TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 62 (Maling Teriak Kahilangan)
Pov Arga
Dengan uang ini aku bisa kumpul dengan teman. Sekedar duduksaja. Lagian sakit di an*s agak mulai sembuh. Untung obatnya berfungsi. Akantetapi, entah kenapa kalau aku terasa mau buang air besar, kok malah tidak bisamenahan lama? Hampir saja buang air besar di celana. Apakah ini akibat dari..., ah! Banyak kok yang seperti aku tapi aman-aman saja.
Sebelum kedapatan mencuri uang, aku segera ke luar darikamar Tia. Untung Andi sibuk di kamarnya. Kayak cewek saja sering menyendiri dikamar, padahal udah mau beristri. Andi ... Andi.
“Ga!”
“Tai ayam tai ayam tai ayam!” Aku tersentak kala masihberidiri depan kamar Tia, tiba-tiba Ibu datang meman
TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 63 (Permintaan Gila)Berlama-lama di rumah mantan mertua membuatku tak betah.Tentu tak nyaman dengan Mas Arga. Tiba-tiba bicara minta maaf. Aneh sajamendadak berubah. Entah kenapa aku tak percaya karena ia sering berbohong.Demi anak semua harus dijaga. Tadinya tak mau bicara denganmantan suami. Namun, ada putriku di rumah itu. Mau tak mau ya harus menunjukkanwajah baik.Ingin berlama-lama bertemu Tia, tapi terhalang kehadiranmantan suami. Namun, kok tumben ia bisa berubah secepat itu? Dapat hidayah darimana? Padahal kemarin ia masih posting video dengan pakaian dan dandan sepertiwanita.Mumpung waktunya makan siang, aku menyetir menuju kantor MasIsmail. Kami belum pernah makan siang di luar setelah menikah. Aku selalu sibukdengan ur
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 64 (Das*r Pelakor!)“Santai aja, Sarah. Aku datang bukan cari musuh tapi ingin berdamai,”ucap Ririn terlihat sangat santai.“Apa maksudmu?” Entah kenapa berhadapan dengannya tak adafirasat baik.“Aku ingin menjadi Istri Mas Ismail,” jawabnya tanpa ragu.“Apa? Kamu gila ya? Aku istri Mas Ismail!” Aku langsungberdiri seiring emosi yang terasa. Enak saja mau jadi istri suamiku. Dikiranya rumahtangga ini main-main hingga meminta tidak pakai ot*k. Cantik-cantik danberpendidikan kok malah mau jadi pelakor. Gila!“Santai, Sarah. Kita bisa memilikinya bersama. Aku janji takakan memusuhimu seperti adik madu pada umumnya.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 65 (Sedikit Keributan)Aku menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Ingin rasanyasegera sampai depan pagar. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat mataku terpanahingga langkah ini mendadak pelan, yaitu ada Ririn duduk dengan Mami di ruangtengah. Mereka bicara sangat akrab, dan terdengar tawa renyahnya.Mau apa lagi wanita itu ke sini? Apakah ia tak ingat kalautadi sore telah kuusir dari sini. Baru beberapa jam sudah ke sini lagi. Dasartidak punya malu! Jadi ia berusaha mencari perhatian mertuaku agar Mas Ismailmenikahinya. Oke, perang dimulai!“Itu Ismail.” Mami menujuk Mas Ismail yang melangkah di belakangku.Hah? Apa maksud Mami?“Hay, Ismail. Hay, Sarah.”Ciuh! Ririn me
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 66 (Luka Tak Berdarah)Mami memalingkan wajah kala Emak bertanya tentang ucapannya.Lalu pandangan dialihkan ke Mas Ismail. “Nak Ismail, pernikahan itu bukanmainan. Apakah benar yang dikatakan Bu Besan kalau ini hanya sekedar untukmemenuhui pesan almarhum?”“Mak, sekarang Sarah istriku,” jawab Mas Ismail. Jawaban yangngambang dan bahkan aku merasa perkataan Mami ada benarnya.Seketika hatiku dihampiri rasa kecewa dan sedih. Apakah inikenyataan yang seharusnya aku sadari namun dibutakan karena merasa mulaimencintai Mas Ismail. Atau aku terlalu bodoh yang tak menyadari karena sudahjelas dari awal pernikahan ini lantaran keinginan almarhum Kak Amel.‘Tidakkah ada rasa cinta sedikit pun untukku, Mas?’
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 67 (Oh, Tidak!)Pov Arga“Hah? Emang ada tuyulberkepala hitam? Setahu Ibu sih tuyul itu nggak punya rambut, Ndi,” ujar Ibu seriusmenanggapi ucapan Andi.Aduh! Kok Andi tidak terpengaruh sama sekali ya? Susahsekali membuatnya percaya akan ada tuyul yang suka mencuri uang. Ah, masa bodoh,yang penting Tia dan Ibu sudah percaya.“Ibu pikirin aja sendiri.” Andi masih terdengar menyindir.Iiih! Mulutnya seperti wanita saja!“Tia nggak punya uang jajan lagi, Neeek mmm.” Tia merengek.‘Maaf ya, Nak. Papa pinjam dulu buat pesta nanti malam,’bathinku ikut terlihat sedih.“Sud
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 68 (Menjemput Tia)Tuhan, jika kisah hidupku adalah takdir agar membuat ragadan hati ini lebih kuat dalam menjalani rintangan. Aku ikhlas menikmati lukatak berdarah ini, menikmatinya hingga suatu saat aku yakin luka ini akan hilangseiring bertambahnya usia dan jauh darinya. Mungkin ....Tadinya aku mau mengambil makanan untuk Emak. Tapi setelahmendengar percakapan Mas Ismail dan Mami, semua tak jadi dan bahkan kini hatikumakin terluka.‘Maafkan Sarah, Mak. Mak baru datang tapi disambut sepertiini.’‘Sarah, sejak kapan kamu jadi tambah cengeng? Kamu seorangibu dan harus kuat. Menangis hanya akan membuatmu lemah.”“Jangan bodoh dengan luka hati, bertindak, Sarah!&rsquo
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA,MASPart 69 (Di Rumah Mantan Mertua)“Bu, aku ingin bertemu Tia. Tolong jangan halangi aku!” Diamdan diam bukan solusinya. Dari tadi ibu mantan mertua menghalangi ataumempersulit bertemu dengan putriku sendiri.“Hey, Sarah! Tia juga anak Arga. Jadi jangan mentang-mentangkamu yang lahirin malah lupa dari mana asal Tia.” Astaga, kepalaku benar-benarpanas. Tidak bisa begini! Lama-lama ibu Mas Arga bikin aku kesal. Tanpamenunggu lagi, aku menerobos masuk meskipun tak diizinkan.“Eeeh! Kok malah masuk sih?”“Tia! Tia!” Aku berteriak memanggil sambil melangkah menujukamarnya.“Jangan masuk sembarangan ke rumah orang! Kamu bukan mantukulagi!”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 70 (Ancaman Arga)Pov Bu Rina (Ibunya Arga)Rasanya jantung ini mau copot dan dikeluarkan paksa dariraga setelah mendengar jawaban Tia. Arga terkena razia banc*? Apakah ia terjerumuslagi ke dunia penuh dosa itu. Tidak tidak! Ini tidak benar, anakku sudah tobatdan aku masih berharap ia kembali ke Sarah karena melihat kondisi rumah tanggaSarah sedang tidak baik. Tia melarikan diri ke sini, pasti Sarah tidak bahagiadi sana.“Tia malu! Papa bohong, katanya udah tobat.” Tia menangis, laluSarah memeluknya.“Ikutlah dengan Mama. Hanya semalam saja di sana, besok kitacari tempat tinggal baru bersama Nenek.”Melihat kondisi Tia semakin tertekan, ada rasa kasihan danberhasil menusuk