TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MAS
Part 55 (Putriku)
“Apa? Papa Ismail melarang Tia ketemu Nenek dan Om Andi,Ma?” Tia terkejut saat kularang ke rumah neneknya.
“Ini karena video papamu yang memperlihatkan foto Mama.Tunggu suasana tenang dulu, ya?”
“Yang salah tu Papa, bukan Mama. Kok nggak masuk akal.” Tiatampak cemberut.
“Mama jadi pusat perhatian teman-teman Oma, Tia.”
“Tau begini nyesal aku izinin Mama menikah sama Papa Ismail.Masa aku nggak bebas?”
Ini berhasil membuatku di posisi serba salah. Suami melarangsementara anak tetap ingin. Sebagai istri, tentu aku menjaga nama baik keluarga,sementara sebagai Ibu, aku juga ingin memberikan ke
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 56 (Serba Salah)“Sudahlah, Mi. Sarah tau apa yang diperbuat untuk Tia.” MasIsmail seperti berusaha membuat Maminya diam.“Ismail, ini salah Sarah. Mami sudah bicara sebelumnya tapiia tak bisa mengendalikan putrinya. Dulu Amel tak seperti ini. Ia bisa bergauldengan teman-teman Mami meskipun kalian belum punya anak. Mami tidakmempermasalahkan itu. Sama seperti sekarang Mami juga tak mempermasalahkan kamumenikah dengan Sarah yang sudah punya anak. Tapi satu hal yang tak Mami suka,apabila ada yang tidak menjaga nama baik keluarga, serta tak bisa dididik!”Baru terlihat jelas seperti apa karakter Mami. Dalam keadaanseperti ini seharusnya aku dapat dukungan darinya, tapi aku malah semakindipojokkan. Ia juga memperbandingkan aku dengan Kak Amel. Aku b
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 57 (Dicerai)Pov ArgaPenyakit di an*s ini berhasil membuat Ayang Rudi menjauh. Aksipemerkosaan batal. Malah ia menatap jijik hingga pergi. Sebelumnya ia berhasil membuatkutakut karena pemaksaan ini mengingatkan kejadian kala itu. Dengan sadismemotong alat pusaka aku hingga rasanya sangat sakit.“Uh! Sial! Kok penyakit ini malah makin menyebar ke paha.Iiih, kalau gini bagaimana aku bisa kencan dengan lelaki lain. Baru jugamerasakan jadi primadona tik t*k, nggak mungkin karirku hancur ulah penyakittak jelas ini.” gumamku sambil mengoleskan obat dengan cara agak menunggingmelihat ke cermin.Setelah mengoleskan obat, kuraih ponsel dari nakas. Tentuingin menelepon Nona. Ia harus bertanggung jawab karena menyuruhku ke klinikitu. Bukannya tambah sembuh, penyakit ini makin menjadi.“Halo, Say ...,” jawab Nona di ponsel.“Hey, Monyong! Kamu harus tanggung jawab karena meny
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 58 (Semakin Tahu)“Tia tau, Ma. Tia tertekan di sana. Apa yang Tia lakukanseolah diawasi dan ini membuat tak bebas. Kadang Oma menegur dengan kata-katanggak enak didengar.”“Tapi Tia tau kan gimana Nenek sama Mama? Tadi aja sindirantetap dilontarkan.”“Ma, nanti Tia akan bicara dengan Nenek dan Om Andi. Mamabisa ketemu Tia setiap hari di sini. Tapi kalau balik lagi ke rumah besar itu,Tia nggak mau.”Aku sangat mengerti kenapa putriku tak betah. Aku saja jugabegitu setelah mendengar langsung perkataan Mami. Tapi aku tak sanggup berpisahdengan Tia. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?Bagaimana mungkin aku bisa berpisah dengan putriku demisuami? Tujuan menikah b
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 59 (Kembalinya Arga)Pov Bu Rina (Ibunya Arga)“Alhamdulillah ... Alhamdulillah ..., akhirnya kamu sadarjuga, Nak.” Tak kuasa menahan betapa senangnya hati ini, aku sangat bersyukur.Arga sudah kembali ke rumah ini dengan kondisi normal. Ya, ia sudahberpenampilan seperti lelaki. Tak ada rok atau lisptik yang membuatku jijik.“Maafkan aku, Ibu. Aku salah dan ... aku juga malu,” ucapArga dengan uraian air mata.Tia hanya terpana melihat papanya. Entah apa yang ia pikirkan,aku tahu ia sangat merindukan papanya yang dulu.“Tia, ayo sini, salam papamu,” ajaku agar Tia mendekatiArga.“Tapi, Nek ....” Tia tampak ragu. Ba
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 60 (Wanita Asing di Rumah Mertua)Setelah membaca pesan WA Tia, rasa penasaran membuatkumeneleponnya langsung. Apa aku tak salah baca? Mas Arga balik ke rumah ibunyalantaran sudah sadar? Semudah itukah ia sadar dan kembali? Ah, semoga sajabenar.“Halo, Ma,” jawab Tia di ponsel.“Gimana kabarmu, Nak? Sudah makan?” Tentu aku menayakan ini terlebihdahulu, meskipun aku tahu Ibu mantan mertua tak akan mungkin mengabaikananakku.“Sudah dong, Ma. Nenek masak rendang daging sapi. Aku sampaimakan dua piring.” Suara Tia terdengar senang. Alhamdulillah, anankku terdengarsangat ceria.“Ada kebutuhanmu yang harus dibeli nggak?”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 61 (Bertemu Mantan)Pov ArgaSemakin hari terasa membosankan. Tak ada kegiatan selainmakan dan duduk depan televisi. Bahkan posting video harus mikir keras. Ya,takut ketahuan sandiwara ini. Sandiwara kala aku pura-pura jadi Arga, bukanArgina.Aku tak ingin mendustai diri sendiri. Menjadi Argina terasamenyenangkan. Ada sensasi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Menjadiidola dan digemari banyak orang. Orang di sini yang menyukai diriku, bukan yangmenceramahi tentang neraka atau kiamat makin dekat. Handeh, aku pusingdibuatnya.“Iya, Mama. Nggak usah melalui rekening, Ma. Ribet ke Atm.Mama ke sini aja.”Aku langsung bangkit dari rebahan di sofa, kala mendengarsuara Tia. Kupalingk
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 62 (Maling Teriak Kahilangan)Pov ArgaDengan uang ini aku bisa kumpul dengan teman. Sekedar duduksaja. Lagian sakit di an*s agak mulai sembuh. Untung obatnya berfungsi. Akantetapi, entah kenapa kalau aku terasa mau buang air besar, kok malah tidak bisamenahan lama? Hampir saja buang air besar di celana. Apakah ini akibat dari..., ah! Banyak kok yang seperti aku tapi aman-aman saja.Sebelum kedapatan mencuri uang, aku segera ke luar darikamar Tia. Untung Andi sibuk di kamarnya. Kayak cewek saja sering menyendiri dikamar, padahal udah mau beristri. Andi ... Andi.“Ga!”“Tai ayam tai ayam tai ayam!” Aku tersentak kala masihberidiri depan kamar Tia, tiba-tiba Ibu datang meman
TERIMAKASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 63 (Permintaan Gila)Berlama-lama di rumah mantan mertua membuatku tak betah.Tentu tak nyaman dengan Mas Arga. Tiba-tiba bicara minta maaf. Aneh sajamendadak berubah. Entah kenapa aku tak percaya karena ia sering berbohong.Demi anak semua harus dijaga. Tadinya tak mau bicara denganmantan suami. Namun, ada putriku di rumah itu. Mau tak mau ya harus menunjukkanwajah baik.Ingin berlama-lama bertemu Tia, tapi terhalang kehadiranmantan suami. Namun, kok tumben ia bisa berubah secepat itu? Dapat hidayah darimana? Padahal kemarin ia masih posting video dengan pakaian dan dandan sepertiwanita.Mumpung waktunya makan siang, aku menyetir menuju kantor MasIsmail. Kami belum pernah makan siang di luar setelah menikah. Aku selalu sibukdengan ur
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 119 [Aku sudah menceraikan Ririn, Mamiku sudah meninggal.Sekarang aku sendirian, Sarah. Hanya berharap di sisa hidupku yang sepi, bisamelihat anakku tumbuh besar dan memanggilku ’papa’. Semoga kamu berbaik hatimembiarkan aku memenuhi kewajiban pada anak kita][Aku tidak akan memaksamu menerimaku lagi, meskipun sangatberharap. Aku sadar salah dengan lari dari tanggung jawab sebagai suami hinggasurat cerai kita keluar. Aku salah mempermainkanmu dan justru akulah yang kinidipermainkan nasib dengan kehilangan Mami, ulah dari wanita pilihan Mami.Mungkin ini karma bagi kami yang menyakitimu. Untuk minta maaf lagi rasanyamalu dan aku tak pantas mendapatkan itu]Dua pesan dari Mas Ismail masuk ke ponsel kala aku sedangmenyusui anak. Nama putraku adalah ‘Muhamad Abqari’. Melihat ia sedangmenikmati air susu, ada rasa bersalah kalau menjauhkannya dari Mas Ismail. Aku sangategois jika melakukan itu.[Aku tak akan memisahkanmu dari anakmu, Mas. Lakukanlah
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 118 (Ditalak di Penjara)Pov Ismail“Loh, kenapa ditolak, Tia? Oma memberikan karena Tia sudahmenjadi seorang kakak.”“Papa Ismail, aku nggak mau mencoreng maaf yang tulus dengansebuah bayaran. Jika aku menerima warisan itu berarti aku menjual ucapan maaf.Bukankah saling memaafkan harus ikhlas?”Di sini aku merasa malu. Anak yang masih berusia belia saja,bisa mengucapkan hal yang tak terpikirkan olehku. Malu ini karena kalah daripemikirannya. Entah bagaimana Sarah mendidiknya hingga ia seperti manusia yangtidak silau dengan harta.“Tia bisa gunakan uang itu buat kuliah keluar negeri atau....”“Maaf, Pa. Jika aku mengandalkan uang itu buat pendidikandan memenuhi semua kebutuhanku, aku akan jadi malas di usia muda karena sudahmerasa punya. Aku takut terlena dan lupa belajar.”Tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ini benar-benar langka.Jarang anak seusia Tia berpikir seperti ini.Aku menoleh ke Sarah. “Sarah, tolong bujuk Tia,” pintaku.“Maaf, Mas. Ak
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPART 117 (Lebih Baik Begini)Ini yang membuatku sulit, Tia berpendapat yang belum tentu bisa aku lakukan. Ada sifat dari Mas Ismail yang membuatku tak bisa menjalani rumah tangga dengannya. Aku akui ia berbakti pada orang tuanya. Ia lelaki yang setia dengan istri hingga dalam rumah tangga tak pernah terdengar selingkuh. Tetapi, satu sikap yang membuat semua itu tak berarti. Yaitu, tidak punya pendirian, dan tidak bisa mengambil sikap tegas memutuskan dalam sebuah masalah. Padahal ia seorang pemimpin rumah tangga. Yang lebih parahnya, ia bersikap tanpa memperdulikan efek dari apa yang dilakukan hingga penyesalan itu datang kala semua sudah terjadi.“Nak, Mama yang tau semuanya. Jika kamu berpendapat seperti itu, Mama hargai dan ini juga membuka hati Mama agar tidak memisahkan antar anak dan Bapak.”“Mama nggak mau menerima Papa Ismail lagi?”“Tidak semudah itu. Ada hal yang belum bisa Mama ceritakan.”“Tia ngerti, Ma. Tia hanya melihat di luar aja hi
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 116 (Ucapan Tia Yang Tak Terduga)“Sarah, menurutmu gimana dengan Bobi?”Aku sedang menyusui tiba-tiba mengalihkan pandangan ke Emak.“Maksud Emak apa?”“Masa nggak ngerti maksud Emak? Kamu pasti tau lah arah pembicaraanini.”Emak bicara langsung-langsung saja. Bahkan ini agakterdengar sensitif untuk dibahas.“Kok malah diam? Kamu tu bukan anak kecil lagi pakai malusegala.” Emak menatapku. Waduh, Emak tahu saja apa yang aku rasakan.Menghela napas panjang, sejenak berpikir lagi dengan jawabanyang akan dilontarkan. Aku tak mau gegabah memutuskan karena sudah dua kaligagal dalam rumah tangga. Ditambah sekarang sudah punya dua orang anak. Kalaumenikah lagi, belum tentu suamiku nanti menerima wanita janda yang sudah punyaanak dua. Lagian anakku masih bayi dan butuh biaya besar.“Kalau kamu nggak yakin nggak masalah. Emak ngerti yang kamupikirkan. Hanya aja, jangan jadikan gagal berumah tangga dua kali itu ketakutanbuat maju menjalani jika ada yang
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 115 (Sial!)Pov Siska / Kakaknya RirinSebenarnya aku sangat jijik masuk dan duduk di rumah ini. Lantainyasaja lebih bagusan kandang anjingku di rumah. Tikar ini juga sangat jelek danpasti banyak yang duduk dengan kaki kotor. Iiih! Geli sekali duduk di sini. Kalaubukan demi Ririn, ogah menginjakan kaki di sini. Huh! Sial!“Tolong bujuk Ismail agar mencabut tuntutan. Ririn hanyakorban sama sepertimu, Sarah.” Dengan muka sedih, aku memohon ke Sarah. Namun,sialan, itu nenek lampir kenapa dari tadi membuat aku kesal saja. Ia selalumenjawab dan lebih cepat berucap daripada anaknya.“Maaf, sepertinya salah alamat. Aku dan Mas Ismail sudahtidak ada hubungan lagi hingga ingin membujuknya.”“Iya, aku tau itu. Tapi hanya kamu yang bisa didengar Ismailsekarang ini. Ia masih mengharapkanmu dan pasti mau kalau kamu yang minta.Tolonglah, Sarah ..., hanya kamu yang bisa menolong adikku saat ini.”“Hey! Apa kamu udah gila? Adikmu hampir saja menembak Sarahdan
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 114 (Kedatangan Kakaknya Ririn)“Mbak yakin kita segera meninggalkan rumah sakit ini?” tanyapak Bobi setelah kami turun ke lantai satu rumah sakit.“Ya, Pak. Aku harus ngapain lagi di sini?”“Bukan begitu, Pak Ismail sepertinya ....” Ucapan Pak Bobitidak dilanjut. Terlihat ada keraguan.“Ia hanya mantan suami dalam pernikahan kilat, Pak,” ujarkumenjelaskan. Aku tahu ia merasa tidak enak karena mengira aku akan kembali padaMas Ismail.“Pernikahan kilat?” Pak Bobi menatapku dengan alis bertaut.“Hanya suami yang beberapa malam saja.”Tidak ada yang perlu disembunyikan. Jika aku mencoba membukahati dengan Pak Bobi, ia harus tahu semua kisah hidupku agar tak ada dusta diantara kami. Jika sekarang aku memutuskan membuka hati, agar berita tidakmenyudutkan aku seolah seperti penghancur rumah tangga Mas Ismail dan Ririn.Berita yang tersebar bermacam-macam, ada yang mengatakan kalau aku bukanpelakor dan sebaliknya.“Bu Sarah, apakah kami bisa wawancara
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 113 (Di Rumah Sakit)“Bu Sarah datang ke rumah sakit buat membesuk korban?” tanyasalah seorang wartawan.“Mmm ....”Terdiam dalam bingung, para wartawan mengerumuni untukdiwawancara. Di luar dugaan, tak menyangka kedatangan ke sini ingin berobat,justru bertemu dengan beberapa wartan. Apa yang harus dijawab?Akan tetapi, siapa korban penembakan yang dimaksud? Saatkejadian tadi, hanya atap rumah yang tertembak. Masa ada korban? Ataujangan-jangan ..., oh iya, tadi Ririn pernah berkata kalau ia telahmenyingkirkan seseorang. Ya Tuhan, apakah Mas Ismail?“Bu Sarah, benarkah cinta segi tiga ini membuat Dokter Ririnmenjadi stres? Apakah Pak Ismail telah menceraikan Dokter Ririn demi bisabersama Bu Sarah?”“Apa?”Ini sudah keterlaluan. Nama baikku tercemar ulah konflikrumah tangga mantan suami kedua.“Maaf, sepertinya ini salah paham, saya tidak tahu denganinsiden penembakan, dan siapa yang ditembak?”“Loh, bukankah ibu dari Pak Ismail tertembak dan sek
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 112 (Surat Dari Mas Arga)“Arga sudah meninggal, Sarah ....” Ibu mantan mertuaterdengar terisak di ponsel.Innalillahiwainnalilahirojiuun ..., berita ini berhasilmembuatku meneteskan air mata. Kenangan akan bersama dia dulunya terbayang.Tidak dipungkiri dulu pernah mencintainya. Bahkan ia lelaki yang pertamaberhasil meluluhkan hati ini dengan rasa bahagia kala dilamar. Aku merasawanita beruntung, namun ....“Bu, apa sakit Mas Arga selama ini?” tanyaku dengan suaraserat.“HIV, tapi kamu jangan khawatir, ia minta tinggal di salahsatu kontrakan samping rumah agar kami tidak tertular. Ia sangat menjaga jarak,Sarah.”“Datanglah ke sini, ada titipan dari Arga.”***Tidak banyak yang hadir di acara pemakaman Mas Arga. Paratetangga hanya singgah sebentar lalu pergi. Kabar Mas Arga sakit karenapenyimpangan sexsual, seolah membuat mereka takut tertular. Wajar para tetanggabegitu karena video Mas Arga sudah beberapa kali viral.“Ini titipan Arga, Sarah.”
TERIMA KASIH MEMINTAKU BEKERJA, MASPart 111 (Perlawanan)Tok tok tok!“Buka pintunya, Sarah!”Emak masih berteriak sambil mengetuk pintu karena pintubelum dibukakan. Ririn tampak tegang sambil menoleh ke pintu lalu ke arahkubergantian. Bisa dilihat ia mulai panik.“Awas Kalian teriak?” ancamnya tetap menodongkan pistol.“Kamu mau apa dengan semua ini?” Aku berusaha mengajak Ririnkomunikasi agar ia lengah hingga aku bisa bertindak.Tiba-tiba bayiku menangis hingga pandangannya tertuju kekamar. Lalu Ririn mencoba mendekati pintu kamar.“Jangan sakiti anakku, Rin! Kalau kamu marah denganku,tembak aku.”Ririn menghentikan langkahnya. “Tentu aku akan menembakmu.Tapi sebelum itu akan kumusnahkan buah cinta kalian biar aku menang.”Astaga, ia tampak stres dengan ambisi berusaha memenangkansebuah pertandingan. Bukankah ia seorang dokter hingga lebih tahu obat penyakitmental apalagi fisik. Sepertinya ilmu tidak berguna hingga ia terlihat sangatmemprihatinkan.“Ma, ia mau tembak dedek,” bisik