TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 58 (Semakin Tahu)
“Tia tau, Ma. Tia tertekan di sana. Apa yang Tia lakukanseolah diawasi dan ini membuat tak bebas. Kadang Oma menegur dengan kata-katanggak enak didengar.”
“Tapi Tia tau kan gimana Nenek sama Mama? Tadi aja sindirantetap dilontarkan.”
“Ma, nanti Tia akan bicara dengan Nenek dan Om Andi. Mamabisa ketemu Tia setiap hari di sini. Tapi kalau balik lagi ke rumah besar itu,Tia nggak mau.”
Aku sangat mengerti kenapa putriku tak betah. Aku saja jugabegitu setelah mendengar langsung perkataan Mami. Tapi aku tak sanggup berpisahdengan Tia. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
Bagaimana mungkin aku bisa berpisah dengan putriku demisuami? Tujuan menikah b
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 59 (Kembalinya Arga)Pov Bu Rina (Ibunya Arga)“Alhamdulillah ... Alhamdulillah ..., akhirnya kamu sadarjuga, Nak.” Tak kuasa menahan betapa senangnya hati ini, aku sangat bersyukur.Arga sudah kembali ke rumah ini dengan kondisi normal. Ya, ia sudahberpenampilan seperti lelaki. Tak ada rok atau lisptik yang membuatku jijik.“Maafkan aku, Ibu. Aku salah dan ... aku juga malu,” ucapArga dengan uraian air mata.Tia hanya terpana melihat papanya. Entah apa yang ia pikirkan,aku tahu ia sangat merindukan papanya yang dulu.“Tia, ayo sini, salam papamu,” ajaku agar Tia mendekatiArga.“Tapi, Nek ....” Tia tampak ragu. Ba
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 60 (Wanita Asing di Rumah Mertua)Setelah membaca pesan WA Tia, rasa penasaran membuatkumeneleponnya langsung. Apa aku tak salah baca? Mas Arga balik ke rumah ibunyalantaran sudah sadar? Semudah itukah ia sadar dan kembali? Ah, semoga sajabenar.“Halo, Ma,” jawab Tia di ponsel.“Gimana kabarmu, Nak? Sudah makan?” Tentu aku menayakan ini terlebihdahulu, meskipun aku tahu Ibu mantan mertua tak akan mungkin mengabaikananakku.“Sudah dong, Ma. Nenek masak rendang daging sapi. Aku sampaimakan dua piring.” Suara Tia terdengar senang. Alhamdulillah, anankku terdengarsangat ceria.“Ada kebutuhanmu yang harus dibeli nggak?”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 61 (Bertemu Mantan)Pov ArgaSemakin hari terasa membosankan. Tak ada kegiatan selainmakan dan duduk depan televisi. Bahkan posting video harus mikir keras. Ya,takut ketahuan sandiwara ini. Sandiwara kala aku pura-pura jadi Arga, bukanArgina.Aku tak ingin mendustai diri sendiri. Menjadi Argina terasamenyenangkan. Ada sensasi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Menjadiidola dan digemari banyak orang. Orang di sini yang menyukai diriku, bukan yangmenceramahi tentang neraka atau kiamat makin dekat. Handeh, aku pusingdibuatnya.“Iya, Mama. Nggak usah melalui rekening, Ma. Ribet ke Atm.Mama ke sini aja.”Aku langsung bangkit dari rebahan di sofa, kala mendengarsuara Tia. Kupalingk
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 62 (Maling Teriak Kahilangan)Pov ArgaDengan uang ini aku bisa kumpul dengan teman. Sekedar duduksaja. Lagian sakit di an*s agak mulai sembuh. Untung obatnya berfungsi. Akantetapi, entah kenapa kalau aku terasa mau buang air besar, kok malah tidak bisamenahan lama? Hampir saja buang air besar di celana. Apakah ini akibat dari..., ah! Banyak kok yang seperti aku tapi aman-aman saja.Sebelum kedapatan mencuri uang, aku segera ke luar darikamar Tia. Untung Andi sibuk di kamarnya. Kayak cewek saja sering menyendiri dikamar, padahal udah mau beristri. Andi ... Andi.“Ga!”“Tai ayam tai ayam tai ayam!” Aku tersentak kala masihberidiri depan kamar Tia, tiba-tiba Ibu datang meman
TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 63 (Permintaan Gila)Berlama-lama di rumah mantan mertua membuatku tak betah.Tentu tak nyaman dengan Mas Arga. Tiba-tiba bicara minta maaf. Aneh sajamendadak berubah. Entah kenapa aku tak percaya karena ia sering berbohong.Demi anak semua harus dijaga. Tadinya tak mau bicara denganmantan suami. Namun, ada putriku di rumah itu. Mau tak mau ya harus menunjukkanwajah baik.Ingin berlama-lama bertemu Tia, tapi terhalang kehadiranmantan suami. Namun, kok tumben ia bisa berubah secepat itu? Dapat hidayah darimana? Padahal kemarin ia masih posting video dengan pakaian dan dandan sepertiwanita.Mumpung waktunya makan siang, aku menyetir menuju kantor MasIsmail. Kami belum pernah makan siang di luar setelah menikah. Aku selalu sibukdengan ur
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 64 (Das*r Pelakor!)“Santai aja, Sarah. Aku datang bukan cari musuh tapi ingin berdamai,”ucap Ririn terlihat sangat santai.“Apa maksudmu?” Entah kenapa berhadapan dengannya tak adafirasat baik.“Aku ingin menjadi Istri Mas Ismail,” jawabnya tanpa ragu.“Apa? Kamu gila ya? Aku istri Mas Ismail!” Aku langsungberdiri seiring emosi yang terasa. Enak saja mau jadi istri suamiku. Dikiranya rumahtangga ini main-main hingga meminta tidak pakai ot*k. Cantik-cantik danberpendidikan kok malah mau jadi pelakor. Gila!“Santai, Sarah. Kita bisa memilikinya bersama. Aku janji takakan memusuhimu seperti adik madu pada umumnya.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 65 (Sedikit Keributan)Aku menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Ingin rasanyasegera sampai depan pagar. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat mataku terpanahingga langkah ini mendadak pelan, yaitu ada Ririn duduk dengan Mami di ruangtengah. Mereka bicara sangat akrab, dan terdengar tawa renyahnya.Mau apa lagi wanita itu ke sini? Apakah ia tak ingat kalautadi sore telah kuusir dari sini. Baru beberapa jam sudah ke sini lagi. Dasartidak punya malu! Jadi ia berusaha mencari perhatian mertuaku agar Mas Ismailmenikahinya. Oke, perang dimulai!“Itu Ismail.” Mami menujuk Mas Ismail yang melangkah di belakangku.Hah? Apa maksud Mami?“Hay, Ismail. Hay, Sarah.”Ciuh! Ririn me
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 66 (Luka Tak Berdarah)Mami memalingkan wajah kala Emak bertanya tentang ucapannya.Lalu pandangan dialihkan ke Mas Ismail. “Nak Ismail, pernikahan itu bukanmainan. Apakah benar yang dikatakan Bu Besan kalau ini hanya sekedar untukmemenuhui pesan almarhum?”“Mak, sekarang Sarah istriku,” jawab Mas Ismail. Jawaban yangngambang dan bahkan aku merasa perkataan Mami ada benarnya.Seketika hatiku dihampiri rasa kecewa dan sedih. Apakah inikenyataan yang seharusnya aku sadari namun dibutakan karena merasa mulaimencintai Mas Ismail. Atau aku terlalu bodoh yang tak menyadari karena sudahjelas dari awal pernikahan ini lantaran keinginan almarhum Kak Amel.‘Tidakkah ada rasa cinta sedikit pun untukku, Mas?’