck. Dasar kaum wanita memang menyusahkan. Hal sepele dibuat menjadi hal yang besar. "Kalau ingin kenyang, sebaiknya kita makan mie," ujar gadis berambut hitam panjang, Sedikit rambut di atas telinga dikepang kecil lalu disatukan di bagian belakang. Bajunya berwarna ungu muda yang bertumpuk. "Aku ingin makan pangsit, aku tidak mau mie," jawab gadis didepannya kesal, mata dan hidung kecilnya merengut, sungguh sangat menggemaskan.Rambutnya di cepol kecil dua buah dan sebagian dibiarkan terurai bebas, tubuhnya yang mungil sangat serasi menggunakan baju berwarna merah muda dipadukan celana pen
Arumi membuka jendela penginapan setelah meletakkan barangnya di dalam lemari, kamar yang mereka sewa terletak di lantai tiga dibagian belakang sehingga pemandangan yang terlihat adalah jalanan yang ramai. "Lien Hua sepertinya di belakang penginapan ini ada sebuah pasar, lihatlah ramai sekali.Lien Hua?""Hem ...." Merasa ada yang aneh, Arumi berbalik dan mendapati Lien Hua yang tengah bersembunyi di dalam selimut. "Lien Hua kau kenapa?" "Jangan perdulikan aku," jawabnya dibalik selimut. "Hei." Arumi mencoba mengintip. "Kubilang jangan perdulikan aku." Gadis itu terkejut tatkala mata arumi tepat di atas kepalanya. "Wajahmu memerah, kau kena alergi?""Tidak.""Hei, jangan sepelekan hal ini." Arumi menarik selimut. "Kau bisa mati."Aah .... " Arumi tertegun, wajah Lien Hua memerah hingga telinganya, tak ada ruam, atau kesulitan bernafas, gadis itu bahkan tidak terlihat bergaruk karena gatal. "Kau-""Aku juga tidak tahu," sela Lien Hua. "Wajahku rasanya panas, tanganku berkeringa
Entah karena gugup atau karena pukulan Arumi yang keras gadis itu malah jatuh terduduk. Et dah, malah ngejogrok."Lin Hua! bangun," teriak Arumi menggoncang tubuhnya, dia ngeri melihat Yuwen yang bergerak lincah menangkis bola bola api dan serangan panah. Sementara Lie Hua tak sadarkan diri, gadis bertudung merah masih tersedu menangisi tubuh kekasihnya. "Nona, cepat tinggalkan tempat ini. Ini berbahaya!""Tidak aku tidak akan meninggalkan Bai Wang. kami berjanji akan selalu bersama.""Jangan bodoh. Cepat pergi dari sini.""Dia mengorbankan diri untuk menyelamatkanku. Aku ingin bersamanya."PLAK! Tertegun, gadis bertudung merah mengusap pipinya yang terasa pedas terkena tamparan Arumi. "Kau mau mati! Mati konyol setelah dia mengorbankan hidupnya untukmu? Apa kau yakin dia akan merasa senang melihat pengorbanannya sia-sia! Dia rela mati untuk memyelamatkanmu! Tapi kau ingin membuang semua itu?! Tetaplah hidup untuk membalas pengorbanannya Bodoh!"Ucapan Arumi membuat gadis itu ters
Pekik tangis mewarnai ruang sempit itu, mereka bertumpuk-tumpuk dalam ruangan berteralis besi yang terkunci. Puluhan wanita muda meringkuk, ada yang menangis, terluka bahkan pingsan. Suara derap kaki mendekat, dua orang pria menarik 3 orang wanita yang diikat secara berbaris. Seorang pria membuka kunci pintu lalu memasukkan ketiga gadis tadi setelah melepas ikatannya. "Lepaskan kami," teriak gadis berbaju biru, tampak gurat di lengan dan kakinya, sepertinya dia salah satu gadis yang tertangkap oleh siluman nyamuk. "Diam kalau kau tidak ingin menjadi mangsa yang pertama.""Mangsa? Apa maksudmu. Cepat keluarkan kami dari sini!""Huhu ... aku mau pulang huhu ....""Tolong, hiks, tanganku berdarah."BRAKK! Penjaga menggebrak jeruji membuat mereka semua ketakutan. "Sudah, jangan menangis lagi, sini aku balut lukamu," bisik wanita bertudung merah yang ikut tertangkap pada wanita muda yang baru masuk. Mereka semua senyap menanti apa yang akan terjadi pada nasib mereka selanjutnya. "L
"Argh ... " Arumi mengerang dengan mata masih terpejam. "Arumi, kau sudah sabar?" Zhan An menyentuh bahunya. Ketika membuka mata, Arumi dikelilingi wanita berbaju putih yang terlihat sibuk memeriksa tubuhnya, setelah memperlihatkan suntikan besar, petugas itu berubah menjadi siluman nyamuk yang menusuknya dari segala arah. "Argh, sakiit Ma, sakiiit ....""Arumi, sadarlah, buka matamu." Zhan An menatapnya cemas, gadis itu menggeliat sekan hendak melarikan diri, lalu tangannya menyentuh dahi Arumi yang terasa panas. "Dia demam. Arumi ... Arumi ... " Dia memeriksa lengan Arumi yang berdarah, Hati-hati dia mengangkat kain lengannya dan terpana melihat lebam ungu dan luka gesekan di siku bagian dalam. Luka itu tampak parah, Arumi mengerang kesakitan saat Zhan An menyentuhnya pelan. Zhan An memandang sekeliling, saat ini sulit baginya mencari obat karena dia membawa Arumi ke tempat paling aman yaitu goa tempat She Xian berdiam. Dia membutuhkan obat untuk Arumi, namun itu bisa membah