TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 66 (Luka Tak Berdarah)
Mami memalingkan wajah kala Emak bertanya tentang ucapannya.Lalu pandangan dialihkan ke Mas Ismail. “Nak Ismail, pernikahan itu bukanmainan. Apakah benar yang dikatakan Bu Besan kalau ini hanya sekedar untukmemenuhui pesan almarhum?”
“Mak, sekarang Sarah istriku,” jawab Mas Ismail. Jawaban yangngambang dan bahkan aku merasa perkataan Mami ada benarnya.
Seketika hatiku dihampiri rasa kecewa dan sedih. Apakah inikenyataan yang seharusnya aku sadari namun dibutakan karena merasa mulaimencintai Mas Ismail. Atau aku terlalu bodoh yang tak menyadari karena sudahjelas dari awal pernikahan ini lantaran keinginan almarhum Kak Amel.
‘Tidakkah ada rasa cinta sedikit pun untukku, Mas?’
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 67 (Oh, Tidak!)Pov Arga“Hah? Emang ada tuyulberkepala hitam? Setahu Ibu sih tuyul itu nggak punya rambut, Ndi,” ujar Ibu seriusmenanggapi ucapan Andi.Aduh! Kok Andi tidak terpengaruh sama sekali ya? Susahsekali membuatnya percaya akan ada tuyul yang suka mencuri uang. Ah, masa bodoh,yang penting Tia dan Ibu sudah percaya.“Ibu pikirin aja sendiri.” Andi masih terdengar menyindir.Iiih! Mulutnya seperti wanita saja!“Tia nggak punya uang jajan lagi, Neeek mmm.” Tia merengek.‘Maaf ya, Nak. Papa pinjam dulu buat pesta nanti malam,’bathinku ikut terlihat sedih.“Sud
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 68 (Menjemput Tia)Tuhan, jika kisah hidupku adalah takdir agar membuat ragadan hati ini lebih kuat dalam menjalani rintangan. Aku ikhlas menikmati lukatak berdarah ini, menikmatinya hingga suatu saat aku yakin luka ini akan hilangseiring bertambahnya usia dan jauh darinya. Mungkin ....Tadinya aku mau mengambil makanan untuk Emak. Tapi setelahmendengar percakapan Mas Ismail dan Mami, semua tak jadi dan bahkan kini hatikumakin terluka.‘Maafkan Sarah, Mak. Mak baru datang tapi disambut sepertiini.’‘Sarah, sejak kapan kamu jadi tambah cengeng? Kamu seorangibu dan harus kuat. Menangis hanya akan membuatmu lemah.”“Jangan bodoh dengan luka hati, bertindak, Sarah!&rsquo
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA,MASPart 69 (Di Rumah Mantan Mertua)“Bu, aku ingin bertemu Tia. Tolong jangan halangi aku!” Diamdan diam bukan solusinya. Dari tadi ibu mantan mertua menghalangi ataumempersulit bertemu dengan putriku sendiri.“Hey, Sarah! Tia juga anak Arga. Jadi jangan mentang-mentangkamu yang lahirin malah lupa dari mana asal Tia.” Astaga, kepalaku benar-benarpanas. Tidak bisa begini! Lama-lama ibu Mas Arga bikin aku kesal. Tanpamenunggu lagi, aku menerobos masuk meskipun tak diizinkan.“Eeeh! Kok malah masuk sih?”“Tia! Tia!” Aku berteriak memanggil sambil melangkah menujukamarnya.“Jangan masuk sembarangan ke rumah orang! Kamu bukan mantukulagi!”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 70 (Ancaman Arga)Pov Bu Rina (Ibunya Arga)Rasanya jantung ini mau copot dan dikeluarkan paksa dariraga setelah mendengar jawaban Tia. Arga terkena razia banc*? Apakah ia terjerumuslagi ke dunia penuh dosa itu. Tidak tidak! Ini tidak benar, anakku sudah tobatdan aku masih berharap ia kembali ke Sarah karena melihat kondisi rumah tanggaSarah sedang tidak baik. Tia melarikan diri ke sini, pasti Sarah tidak bahagiadi sana.“Tia malu! Papa bohong, katanya udah tobat.” Tia menangis, laluSarah memeluknya.“Ikutlah dengan Mama. Hanya semalam saja di sana, besok kitacari tempat tinggal baru bersama Nenek.”Melihat kondisi Tia semakin tertekan, ada rasa kasihan danberhasil menusuk
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 71 (Pergi Terusir)Akhirnya Tia mau diajak balik lagi. Hanya semalam saja. Jikaaku bisa punya tempat lain di kota ini, pasti sudah dibawa Emak dan Tia kesana. Lagian mencari rumah kontrakan tidak semudah itu karena hari sudah larutmalam.“Jadi Bu Besan sudah bikin cucuku lari dari rumah?” ucapEmak sambil memalingkan netra ke belakang, di mana Tia duduk di bangkubelakang.“Iya, Mak. Mungkin ini hanya salah paham aja.” Aku kembalifokus menyetir.“Salah paham kok kayak gitu? Awal kalian nikah ia terlihatbaiiiik sekali, nyatanya palsu.”“Nek, Kakek kok nggak datang?”“Lagi urusin kambing-kambing, nanti ajak Mam
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 72Pendapat Emak benar juga, kenapa tidak terpikir dari taditentang menyewa kamar hotel untuk semalam ini saja. Efek luka dan kecewa yangsangat dalam, hingga otak pun tak berpikir panjang. Yang ada hanya kesedihanyang sulit dihilangkan.‘Jangan mengais, Sarah. Hidupmu belum berakhir dengan semuaini. Ingat, kamu punya anak dan harus kuat!’ bathinku mensugesti diri.Malam ini, adalah malam yang sangat bersejarah dalamhidupku. Malam di mana aku merasa ditipu dan terhina. Seandainya dari awal tahukalau diperalat hanya demi sebuah janji pada Kak Amel, tak sudi menerima lamaranMas Ismail meskipun ia lelaki yang tampak baik dan kaya. Aku tahu itu, dikiraia ada rasa selain menempati amanat. Tapi, ini kesalahanku yang tak berpikir,terlena karena mungkin kala itu mul
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 73 (Pov Ismail)Pov Ismail“Akh! Sudah jam berapa ini?”Mengusap mata, terbangun dan menyadari berada di kamar tamu.Aku berusaha bangkit dari tempat tidur. Sinar matahari memasuki jendela kaca diantara celah tirai yang tidak tertutup sempurna. Mendadak terasa pusing, untukbangkit berdiri pun kepala bernenyut kencang.“Kenapa aku bisa di kamar tamu ya? Rasanya semalam tidur dikamarku,” gumamku sambil memopang kepala karena masih tertasa pusing.“Sudah bangun, Mas?” Tiba-tiba Ririn masuk kamar ini sambil membawakansecangkir teh.“Kamu ngapain masuk kamarku, Rin?” Bagaimana tidak terkejut,ini pertama kalinya Ririn t
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPov Arga (Kedatangan Ismail)"Dasar pisang layu! Kenapa belum puas juga bikin aku malu!" Ibu mukulku tanpa henti, dan bahkan sekuat tenaga.Aduuuuh! Terpaksa deh pasrah, daripada nginap di kantor polisi. Iiih! Sialnya! Baru juga nyicipi senang didekati si Udin ganteng. Ini satpol PP menggagunggu lagi."Ampun, Buuu, sakiiiit," jeritku seperti anak teraniaya. Tapi, benaran ini sakit sekali dipukul Ibu."Sakit kamu bilang! Aku justru lebih sakit darimu! Ugh!"Hanya sebentar saja berhenti, lalu aku dipukul lagi. Untung dipukul bagian pundak, punggung dan tangan, coba kalau bagian wajah, bisa hilang pesona Argina cantik."Aku khilaf, Bu!" Tak tahan menahan sakit, aku beranjak menja
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 119 [Aku sudah menceraikan Ririn, Mamiku sudah meninggal.Sekarang aku sendirian, Sarah. Hanya berharap di sisa hidupku yang sepi, bisamelihat anakku tumbuh besar dan memanggilku ’papa’. Semoga kamu berbaik hatimembiarkan aku memenuhi kewajiban pada anak kita][Aku tidak akan memaksamu menerimaku lagi, meskipun sangatberharap. Aku sadar salah dengan lari dari tanggung jawab sebagai suami hinggasurat cerai kita keluar. Aku salah mempermainkanmu dan justru akulah yang kinidipermainkan nasib dengan kehilangan Mami, ulah dari wanita pilihan Mami.Mungkin ini karma bagi kami yang menyakitimu. Untuk minta maaf lagi rasanyamalu dan aku tak pantas mendapatkan itu]Dua pesan dari Mas Ismail masuk ke ponsel kala aku sedangmenyusui anak. Nama putraku adalah ‘Muhamad Abqari’. Melihat ia sedangmenikmati air susu, ada rasa bersalah kalau menjauhkannya dari Mas Ismail. Aku sangategois jika melakukan itu.[Aku tak akan memisahkanmu dari anakmu, Mas. Lakukanlah
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 118 (Ditalak di Penjara)Pov Ismail“Loh, kenapa ditolak, Tia? Oma memberikan karena Tia sudahmenjadi seorang kakak.”“Papa Ismail, aku nggak mau mencoreng maaf yang tulus dengansebuah bayaran. Jika aku menerima warisan itu berarti aku menjual ucapan maaf.Bukankah saling memaafkan harus ikhlas?”Di sini aku merasa malu. Anak yang masih berusia belia saja,bisa mengucapkan hal yang tak terpikirkan olehku. Malu ini karena kalah daripemikirannya. Entah bagaimana Sarah mendidiknya hingga ia seperti manusia yangtidak silau dengan harta.“Tia bisa gunakan uang itu buat kuliah keluar negeri atau....”“Maaf, Pa. Jika aku mengandalkan uang itu buat pendidikandan memenuhi semua kebutuhanku, aku akan jadi malas di usia muda karena sudahmerasa punya. Aku takut terlena dan lupa belajar.”Tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ini benar-benar langka.Jarang anak seusia Tia berpikir seperti ini.Aku menoleh ke Sarah. “Sarah, tolong bujuk Tia,” pintaku.“Maaf, Mas. Ak
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 117 (Lebih Baik Begini)Ini yang membuatku sulit, Tia berpendapat yang belum tentu bisa aku lakukan. Ada sifat dari Mas Ismail yang membuatku tak bisa menjalani rumah tangga dengannya. Aku akui ia berbakti pada orang tuanya. Ia lelaki yang setia dengan istri hingga dalam rumah tangga tak pernah terdengar selingkuh. Tetapi, satu sikap yang membuat semua itu tak berarti. Yaitu, tidak punya pendirian, dan tidak bisa mengambil sikap tegas memutuskan dalam sebuah masalah. Padahal ia seorang pemimpin rumah tangga. Yang lebih parahnya, ia bersikap tanpa memperdulikan efek dari apa yang dilakukan hingga penyesalan itu datang kala semua sudah terjadi.“Nak, Mama yang tau semuanya. Jika kamu berpendapat seperti itu, Mama hargai dan ini juga membuka hati Mama agar tidak memisahkan antar anak dan Bapak.”“Mama nggak mau menerima Papa Ismail lagi?”“Tidak semudah itu. Ada hal yang belum bisa Mama ceritakan.”“Tia ngerti, Ma. Tia hanya melihat di luar aja hi
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 116 (Ucapan Tia Yang Tak Terduga)“Sarah, menurutmu gimana dengan Bobi?”Aku sedang menyusui tiba-tiba mengalihkan pandangan ke Emak.“Maksud Emak apa?”“Masa nggak ngerti maksud Emak? Kamu pasti tau lah arah pembicaraanini.”Emak bicara langsung-langsung saja. Bahkan ini agakterdengar sensitif untuk dibahas.“Kok malah diam? Kamu tu bukan anak kecil lagi pakai malusegala.” Emak menatapku. Waduh, Emak tahu saja apa yang aku rasakan.Menghela napas panjang, sejenak berpikir lagi dengan jawabanyang akan dilontarkan. Aku tak mau gegabah memutuskan karena sudah dua kaligagal dalam rumah tangga. Ditambah sekarang sudah punya dua orang anak. Kalaumenikah lagi, belum tentu suamiku nanti menerima wanita janda yang sudah punyaanak dua. Lagian anakku masih bayi dan butuh biaya besar.“Kalau kamu nggak yakin nggak masalah. Emak ngerti yang kamupikirkan. Hanya aja, jangan jadikan gagal berumah tangga dua kali itu ketakutanbuat maju menjalani jika ada yang
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 115 (Sial!)Pov Siska / Kakaknya RirinSebenarnya aku sangat jijik masuk dan duduk di rumah ini. Lantainyasaja lebih bagusan kandang anjingku di rumah. Tikar ini juga sangat jelek danpasti banyak yang duduk dengan kaki kotor. Iiih! Geli sekali duduk di sini. Kalaubukan demi Ririn, ogah menginjakan kaki di sini. Huh! Sial!“Tolong bujuk Ismail agar mencabut tuntutan. Ririn hanyakorban sama sepertimu, Sarah.” Dengan muka sedih, aku memohon ke Sarah. Namun,sialan, itu nenek lampir kenapa dari tadi membuat aku kesal saja. Ia selalumenjawab dan lebih cepat berucap daripada anaknya.“Maaf, sepertinya salah alamat. Aku dan Mas Ismail sudahtidak ada hubungan lagi hingga ingin membujuknya.”“Iya, aku tau itu. Tapi hanya kamu yang bisa didengar Ismailsekarang ini. Ia masih mengharapkanmu dan pasti mau kalau kamu yang minta.Tolonglah, Sarah ..., hanya kamu yang bisa menolong adikku saat ini.”“Hey! Apa kamu udah gila? Adikmu hampir saja menembak Sarahdan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 114 (Kedatangan Kakaknya Ririn)“Mbak yakin kita segera meninggalkan rumah sakit ini?” tanyapak Bobi setelah kami turun ke lantai satu rumah sakit.“Ya, Pak. Aku harus ngapain lagi di sini?”“Bukan begitu, Pak Ismail sepertinya ....” Ucapan Pak Bobitidak dilanjut. Terlihat ada keraguan.“Ia hanya mantan suami dalam pernikahan kilat, Pak,” ujarkumenjelaskan. Aku tahu ia merasa tidak enak karena mengira aku akan kembali padaMas Ismail.“Pernikahan kilat?” Pak Bobi menatapku dengan alis bertaut.“Hanya suami yang beberapa malam saja.”Tidak ada yang perlu disembunyikan. Jika aku mencoba membukahati dengan Pak Bobi, ia harus tahu semua kisah hidupku agar tak ada dusta diantara kami. Jika sekarang aku memutuskan membuka hati, agar berita tidakmenyudutkan aku seolah seperti penghancur rumah tangga Mas Ismail dan Ririn.Berita yang tersebar bermacam-macam, ada yang mengatakan kalau aku bukanpelakor dan sebaliknya.“Bu Sarah, apakah kami bisa wawancara
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 113 (Di Rumah Sakit)“Bu Sarah datang ke rumah sakit buat membesuk korban?” tanyasalah seorang wartawan.“Mmm ....”Terdiam dalam bingung, para wartawan mengerumuni untukdiwawancara. Di luar dugaan, tak menyangka kedatangan ke sini ingin berobat,justru bertemu dengan beberapa wartan. Apa yang harus dijawab?Akan tetapi, siapa korban penembakan yang dimaksud? Saatkejadian tadi, hanya atap rumah yang tertembak. Masa ada korban? Ataujangan-jangan ..., oh iya, tadi Ririn pernah berkata kalau ia telahmenyingkirkan seseorang. Ya Tuhan, apakah Mas Ismail?“Bu Sarah, benarkah cinta segi tiga ini membuat Dokter Ririnmenjadi stres? Apakah Pak Ismail telah menceraikan Dokter Ririn demi bisabersama Bu Sarah?”“Apa?”Ini sudah keterlaluan. Nama baikku tercemar ulah konflikrumah tangga mantan suami kedua.“Maaf, sepertinya ini salah paham, saya tidak tahu denganinsiden penembakan, dan siapa yang ditembak?”“Loh, bukankah ibu dari Pak Ismail tertembak dan sek
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 112 (Surat Dari Mas Arga)“Arga sudah meninggal, Sarah ....” Ibu mantan mertuaterdengar terisak di ponsel.Innalillahiwainnalilahirojiuun ..., berita ini berhasilmembuatku meneteskan air mata. Kenangan akan bersama dia dulunya terbayang.Tidak dipungkiri dulu pernah mencintainya. Bahkan ia lelaki yang pertamaberhasil meluluhkan hati ini dengan rasa bahagia kala dilamar. Aku merasawanita beruntung, namun ....“Bu, apa sakit Mas Arga selama ini?” tanyaku dengan suaraserat.“HIV, tapi kamu jangan khawatir, ia minta tinggal di salahsatu kontrakan samping rumah agar kami tidak tertular. Ia sangat menjaga jarak,Sarah.”“Datanglah ke sini, ada titipan dari Arga.”***Tidak banyak yang hadir di acara pemakaman Mas Arga. Paratetangga hanya singgah sebentar lalu pergi. Kabar Mas Arga sakit karenapenyimpangan sexsual, seolah membuat mereka takut tertular. Wajar para tetanggabegitu karena video Mas Arga sudah beberapa kali viral.“Ini titipan Arga, Sarah.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 111 (Perlawanan)Tok tok tok!“Buka pintunya, Sarah!”Emak masih berteriak sambil mengetuk pintu karena pintubelum dibukakan. Ririn tampak tegang sambil menoleh ke pintu lalu ke arahkubergantian. Bisa dilihat ia mulai panik.“Awas Kalian teriak?” ancamnya tetap menodongkan pistol.“Kamu mau apa dengan semua ini?” Aku berusaha mengajak Ririnkomunikasi agar ia lengah hingga aku bisa bertindak.Tiba-tiba bayiku menangis hingga pandangannya tertuju kekamar. Lalu Ririn mencoba mendekati pintu kamar.“Jangan sakiti anakku, Rin! Kalau kamu marah denganku,tembak aku.”Ririn menghentikan langkahnya. “Tentu aku akan menembakmu.Tapi sebelum itu akan kumusnahkan buah cinta kalian biar aku menang.”Astaga, ia tampak stres dengan ambisi berusaha memenangkansebuah pertandingan. Bukankah ia seorang dokter hingga lebih tahu obat penyakitmental apalagi fisik. Sepertinya ilmu tidak berguna hingga ia terlihat sangatmemprihatinkan.“Ma, ia mau tembak dedek,” bisik