Home / Romansa / TEMAN TAPI MESRA / Si Tulang Punggung

Share

TEMAN TAPI MESRA
TEMAN TAPI MESRA
Author: Ms. Bloomwood

Si Tulang Punggung

Author: Ms. Bloomwood
last update Last Updated: 2022-03-03 15:12:01

Sasha menghela nafas panjang, menatap dengan gusar catatan keuangan pengeluaran keluarga yang baru saja dikirimkan Omanya. Keningnya berkerut menghitung dalam hati total tagihan yang harus dibayarkannya. Emosinya langsung tersulut kala melihat satu garis catatan dengan tulisan, 

Arisan Mama: Rp. 2.200.000,-

Jarinya otomatis menekan tombol hijau di ponselnya dengan gusar, menghubungi Mamanya. 

"Ya Sha?" suara Mama terdengar tidak bersemangat seperti biasanya. 

"Ma, ini dua juta dua ratus arisan apaan?!" tanya Sasha sewot, 

ia menghentak-hentakan ujung sepatunya dengan cepat, cara yang biasa ia lakukan untuk menenangkan diri di saat gugup atau emosi. 

"Ya biasalah Sha arisan sama temen-temen Mama," Mama Sasha menjawab dengan nada datar, tanpa rasa bersalah. 

Sasha menjadi semakin gusar, 

"PENTING YA? Harus banget? Gak usah ikutan dulu deh Ma, aku kan mesti bayar uang pangkal Katia masuk SD! Cicilan utang Mama ke Tante Dian aja belum selesai, gak cukuplah Ma kalau masih harus bayar arisan segala!" oceh Sasha dengan intonasi yang sudah tidak terkontrol lagi. 

Seperti biasa Mama mengakhiri pembicaraan tanpa jawaban, hanya sambungan telepon dari Sasha yang diputus sepihak. 

Sasha nyaris melempar ponsel ke meja kerjanya, tapi urung. Jika ponselnya rusak ia mungkin harus menunggu beberapa bulan untuk membeli ponsel baru. Sebagai pelampiasan ia memukul-mukul keyboard komputer di meja dengan tangannya. 

"Rusak Woi!" 

suara Raga, Supervisor Graphic Design menghentikan Sasha.

Raga tampak berdiri di sebelah Sasha sambil menyeruput kopi panas yang baru saja ia buat di pantry kantor.

"Ngomel mulu Shaaa, sebat dulu kali biar selow!" ajak Raga sambil menunjukan sebungkus rokok yang baru saja dibelinya. Wajahnya yang menurut kebanyakan orang mirip dengan aktor Indonesia Junot Ali dibuat selucu mungkin supaya Sasha yang sedang kesal dapat tertawa. 

Sasha tidak tertawa dan hanya mengangkat kedua alisnya tanda ia mengiyakan, lalu mengekor dibelakang Raga yang berjalan lebih dulu menuju 'Smoking Room' kantor yang berada di lantai lima.

Raga, 30 Tahun, Graphic Design Supervisor, adalah sahabat terbaik Sasha di kantor. Ia tidak perlu bertanya mengenai kegusaran Sasha setiap tanggal dua puluh lima alias setiap gajian tiba, karena dia tahu betul apa yang pasti membuat Sasha gusar di hari itu. 

"Nih, ganjel perut!" Raga melempar sebungkus sandwich kepada Sasha yang sergap menangkap. Sambil menghisap rokok dalam - dalam Sasha memandangi sandwich yang diberikan Raga. 

"Huh sandwich!" keluh Sasha sinis. 

Raga menatap bingung

 "Kenapa? Lo bukannya suka? Jangan sok deh Sha, lo roti isi ampas kopi aja lo makan hahaha!" ujar Raga sambil menoyor kepala Sasha. Sasha yang biasanya tertawa hanya mendengus. 

"Lo tau Sandwich Generation gak?" tanya Sasha sambil menatap kosong ke arah dinding kaca di Smoking Room tempat mereka merokok.

Raga mematikan rokoknya yang sudah nyaris habis terbakar, 

"Tau lah!" jawab Raga sombong. 

"Kayak lo gini kan? Generasi yang kena tanggung jawab buat biayain generasi di atas lo, diri lo sama generasi dibawah lo? Lo nanya-nanya mau ngetes gue? Buset Raga dilawan!" Raga mendengus sambil bergaya menyisir rambutnya dengan tangan. 

Sasha yang sedang badmood parah mau tidak mau tertawa, 

"Sialan emang lo! Iya Fuckin' Sandwich Generation, I gotta live my life like this forever!" Sasha bangkit dari duduknya, berjalan ke arah standing ashtray lalu mematikan rokoknya dengan gusar. 

Raga merangkul bahu Sasha sambil berujar "Santai bro, hidup masih panjang, jangan gerutu mulu, jelek muka lo!"

Sasha menyikut rusuk Raga sambil mengomel, "Berisik Lo!"

*****

Jam makan siang telah usai, meja-meja kantor mulai terisi penuh. Sasha kembali ke mejanya, berjanji dalam hati untuk fokus bekerja dan melupakan kekesalannya kepada Mama.

Sasha baru saja selesai memulas kan lipstick matte soft pink di bibirnya ketika telepon di meja kerjanya berdering.

"Halo, Sasha speaking!" 

"Mbak Sasha, ini Indi," suara Indi resepsionis kantor terdengar akrab ditelinga Sasha. 

"Yes, kenapa Di?" tanya Sasha santai. 

"Ada yang mau ketemu Mbak Sasha, namanya Ibu Wilhelmina, katanya belum ada janji sama Mbak Sasha," jelas Indi.

Sasha mengerutkan kening.

"Dari company mana Di?"

Indi terdengar sedang menanyakan hal yang sama kepada seseorang, lalu suaranya kembali terdengar jelas ditelepon.

"Bukan dari company Mbak, katanya personal, dia kerabat dari Ibu Katalina Iswandi," suara Indi terdengar jauh dan pelan, Sasha seketika lemas, ia meminta Indi untuk menempatkan tamunya ke ruang meeting yang kosong. 

Katalina Iswandi adalah nama Mama Sasha, siapapun yang datang dan mengatakan dirinya adalah kerabat, kenalan atau teman Ibu Katalina Iswandi, bisa dipastikan keperluannya adalah penagihan hutang. 

Sasha sudah berkali-kali menyelesaikan hutang Mamanya, namun hutang itu seperti tiada habisnya dan terus menerus bertambah. Sasha bukannya tidak pernah tegas dengan Mamanya, namun Mamanya acap kali menjadi depresi, murung dan melampiaskan kemarahannya kepada adik-adik Sasha jika keinginannya tidak dipenuhi. 

Mama Sasha adalah seorang penggila judi online, ia menjadi gila judi online setelah mencobanya pertama kali tepat satu bulan setelah Ayah Katia mencampakkannya dan dengan sengaja membawa istri barunya ke komunitas arisan yang biasa mereka datangi bersama. 

Ia beralasan judi online adalah pelampiasan kesedihannya, namun sialnya justru membuat ia terlilit hutang pada beberapa rentenir, yang bunganya jauh melebihi jumlah hutang itu sendiri. 

Lagi-lagi Sasha yang harus membereskan kekacauan itu, sama seperti hari-hari sebelumnya. 

Jam digital di meja kerja Sasha menunjukan pukul 17.20 sore, Sasha merenggangkan lengannya yang pegal karena mengetik press release yang harus diberikan kepada media di acara Konferensi Pers pembukaan cabang hotel Kencana di kawasan Dharmawangsa Jakarta Selatan pekan depan. 

Ia melirik ponselnya dan iseng membuka aplikasi m-banking untuk mengecek saldo yang tersisa direkeningnya. 

Rp. 2.500.000,-

Angka dua juta lima ratus ribu rupiah terpampang jelas di layar ponsel Sasha. 

Gaji Sasha sebagai Public Relation Supervisor di kantornya sebenarnya lebih dari cukup untuk perempuan lajang seperti Sasha. Namun kebutuhannya seringkali melebihi gajinya.

Biaya kehidupan Oma tidak seberapa, tapi hutang Mama Sasha, biaya sekolah Jasmine dan Katia, serta kebutuhan Sasha sendiri, membuat gaji Sasha bukan hanya pas-pasan tapi juga minus. 

Siang tadi ia berdebat hebat dengan Ibu Wilhelmina yang meminta hutang Mama Sasha sebesar tiga puluh enam juta rupiah diselesaikan hari itu juga. Sasha keberatan dan sempat mengucap segala sumpah serapah karena ia merasa tidak berkewajiban untuk membayar hutang tersebut. 

Namun Ibu Wilhelmina dengan santai mengancam akan membuat huru hara di kantor Sasha agar semua orang tau mengenai masalah hutang Mama Sasha. 

Akhirnya Sasha melunak dan berjanji akan membayar hutang Mama nya dengan cara dicicil tiga tahap. Ibu Wilhelmina mengiyakan dan meminta hutang Mama Sasha diselesaikan dalam tempo satu bulan dengan pembayaran tiga tahap. 

Dengan berat hati, siang tadi Sasha mentransfer cicilan pertama kepada Ibu Wilhelmina sebesar dua belas juta rupiah yang dengan seketika langsung membuat rekening Sasha mengempis drastis. 

Sasha menghela nafas, menepuk wajahnya agak keras, lalu duduk tegak kembali menatap layar komputer didepannya dan siap melanjutkan pekerjaannya. Dalam hati ia berhitung. 

"Sisa utang Tante Wilhelmina dua puluh empat juta, uang pangkal Katia belum, uang daftar ulang Jasmine juga belum, cicilan tante Dian juga huffft," otak Sasha berputar mencari jawaban, apa yang harus dilakukannya untuk menyelesaikan masalah kali ini. 

Ia sudah merancang kata-kata panjang penuh amarah yang akan ia ucapkan ke Mamanya nanti, dadanya sampai sesak saking kesalnya. Namun satu notifikasi chat di ponselnya membuat Sasha sedikit terhibur. 

Satu chat dari kontak bernama My Jasmine, 

"Kak, aku masuk seleksi lomba debat bahasa Inggris tingkat provinsi dong!"

Senyum kecil tersungging di bibir Sasha, ada rasa syukur dihatinya karena memiliki dua adik perempuan yang baik dan menyenangkan. Jasmine dan Katia tidak tahu apa-apa, mereka hanya korban dari keegoisan orang tua sama seperti dirinya. Ia berjanji dalam hati akan berjuang sekuat tenaga untuk membesarkan Jasmine dan Katia dengan baik, tidak peduli seberat apapun beban yang harus dipikulnya. 

Tiba-tiba satu ide muncul di kepala Sasha, dengan terburu-buru ia mencari kontak teman SMA nya. 

"Halo, Rian?" sapa Sasha tergesa setelah telepon diangkat.

"Iyaaaa, kenapa Shaa? tumben amat!" jawab Rian dengan suara yang bersemangat.

Sasha terdiam sejenak, lalu dengan agak ragu ia bertanya "Ummm akun Taxi Online yang waktu itu lo tawarin masih ada?"

Rian memang sempat menawarkan kepada Sasha untuk memakai akun Taxi Online nya karena Rian sedang sibuk mengurus bisnis impor barang unik dari Cina yang belum lama ini ia jalankan. 

Sasha dan Rian berteman dekat sejak SMA, sampai beberapa tahun lalu mereka masih sering bertemu untuk bertukar cerita, namun semenjak Sasha dipromosikan menjadi Supervisor Public Relation dikantornya dan kesibukannya bertambah padat mereka jadi jarang bertemu lagi.

"Masih ada Sha, lo mau pake?" tanya Rian santai. "Berapa sewa nya?" suara Sasha menjadi lebih pelan karena ada staf lain yang berdiri di dekat cubicle kerjanya.

Rian tertawa "emang lo mau bayar? punya duit lo?" canda Rian. Sasha tertawa kecil "Jangan kayak upil lo Nyet! Bercanda mulu, serius nih gue! Gue mau sewa akun lo sekalin sama mobilnya!" tukas Sasha serius. 

Hening. 

Rian terdengar seperti sedang berpikir.

"Woi Nyet! kok diem sih!" omel Sasha tidak sabar.

"Lo pake deh Sha gratis! Kasian gue sama lo, takut ga bisa makan," ujar Rian setengah bercanda. Sasha yang sudah kenyang dengan candaan Rian hanya tertawa. 

"Gak lucu Nyet, gue serius nih!" gerutu Sasha sebal. 

Tapi Rian memang serius dengan perkataannya, ia sangat mengerti kondisi seorang Sasha, ia dengan sukarela meminjamkan akun taxi online dan mobilnya kepada Sasha dengan syarat Sasha bersedia mengembalikan semua kapan saja jika Rian membutuhkan.

Malam itu di kantor setelah mengakhiri pembicaraan dengan Rian, Sasha merayakan sendiri profesi paruh waktu barunya sebagai Supir Taxi Online dengan membeli segelas besar Ice Caramel Machiato Extra Whipped Cream kesukaannya. Ia bersiap untuk hari esok yang pasti akan lebih melelahkan dari hari ini. 

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" tiba-tiba saja Raga sudah berada di belakangnya. Sasha menyeruput kopinya dengan acuh, "Rahasia!" ujarnya seraya menggandeng tangan Raga yang menatap dengan terkejut.

"Mau kemana sih?" 

"Ngeringanin beban hidup!" sahut Sasha ringan, ia menyeringai lebar pada Raga yang langsung tergelak. 

"Asik! Bir lah yuk, gue yang traktir!" ujar Raga sambil menggerakkan satu alisnya.

"Bir apaan? Birahi?" canda Sasha sambil tertawa.

"Bener-bener lu! Otak lo kotor kayak toilet terminal!" 

Sasha tertawa terbahak-bahak, mereka berjalan bersebalahan menuju 'Smoking Room' hal yang biasa mereka lakukan sebelum pulang kerja.

Tanpa Raga yang selalu menghiburnya, semuanya mungkin akan berbeda bagi Sasha, ia tidak tahu bahwa esok hari akan ada seseorang yang berdiri di antara merek...

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Naina Naina
semoga ibunya cepat dipanggil illahi ya sa
goodnovel comment avatar
Kikiw
pernah punya temen kayak Raga, tapi ya gitu, semua pupus pada waktunya wkwkkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TEMAN TAPI MESRA   Si Supir Taxi Online

    "Goodie Bag buat Media aman semua kan Mbak Sha?" suara Vero Staf Marketing Communication mengagetkan Sasha yang sedang sibuk memeriksa kesiapan Konferensi Pers di Ballroom Hotel Kencana Dharmawangsa yang baru saja diresmikan. "Aman, anak-anak gue udah cek semua satu persatu," jawab Sasha sambil mengintip kedalam salah satu goodie bag yang tertata rapi di atas meja penerima tamu. Anak-anak yang dimaksud oleh Sasha adalah tiga staf Public Relation yang bekerja dibawahnya langsung, ada Gita, Stevi dan si ceroboh Lala. "Mbak Sha, udah denger gosip terbaru belum?" tanya Vero sambil sedikit terkekeh.Sasha menggeleng,"Gossip apaan?" tanyanya sambil lalu. Vero mendekat ke arah Sasha, lalu menjawab dengan suara agak berbisik "Bu mirza mendadak resign!" Sasha terkejut, Bu Mirza adalah General Manager Marketing Communication yang membawahi seluruh marketing team termasuk didalamnya Public Relation. "Menurut lo siapa yang bakal gantiin posisi bu Mirza Ver?" tiba-tiba Gita staf Public Relat

    Last Updated : 2022-03-12
  • TEMAN TAPI MESRA   Si Orang Asing

    Hujan lebat di pagi hari ini menyisakan hawa dingin yang menusuk tulang.Suara tukang roti keliling terdengar lantang menawarkan dagangannya kepada para penghuni perumahan.Sasha mematut diri di kaca, melihat bayangan yang menatap balik ke arahnya. Terlihat disana gadis cantik tinggi semampai dengan setelan kerja yang modis menyapa. Rambut panjang lurusnya yang sudah ditata rapi ia biarkan tergerai begitu saja membuat aroma wangi shampo dan kondisioner dapat tercium siapapun yang berada di dekatnya."Kamu mau sarapan dulu gak Sha?" teriak Oma dari ruang makan."Gak Oma, aku sarapan di mobil aja," jawab Sasha sambil berjalan ke ruang makan menghampiri Omanya.Ruang makan tampak sepi, hanya ada Oma yang sedang mengoleskan selai cokelat crunchy di atas roti panggang yang akan dibawa Sasha. Sasha celingak - celinguk mencari penghuni rumah lainnya."Pada kemana Oma?" tanyanya penasaran."Jasmine sama Katia udah berangkat, tadi jemput

    Last Updated : 2022-03-12
  • TEMAN TAPI MESRA   Interaksi Pertama

    Jakarta yang selalu macet dan semrawut di pagi hari bertambah kacau karena hujan yang tak kunjung reda. Beberapa pengendara motor tampak meneduh dibawah jembatan penyeberangan untuk mengenakan jas hujan yang baru dikeluarkan dari bagasi motor mereka.Sasha menguap dibalik kemudinya, membunyikan klakson berkali-kali agar mobil di depannya maju walau selangkah. Dengan gelisah ia melihat jam digital di ponselnya yang sudah menunjukan pukul 09.02 pagi.Hari ini tepat satu bulan sejak Sasha dipromosikan menjadi Manager Public Relation di kantornya. Ia dijadwalkan untuk menghadiri rapat internal rutin pada pukul 9.30 pagi ini. Rapat tersebut akan dihadiri oleh seluruh manager dan direktur Kencana Hotel Group termasuk Sasha.Dengan tergesa Sasha berlari ke lift segera setelah mobil pinjamannya terparkir di parking area. Ia membuka ponselnya dan mengirim pesan singkat ke Caroline Manager Marcom untuk menyampaikan keterlambatannya.Hari ini

    Last Updated : 2022-03-12
  • TEMAN TAPI MESRA   Getaran Aneh

    Food court di lantai dasar tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang nampak sedang menikmati makan siang mereka yang terlambat. Sasha dan Daniel memilih tempat duduk diluar ruangan karena mereka sama-sama perokok. Baik Sasha maupun Daniel sama-sama terlihat agak canggung, tidak seperti tadi saat membahas urusan pekerjaan."Sasha, kamu gak kelihatan seperti orang Indonesia pada umumnya, kamu ada turunan luar ya?" Daniel memulai percakapan, berusaha memecah kecanggungan antara mereka.Sasha mengangguk,"Indonesia - Rusia sir!" jawab Sasha dengan nada pasukan yang melapor pada komandannya, membuat Daniel tertawa kecil."Ah, tebakan saya benar! I thought you were Ukrainian!" cetus Daniel bangga pada tebakannya."Tetap beda Pak, Russian is not Ukrainian!" ujar Sasha sambil mematikan rokoknya yang sudah habis terbakar."Well they look the same though hahaa!" Daniel membela diri yang dibantah habis-habisan oleh Sasha.

    Last Updated : 2022-03-12
  • TEMAN TAPI MESRA   Rasa Yang Berbeda

    "Kak Sha! Banguuuuuun! Alarm nya bunyi melulu tuh berisik!!!"Katia menepuk-nepuk pipi Sasha dan menggoyangkan tubuh Sasha yang tertidur pulas dengan mulut setengah terbuka.Sasha membuka mata dengan enggan, tangannya meraba-raba kasur mencari ponsel yang masih meneriakkan alarm bangun paginya."Lagian hari Sabtu gini mau kemana sih Kak? udah nyalain alarm pagi aja! Kakak mau kerja?" Katia dengan cerewet menginterogasi Sasha.Cahaya matahari pagi menelusup masuk lewat jendela kamar Sasha yang sudah dibuka lebar oleh Katia si gadis kecil 6 tahun dengan rambut kriwil yang cerewet minta ampun. Katia yang perkataannya selalu lebih dewasa dari usianya. Katia si adik bungsu kesayangan Sasha, yang setiap Sasha pulang kerja selalu minta oleh-oleh dari Sasha. Walau kadang oleh-olehnya hanya berupa permen kaki yang murah harganya."Bawel banget sih kriwil!" Sasha mencubit pipi Katia yang belakangan mulai berkurang bobot badannya karena mulai padat

    Last Updated : 2022-04-06
  • TEMAN TAPI MESRA   Hati Ke Hati

    Puncak bogor di malam minggu pukul 01.00 pagi terlihat masih agak ramai. Raga menepikan mobilnya, mencari tempat yang strategis untuk melihat pemandangan lampu-lampu yang terlihat indah dari Puncak Pass.Ia menoleh dan mendapati Sasha masih tertidur pulas dengan mulut setengah terbuka, nampak begitu kelelahan. Raga enggan membangunkan Sasha dan memilih untuk keluar dari mobil. Ia menghirup nafas dalam-dalam, merasakan hawa segar pegunungan memenuhi dadanya yang belakangan sering sesak tanpa sebab.Sesak bukan karena penyakit dalam, namun sesak karena seorang Sasha. Entah sejak kapan rasa dihatinya berubah, tapi semenjak Raga menyadari rasa itu ada, dadanya jadi sering sesak saat memikirkan perasaannya pada Sasha. Mungkin sesak karena dia sadar rasanya tak akan berbalas rasa yang sama. Karena Raga terlalu mengenal Sasha, lebih dari siapapun di dunia.Raga menghembuskan nafasnya keras-keras melepas rasa sesak aneh yang tidak ia pahami.

    Last Updated : 2022-04-06
  • TEMAN TAPI MESRA   Di Bawah Hujan

    Gedung Kencana Hotel Group terletak di kawasan perkantoran Jl. Jend Sudirman Jakarta Pusat. Gedung setinggi 56 lantai itu dilantai bagian bawahnya difungsikan untuk ballroom, restaurant dan coffee shop, sementara seluruh lantai sisanya digunakan untuk kegiatan perkantoran Kencana Hotel.Lantai paling tinggi, yaitu lantai 56 ditempati oleh CEO, komisaris dan Direktur Utama. Sementara Departemen Marketing tempat Sasha bekerja berada di lantai 45.CEO Kencana Hotel yang bernama Muchtar Hartono adalah seorang pria keturunan tionghoa yang sudah berusia 61 tahun. Ia adalah seorang pria yang rendah hati dan sering menyapa para karyawannya walaupun ia seringkali tidak dapat mengingat nama karyawan yang ia sapa.Daniel Park, Direktur Utama yang baru saja bergabung di perusahaan Kencana Hotel Group dirumorkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan CEO Kencana Hotel Group Muchtar Hartono. Rumor mengatakan bahwa Daniel Park merupakan anak angkat dari Muchtar Hartono, bah

    Last Updated : 2022-04-06
  • TEMAN TAPI MESRA   Pangeran Negri Dongeng

    Hujan deras masih mengguyur Jakarta, angin bertiup kencang menggoyangkan pohon-pohon yang tertata rapi di tepi jalan. Sasha meringis merasakan kesakitan di kakinya. Daniel meraba jok belakang mengambilkan handuk kecil lalu menyodorkannya pada Sasha membiarkan dirinya sendiri kebasahan."Kaki kamu gimana Sha?" tanyanya khawatir sambil melirik kaki Sasha."Agak sakit sedikit pak, cuma keseleo kayaknya," jawab Sasha sambil mengeringkan rambutnya yang basah."Saya antar kamu pulang ya," tukas Daniel tanpa menoleh pada Sasha. Ia juga tidak bertanya kenapa Sasha berada di trotoar dan tidak mengendarai mobilnya. Membuat Sasha jadi malu sendiri karena telah berbohong."Saya turun di stasiun MRT depan aja pak," ujar Sasha sambil menunjuk stasiun yang terlihat tidak jauh dari mereka."No way, pertama kaki kamu sakit, kedua kamu basah kuyup, there's no way kamu pulang naik MRT with that condition!" Daniel menggelengkan kepalanya sa

    Last Updated : 2022-04-06

Latest chapter

  • TEMAN TAPI MESRA   The End

    Empat Bulan Kemudian. Kehamilan Sasha sudah menginjak usia tiga puluh delapan minggu. Berat badannya sudah naik sekitar dua belas kilogram. Sasha mulai sering mengikuti senam kehamilan karena ia sangat berharap bisa melahirkan secara normal kali ini walaupun itu semua rasanya hampir tak mungkin karena sebelumnya ia melahirkan secara Caesar. Gendis sudah lebih dulu melahirkan seorang bayi tampan yang diberi nama Shawn, mereka sempat berkumpul untuk merayakan kelahiran Shawn, bahkan Daniel ikut bergabung secara online melalui video telekonferensi. Sasha dapat melihat Daniel sudah jauh lebih baik saat ini. Sepertinya ia sudah lebih bisa menerima keadaan. Sementara Evan akhirnya bisa memulangkan Allysa dan Ibunya ke Indonesia. Evan juga mengajak Sasha dan Raga bergabung bersamanya membuka bisnis restoran yang akan segera di buka beberapa bulan ke depan. Evan juga membeli rumah di dekat rumah Sasha agar Allysa bisa bermain bersama Katia dan agar Ibu Evan bisa membantu Sasha merawat Kati

  • TEMAN TAPI MESRA   Zurich

    "Gimana Van menurut kamu? Itu yang terbaik yang bisa saya dan Raga lakukan," tukas Sasha setelah menjelaskan semua rencananya pada Evan. Saat itu mereka berada di dalam ruang rawat inap rumah sakit Husada, tempat Sasha sedang menjalani rawat inap. Evan manggut-manggut, "Oke, that's a good idea, saya malah gak kepikiran," sahut Evan seperti biasa dengan nada datarnya. "Well okay, kalau gitu segera kita urus surat kuasanya, begitu Sasha sehat saya dan Sasha akan langsung ke Zurich," tandas Raga tak ingin berlama-lama karena ia ingin Sasha segera beristirahat. "Okay, kita bicarakan di luar aja, kamu istirahat aja Sha. Terimakasih ya," ucap Evan kaku lalu mengulurkan sekotak cokelat pada Sasha. Setelah itu Evan keluar mengikuti Raga yang sudah lebih dahulu melangkah keluar. Sasha tertawa kecil melihat tingkah kaku Evan, dalam hati Sasha bertanya-tanya, bagaimana orang seperti Evan bisa membesarkan seorang putri seperti Allysa. *****Satu minggu kemudian. "Waaaahhh dingin banget!" seru

  • TEMAN TAPI MESRA   Trauma Yang Tak Pernah Hilang

    "Sha! Sha!" lamat-lamat suara Raga terdengar di telinga Sasha. Sasha membuka matanya perlahan, aroma Lavender menyeruak masuk ke indera penciumannya. Biasanya aroma tersebut akan memenangkannya, tapi kali ini aroma Lavender kesukaan Sasha sama sekali tidak dapat menenangkan hatinya. "Sha, kamu udah sadar?" ujar Raga dengan nada khawatir. Sasha dapat melihat Raga yang berdiri di sebelah kanannya dan Reina yang berdiri di sebelah kirinya, Sasha sampai bingung akan mengalihkan pandangan kemana, karena Sasha sedang tak ingin melihat keduanya. "Sha? Kamu bisa denger aku kan?" tanya Raga yang bingung karena bahkan setelah sadar Sasha tidak mengatakan apa-apa. Sasha mengangguk pelan, masih enggan membuka mulut. "Sasha, tadi kamu pingsan, tekanan darah kamu rendah sekali, HB kamu juga rendah, sepertinya kamu perlu dirawat paling tidak sampai HB kamu normal," tukas Reina dengan nada profesional. Sasha hanya diam saja, ia memilih untuk memejamkan mata karena tak ingin menatap Raga ataupun Re

  • TEMAN TAPI MESRA   Memeluk Wanita Lain

    "Sayang, jangan lupa hari ini kita check up lho!" seru Sasha sebelum Raga berangkat ke kantor. Raga mengerlingkan sebelah matanya tanda mengiyakan. Setelah Raga berangkat kerja, Sasha melakukan rutinitas yang setiap hari ia lakukan secara berulang-ulang. Membereskan piring sisa sarapan, menyedot debu, membereskan semua kamar dan membereskan baju yang akan dibawa ke laundry.Ponsel Sasha berdering saat Sasha sedang bersantai sambil menikmati secangkir cokelat panas.Sebuah nomor yang tak dikenal. "Halo?" sapa Sasha santai. "Sasha, this is Evan," sebuah suara yang sangat Sasha kenal menyapa. Sasha langsung meletakkan cangkirnya, "Evan? Oh Hai! Jadi gimana?" tanya Sasha antusias, ia sangat ingin membantu Evan, karena Sasha tak tega melihat kehidupan Evan yang terlihat sangat kesulitan sekarang ini."Can I talk with your husband too, sebenarnya saya merasa kurang nyaman kalau kita harus berkomunikasi tanpa ijin dengan suami kamu," tukas Evan datar. Wajah Sasha memerah, bukankah seharusnya

  • TEMAN TAPI MESRA   Kemunculan Yang Tiba-Tiba

    Tiga bulan kemudian.Kehamilan Sasha mulai menginjak usia lima bulan. Berat badannya sudah bertambah sekitar empat kilogram membuat Sasha merasa sangat tidak nyaman karena bajunya mulai banyak yang tidak muat. “Kenapa sih Sha marah-marah terus?” tanya Raga yang melihat Sasha sedang berdecak kesal karena bahkan celana longgar yang biasa ia kenakan tidak muat juga. “Sebel! Celana yang ini juga gak muat!” seru Sasha seraya membuka kembali celana yang sudah dipakainya sampai ke paha. Raga tertawa, “Kan aku udah bilang, belanja baju baru gih! Kamu alasannya saying uang terus,” ledek Raga sambil mengancingkan kemejanya.Sasha menekuk wajahnya,”Ya kan aku gak tau kalau berat badan aku bakal naik secepat ini,” ujar Sasha sebal. “Ya udah belanja gih, ajak Gendis aja! Berangkatnya sekalian sama aku,” tukas Raga seraya menoleh menatap Sasha yang masih menggerutu. “Beneran?” tanya Sasha, semenjak ia memutuskan untuk stay at home dan tidak bekerja, ia selalu bersalah jika harus mengeluarkan uang u

  • TEMAN TAPI MESRA   Puberty

    Sasha berdiri di lobby Penthouse sambil melamun menatap pilar besar. Ia teringat perpisahan terakhirnya dengan Daniel tadi, tiba-tiba dadanya menjadi agak sesak. Tapi paling tidak hanya kenangan indah yang tersisa, ia berharap Daniel akan mendapatkan kebahagiaan seperti dirinya. "Cantik!" panggil Raga dari balik kemudian saat mobilnya sampai di lobby Penthouse. Sasha langsung tersadar dari lamunannya dan tersenyum pada Raga, suaminya, tempatnya pulang. "Gimana kabar Daniel?" tanya Raga sambil mengemudi. Sasha menghela nafas panjang, "Dia keliatan jauh lebih baik, lebih sehat, kayaknya Olin ngejalanin tugasnya dengan baik!" sahut Sasha santai. Ia tak ingin terlalu menunjukkan jika ia masih sangat peduli dengan Daniel. "Wah bagus dong, semoga dia cepet balik kayak dulu ya, kayaknya Luke udah keteteran pegang LPC karena dia mesti urus perusahaan dia yang di Bali," tukas Raga. Sasha terdiam, menatap mobil yang melaju di depannya. "Daniel mau pindah ke Oslo, dia gak akan urus LPC lagi,"

  • TEMAN TAPI MESRA   Meninggalkan Masa Lalu

    Malam harinya saat Sasha kembali ke rumah, Raga terlihat tertidur di sofa ruang TV. Sementara di karpet, Jasmine dan Katia terlihat sedang menonton film. "Ssssttt," Jasmine meletakkan ibu jari di mulutnya saat Sasha nyaris membuka mulut. "Baru tidur tuh Kak Raga, kecapean kayaknya," tukas Jasmine sambil mengambil paper bag yang dibawa Sasha. "Wah cheese cake! Kakak dari mana?" tanya Jasmine sambil mengeluarkan cheese cake dari papar bag. "Abis ngobrol sama Kak Gendis, kalian udah makan?" tanya Sasha seraya meletakkan tas tangannya ke atas sofa. "Udah! Tadi Kak Raga bikin nasi goreng!" jawab Katia riang. "Oh ya? Enak gak?" tanya Sasha. "Banget!" sahut Jasmine dan Katia bersamaan, membuat Sasha mau tak mau tersenyum. Ia berjongkok di depan Raga, lalu meniup-niup wajah Raga pelan. Raga membuka matanya perlahan, "Eh, udah pulang sayang?" ujar Raga dengan wajah terkejut. Raga meregangkan tubuhnya lalu bangkit dari tidurnya. "Capek ya?" tanya Sasha seraya duduk di sebelah Raga. "Lumayan,

  • TEMAN TAPI MESRA   Mantan

    Dua Bulan Kemudian. Tubuh Sasha masih saja ramping walaupun kehamilannya sudah menginjak usia kandungan delapan minggu. Hari ini adalah jadwal kontrol rutin bulanan Sasha ke dokter Reina. Bulan lalu ia tidak kontrol karena merasa belum perlu, namun karena belakangan Sasha mulai sering merasa pusing dan blackout ia memutuskan untuk check up segera ke klinik dokter Reina. Dengan ditemani oleh Raga, Sasha berangkat menuju klinik dokter Reina. Hari adalah hari kerja sehingga pasien dokter Reina tidak begitu banyak. Sasha sudah hampir melupakan pesan yang ia duga dikirimkan oleh dokter Reina. Karena Raga tidak merespon pesan romantis itu, Sasha memutuskan untuk melupakannya saja. Walaupun demikian Sasha tetap merasa perlu tampil cantik dan menarik di depan dokter Reina agar ia tidak diremehkan. Ia ingin mempertegas bahwa Raga adalah miliknya, suaminya, ayah dari janin dalam kandungannya! "Sha, kamu gak pa pa? Kok kayak lagi mikir gitu sih?" tanya Raga yang melihat Sasha sedang melamun

  • TEMAN TAPI MESRA   Rainbow After The Rain

    Malam ini Sasha memutuskan untuk pulang ke rumah, ia sempat berpamitan dengan Daniel, namun Daniel hanya memunggunginya dan Raga tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Olin, saya titip Pak Daniel ya, kalau ada apa-apa do let me know, kamu udah save nomor saya kan?" tanya Sasha yang dijawab angguka sopan oleh Olin. Langkah Sasha terasa berat saat meninggalkan Penthouse. Meninggalkan Daniel dalam keadaan terpuruk seperti sekarang tentu saja tidak mudah bagi Sasha. Namun berada di dekat Daniel hanya akan membuat semuanya menjadi bertambah rumit. Sasha sama sekali tak ingin tahu lagi alasan mengapa Daniel mencampakkannya waktu itu. Ia benar-benar akan mengubur semua rasa ingin tahu itu jauh-jauh. Pernikahannya dengan Raga adalah hal yang jauh lebih penting. Raga selalu tampak sabar di depan Sasha walaupun Sasha tahu sebenarnya Raga cukup cemburu dengan Daniel. "Kita mampir ke Gandy's ya, aku mau beliin steak buat Jasmine dan Katia," tukas Raga sambil mengemudi. Hati Sasha dialiri rasa han

DMCA.com Protection Status