TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 78 (Memenuhi Janji)
Pov Ismail
Sakit fisik yang dirasakan tak seberapa dari rasa sakit akanrasa bersalah. Rasa bersalah mempermainkan Sarah hanya demi cintaku ke Amel.Amel, kenapa sulit sekali melupakanmu. Ibarat berpijak di awang-awang. Atauberjalan dengan kaki lumpuh. Seperti itulah diriku kini tanpanya.
Aku langsung pulang. Bahkan berjam-jam menempuh perjalan takterasa lelah, saking rasa bersalah ini mengerogot jiwa. Aku gagal membawa Sarahkembali.
Seharusnya aku bisa menyayangi Tia karena aku tak punyaanak. Tapi kenyataanya aku hanya memikirkan diri sendiri karena masih merasasedih kehilagan Amel. Tak semudah menggantikan wanita yang dicintai denganwanita lain. Tidak semudah itu.
“Dari m
TERIMA KASIH MEMINTAkU BEKERJA, MASPart 79 (Minta Rujuk)Dia telah pergi dan bahkan tak berpaling. Menyisakan lukayang sulit terobati. Luka karena rasa mencintai seseorang yang tidak mencintaiku,bahkan ia membalas cintaku dengan mempermainkan hidup dalam sebuah hubunganpernikahan. Aku bodoh bisa galau padahal bukan lagi anak ABG yang baru putuscinta. Ini hanya perasaan yang sentif saja.“Sudah satu bulan tapi tetap aja masih sedih. Lupakan dia,Sarah! hidup belum berakhir ditinggal Ismail.”Aku bisa saja ikut dengan Mas Ismail kala itu. Tapi ditolak karenaia mengajak lantaran merasa bersalah. Itu sama artinya menciptakan rumah tanggatidak sepenuh hati dari seorang kepala rumah tangga. Buat apa dijalani kalauhanya aku saja yang punya rasa.“Enak saja minta
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 80 Pov Ismail: Kini Aku Sadari“Aku istrimu, Mas! Aku yang seharusnya kamu sebut di setiap mimpidan hatimu!”“Kamu mencintai wanita kampungan yang jauh di bawah level aku!”“Aku seorang Dokter dan juga kaya, aku tak terima jika suamikumemikirkan wanita lain meskipun ia mantan istrimu!”“Aku tidak terima! Aku tidak mau!”Ririn menangis dalam meluapkan emosi. Berdiri sambil menunjukdengan amarah yang tak sanggup kukendalikan. Ya, ia pantas marah atau berteriakdengan rasa kecewa. Baru melakukan malam pertama, mimpi itu datang tanpa diundanghingga aku mengigau menyebut nama Sarah. Wanita yang kupermainkan dalam sebuahikatan pernikahan, hanya demi memenu
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 81 Kenyataan yang membuat bahagia campur sedihKehidupan baru adalah kata yang tepat dalam kondisikusekarang. Tinggal di panti asuhan yang dikelolah olah seorang wanita janda darikota. Bu Maryam namanya. Ia hanya bisa mengunjungi panti asuhan ini sekali dua minggu,karena ia juga mengelola rumah zakat di kota. Dari sanalah pemasukan panti asuhanini selain dari sumbangan yang berdatangan.Di sini ada sekitar tiga puluh dua orang anak dari usia tigatahun sampai tujuh belas tahun. Dari cerita yang aku dengar, kala anak di sinitak ada yang mengadopsi hingga tamat SMA, mereka akan mencari kerja merantau kekota dan tentu campur tangan Bu Maryam karena banyak relasi. Aku dan Bu Yuniberbagi tugas, menjaga dan memasak buat mereka. Bu Yuni adalah salah satu wargasini yang juga bekerja seperti aku.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 82 (Melihat Dia)“Ahamdulillah, pasti orang baik yang memborong gorengankita,” ucapku senang sambil menerima keranjang kue dari Tia.“Iya, Ma. Om itu baik. Katanya aku seumuran anaknya yangudah meninggal setahun yang lewat. Kasihan sekali, Ma.” Tia mendekati meja, lalumenuangkan air putih ke gelas.Semua pekerjaan dapur kulanjutkan. Menanak nasi dan dan jugamasak sayur bening. Tenanga ini sedikit lemah tapi tetap dilawan demi tetapmenyelesaikan tugasku secepatnya.“Mama kok pakai masker?” Tia mulai duduk di sampingku sambilmembawa segelas air putih, lalu meminumnya.“Oh, Mama nggak tahan bau amis belut,” jawabku sambilmemotong kentang.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 83 (Dia ke Panti Asuhan)Rasanya aku tak menyangka melihat dia di sini. Kenapa nasibselalu mempertemukan kami di saat aku tak ingin melihatnya lagi. Melihatnyasama menyiksaku kala mengingat ia telah menikah lagi dan berhasil mencampakanaku demi wanita atas dasar status sosial. Ia mempermainkan raga dan hati, hinggabenih ini ada di rahim.“Mama!” teriak Tia sambil melangkah melambaikan tanganpadaku.Ya Tuhan, Mas Ismail dan rombongannya pasti melihatku.Secepatnya aku membalikkan badan agar wajah tidak terlihat. Jantung iniberdegup kencang, takut mereka melihat dan akan ada cacian lagi karena kondisiTia terlihat sedang jualan gorengan. Aku tak ingin Mami mencaci anakku hinggaini akan mempengaruhi kondisi mentalnya. Tidak! Jangan sampai mereka melihatkudan Tia
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 84 Pov IsmailPov IsmailMami dan Ririn menyusul ke sini karena kebetulan mereka menujuke panti asuhan, dalam rangka agenda kunjungan kegiatan sosial yang akandiliput di sebuah surat kabar. Ini kegiatan rutin ke panti asuhan terpencilatau pelosok karena jarang dijangkau. Kebetulan panti asuhan ini punya Bu Maryam.Bu Maryam adalah teman Mami dalam kegiatan sosial, atau dia salah satu penyalursumbangan. Rasanya aku mendengar suara Tia. Ah, tidak mungkin ia disini. Mungkin kebetulan saja karena tidak mungkin ia berada di sini berjualangorengan seperti anak-anak kurang mampu. Setahu aku ibunya Arga cukup memanjakanTia karena cucu satu-satunya. Lagian uang yang aku transfer bisa memenuhikebutuhan hidup Sarah lebih dari cukup.
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 85 Masih di Panti AsuhanRasanya jantung ini berdetak tak karuan. Ia ada di dekat,tapi bukan miliku lagi. Benih yang ia tanam sudah bersemayam dan akan segeramelihat dunia. Apa yang akan kukatakan pada anakku nanti kalau bertanya siapaayahnya?Apakah Mas Ismail mengenaliku? Ia berusaha mengajak komunikasidan bahkan melangkah mendekat seolah ingin melihat wajahku lebih dekat. Untungaku cepat beranjak ke dekat kompor seolah sedang sibuk masak. Padahal jantungini berdetak kencang takut ketahuan. Ya, belum siap rasanya bertemu dia danmengatakan, ‘Ini anakmu ada di rahimku, Mas.’Terduduk lemas, keringat dingin bercucuran. Mendadak badanini terasa lemah. Baru sedikit beraktifitas, sudah kelelahan seolah melakukanpekerjaan berat. Mungkin efek hamil muda dan pikir
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 86 (Demi Tia?)“Maaf, saya mau bicara sesuatu,” ucap mas Ismail melihatpadaku.Ya Tuhan, ia ingin mengajakku berkomunikasi. Pasti MasIsmail masih curiga kalau aku adalah Sarah yang ia kenal. Lagian kenapa iatidak ke ruang tamu ikut bergabung dengan Ririn dan maminya.Aku tetap diam.“Maaf, Mbak. Saya masuk lewat pintu samping karena terbuka.”Mas Ismail menujuk pintu di dekatnya berdiri.Aku harus cari cara agar jauh darinya tanpa diketahui akuadalah Sarah.Tetap diam menundukkan wajah. Bahkan menatapnya saja tidakberani.“Saya sudah dengar dari Bu Maryam kalau Mbak menolakbeasiswa dari kami. Bo