Yuwen mengemas barang hendak meninggalkan wisma Niu. Ketika hendak membuka pintu, matanya tak sengaja menatap kotak kayu kecil yang membuatnya kesal, berhari-hari benda itu masih tak tersentuh di atas meja, dia melangkah tak perduli dan meninggalkannya. Tampak dua orang gadis beragumen di depan penjual makanan di depan wisma Niu, sekilas dia mendengar perselisihan tentang menu yang hendak dibeli, ck. Dasar kaum wanita memang menyusahkan. Hal sepele dibuat menjadi hal yang besar. "Kalau ingin kenyang, sebaiknya kita makan mie," ujar gadis berambut hitam panjang, Sedikit rambut di atas telinga dikepang kecil lalu disatukan di bagian belakang. Bajunya berwarna ungu muda yang bertumpuk. "Aku ingin makan pangsit, aku tidak mau mie," jawab gadis didepannya kesal, mata dan hidung kecilnya merengut, sungguh sangat menggemaskan.Rambutnya di cepol kecil dua buah dan sebagian dibiarkan terurai bebas, tubuhnya yang mungil sangat serasi menggunakan baju berwarna merah muda dipadukan celana pen
Arumi membuka jendela penginapan setelah meletakkan barangnya di dalam lemari, kamar yang mereka sewa terletak di lantai tiga dibagian belakang sehingga pemandangan yang terlihat adalah jalanan yang ramai. "Lien Hua sepertinya di belakang penginapan ini ada sebuah pasar, lihatlah ramai sekali.Lien Hua?""Hem ...." Merasa ada yang aneh, Arumi berbalik dan mendapati Lien Hua yang tengah bersembunyi di dalam selimut. "Lien Hua kau kenapa?" "Jangan perdulikan aku," jawabnya dibalik selimut. "Hei." Arumi mencoba mengintip. "Kubilang jangan perdulikan aku." Gadis itu terkejut tatkala mata arumi tepat di atas kepalanya. "Wajahmu memerah, kau kena alergi?""Tidak.""Hei, jangan sepelekan hal ini." Arumi menarik selimut. "Kau bisa mati."Aah .... " Arumi tertegun, wajah Lien Hua memerah hingga telinganya, tak ada ruam, atau kesulitan bernafas, gadis itu bahkan tidak terlihat bergaruk karena gatal. "Kau-""Aku juga tidak tahu," sela Lien Hua. "Wajahku rasanya panas, tanganku berkeringa
Entah karena gugup atau karena pukulan Arumi yang keras gadis itu malah jatuh terduduk. Et dah, malah ngejogrok."Lin Hua! bangun," teriak Arumi menggoncang tubuhnya, dia ngeri melihat Yuwen yang bergerak lincah menangkis bola bola api dan serangan panah. Sementara Lie Hua tak sadarkan diri, gadis bertudung merah masih tersedu menangisi tubuh kekasihnya. "Nona, cepat tinggalkan tempat ini. Ini berbahaya!""Tidak aku tidak akan meninggalkan Bai Wang. kami berjanji akan selalu bersama.""Jangan bodoh. Cepat pergi dari sini.""Dia mengorbankan diri untuk menyelamatkanku. Aku ingin bersamanya."PLAK! Tertegun, gadis bertudung merah mengusap pipinya yang terasa pedas terkena tamparan Arumi. "Kau mau mati! Mati konyol setelah dia mengorbankan hidupnya untukmu? Apa kau yakin dia akan merasa senang melihat pengorbanannya sia-sia! Dia rela mati untuk memyelamatkanmu! Tapi kau ingin membuang semua itu?! Tetaplah hidup untuk membalas pengorbanannya Bodoh!"Ucapan Arumi membuat gadis itu ters
Pekik tangis mewarnai ruang sempit itu, mereka bertumpuk-tumpuk dalam ruangan berteralis besi yang terkunci. Puluhan wanita muda meringkuk, ada yang menangis, terluka bahkan pingsan. Suara derap kaki mendekat, dua orang pria menarik 3 orang wanita yang diikat secara berbaris. Seorang pria membuka kunci pintu lalu memasukkan ketiga gadis tadi setelah melepas ikatannya. "Lepaskan kami," teriak gadis berbaju biru, tampak gurat di lengan dan kakinya, sepertinya dia salah satu gadis yang tertangkap oleh siluman nyamuk. "Diam kalau kau tidak ingin menjadi mangsa yang pertama.""Mangsa? Apa maksudmu. Cepat keluarkan kami dari sini!""Huhu ... aku mau pulang huhu ....""Tolong, hiks, tanganku berdarah."BRAKK! Penjaga menggebrak jeruji membuat mereka semua ketakutan. "Sudah, jangan menangis lagi, sini aku balut lukamu," bisik wanita bertudung merah yang ikut tertangkap pada wanita muda yang baru masuk. Mereka semua senyap menanti apa yang akan terjadi pada nasib mereka selanjutnya. "L
"Argh ... " Arumi mengerang dengan mata masih terpejam. "Arumi, kau sudah sabar?" Zhan An menyentuh bahunya. Ketika membuka mata, Arumi dikelilingi wanita berbaju putih yang terlihat sibuk memeriksa tubuhnya, setelah memperlihatkan suntikan besar, petugas itu berubah menjadi siluman nyamuk yang menusuknya dari segala arah. "Argh, sakiit Ma, sakiiit ....""Arumi, sadarlah, buka matamu." Zhan An menatapnya cemas, gadis itu menggeliat sekan hendak melarikan diri, lalu tangannya menyentuh dahi Arumi yang terasa panas. "Dia demam. Arumi ... Arumi ... " Dia memeriksa lengan Arumi yang berdarah, Hati-hati dia mengangkat kain lengannya dan terpana melihat lebam ungu dan luka gesekan di siku bagian dalam. Luka itu tampak parah, Arumi mengerang kesakitan saat Zhan An menyentuhnya pelan. Zhan An memandang sekeliling, saat ini sulit baginya mencari obat karena dia membawa Arumi ke tempat paling aman yaitu goa tempat She Xian berdiam. Dia membutuhkan obat untuk Arumi, namun itu bisa membah
Yongshen mengamati langit, menurut perkiraan malam ini bulan purnama, jadi sebaiknya dia menyuruh pasukan untuk beristirahat dan libur selama dua hari. Pria bercadar itu menemui siluman banteng dan mengutarakan maksudnya. "Malam ini bulan purnama, sebaiknya kau istirahatkan pasukan selama dua hari. Jangan sampai satu pun berkeliaran di lembah ini," katanya tegas, "Kalian boleh turun ke desa.""Sudah bulan purnama lagi?" tanya pria plontos sambil menggaruk kepala, 'Baiklah. Aku akan segera menyampaikannya pada anak buahku. Apa kau baik-baik saja? Tak ingin ikut bersama kami?" tanya pria botak itu penasaran. Setiap bulan purnama Yongshen pasti menyuruh mereka keluar dari lembah. Ketika mereka kembali pria bercadar itu pasti tidak terlihat selama beberapa hari, menurut kabar yang beredar dia terluka. Anehnya itu hanya terjadi setiap bulan purnama. "Cepat pergi," tukas Yongshen sambil membalikkan tubuh menuju ruang pertemuan. Tubuh Hei An bergetar hebat, dia terbaring gelisah dengan k
"Ming Hou, apa yang mereka lakukan di situ?" tanya Gong Fai melirik sejoli yang berdiri di depan markas. "Mereka ingin bertemu Jendral,"jawab Ming Hou cuek. "Bukankah mereka yang membuat keributan beberapa hari yang lalu? untuk alasan apa mereka hendak menemui Jendral Yu.""Bagaimana mungkin aku tahu isi kepala mereka, kau lihat gadis itu? uuh, menyeramkan. Sudah kuusir tapi mereka bersikeras menemui-" Ucapannya terpotong saat mendengar suara langkah kaki yang sudah dihafalnya. "Jendral! Anda datang hari ini." Sambutnya segera. "Pantas saja hari lebih cerah dan udara terasa sejuk, ternyata karena Jendral akan berkunjung." Gegas dia berlari kecil dan mengitari Jiao Yu. "Aku ingin melihat perkembangan kasus penyerangan kemarin, apa kau sudah menangkap bandit yang sering meresahkan masyarakat.""Saya sudah menahan beberapa orang yang tertangkap, sebagian masih dalam pengejaran. Kaki tangan dan mata-mata mereka cukup banyak sehingga sulit mendapatkan informasi yang benar. Mereka serin
Jia li? Arumi mengingat-ingat apakah ada tokoh bernama itu dalam drama Pendekar Awan? Entahlah, bagaimanapun drama ini belum selesai tayang, selain itu banyak sekali kejutan yang baru diketahuinya setelah berada di Wangliang. Bahkan sampai saat ini pun dia belum pernah bertemu pendekar awan. Entah mati atau berada di suatu tempat. Namun dia berharap suatu saat mereka bisa bertemu. Berbeda dengan komik yang dia baca tentang seseorang yang tiba-tiba masuk dalam dunia novel, dia bisa bertahan karena sudah tau alur dan akhir cerita, tapi dia berbeda karena drama yang dia masuki masih on going. "Aku Arumi, Bi. Salam kenal.""Aku bukan cenayang, tapi aku bisa lihat kalau kau berbeda.""Be-da?"Jia Li mengangguk. Jemarinya meraih tangan Arumi yang terluka dan menyentuhnya. "Ini pasti sangat sakit.""Tidak terlalu."Bibir wanita itu menyunggingkan senyum tipis,"Kau seorang gadis yang kuat. Aku akan mengobati luka lama ini sehingga kau bisa terbebas lebih cepat."Apa maksud bibi ini, luka