Wanita berkacamata itu akhirnya sampai di sebuah bangunan apartemen tua 2 lantai yang berdiri kokoh di hadapannya. Sambil beberapa melihat pada secarik kertas kecil di tangannya untuk memastikan kalau ia sudah sampai di alamat yang benar, ia lalu meneguhkan hatinya dan menggoyangkan bel tembaga antic yang terpasang di depan pintu masuk.
Setelah beberapa saat, seorang pria tua berwajah masam lalu membukakan pintu dan menyuruhnya masuk ke dalam. Dalam sekejab, bayangan mereka berdua pun segera masuk di balik pintu.
................
Sementara itu, di saat yang bersamaan, di depan sebuah mesin ATM, seorang pemuda tampan sedang mengumpat-ngumpat dengan kasar saat ia mengecek saldo rekeningnya. Ada sejumlah uang yang cukup besar di sana tapi bagi pemuda tersebut, jumlah tersebut hanya senilai uang receh baginya. Lalu, tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke dalam HPnya.
Ada sebuah apartemen tua yang sedang disewakan dan beberapa keterangan tambahan yang diikutsertakan di dalamnya. Dalam waktu beberapa menit, matanya membaca semua informasi yang diberikan dan segera dalam hitungan detik, pemuda tersebut segera menelusuri bagian paling bawah. Ada harga sewa yang tercantum dengan jelas di sana.
Di menit berikutnya, ia segera memanggil taksi dan menyuruh supir untuk langsung menuju ke alamat yang tercantum di layar HPnya.
...............…
Agnes sedang berkeliling ruangan sementara Pak Evan, si pemilik apartemen tengah menjelaskan setiap detail dengan sangat teliti.
Apartemen tua tersebut hanya terdiri dari 2 lantai tapi desainnya sangat klasik dan elegan. Lantai pertama dihuni oleh sepasang suami istri yang sudah sangat tua. Sang istri malah sudah menderita gangguan pendengaran akut sementara suaminya hobi berkebun tanaman bunga dalam pot.
Sementara lantai 2-nya disewakan kepada orang luar.
Walaupun sudah tua, tapi struktur bangunannya sangat kokoh dan terawat baik. Langit-langitnya tinggi sehingga udara luar dapat mengalir keluar masuk secara leluasa. Belum lagi ruangannya sangat luas dengan 2 kamar tidur yang berukuran cukup besar. Ditambah pengaturan interior yang serba terbuka dan lapang sehingga Agnes bisa leluasa untuk mengatur ruang makan dan tamunya. Akan tetapi yang membuat Agnes jatuh hati pada apartemen ini adalah pemandangan Kota Mina yang terhampar luas dari ketinggian dan Agnes juga bisa melihat pemandangan lepas pantai di kejauhan. Cantiknya atap rumah penduduk yang berwarna coklat kemerahan dengan dinding berwarna putih berbanding kontras dengan birunya langit dan warna-warni lahan pertanian sayuran penduduk desa. Belum lagi kicauan burung serta obrolan pagi penduduk sekitar yang ada di sekitar apartemen, bena-benar mampu menyuntikkan gairah baru ke dalam tubuhnya setiap hari. Sebuah senyum puas tersungging di bibirnya ketika hatinya sudah mantap untuk menetapkan pilihannya atas bangunan ini.
Ketika ia baru saja membuka mulutnya untuk menyatakan persetujuannya….tiba-tiba…
BRAKKKK!!!!
Pintu apartemen terbanting ke dalam dengan suara sangat keras ke dalam dan seorang pria dengan wajah menarik menyerbu masuk ke dalam ruangan secepat kilat dengan nafas tersengal-sengal.
"Masih kosong tidak?" tanya pemuda tersebut dengan cepat sambil menenangkan nafasnya yang masih memburu.
Pak Evan dan Agnes hanya bisa berkedip beberapa kali dan melongo kaget saat menatap pemuda tersebut.
"Hey, pak tua! Aku tanya… apartemen ini masih kosong tidak?" tanya pemuda itu dengan berani sementara nafasnya sudah mulai stabil.
Raut wajah Pak Evan segera menunjukkan ekspresi tak senang tapi kemudian sebuah pikiran licik terlintas di benaknya. Lalu sebuah seringai jahat muncul di wajahnya. Dua calon penyewa dengan lokasi yang sama, bukankah ini berarti lebih banyak uang yang masuk ke dalam kantongnya?
"Yah… Masih, pak. Sayangnya, harga apartemen ini baru saja naik…"
Kali ini, giliran kening Agnes yang berkerut.
....................
"Bukannya kita sudah sepakat dengan harga semula ya, pak???" kata Agnes geram. Nada suaranya tiba-tiba langsung naik dalam beberapa oktaf dalam hitungan sepersekian detik.
Reaksi pemuda tersebut malah lebih ekstrim lagi. Ia maju dan segera mencengkram kerah kemeja Pak Evan sambil berteriak marah,"Apa katamu, pak tua???!!! Bukannya tadinya harganya tak semahal itu?"
Melihat kemarahan kedua calon penyewa apartemennya, Pak Evan tetap tenang sambil mendecakkan lidahnya dengan tatapan puas.
"Ck ck ck, anak muda jaman sekarang. Cepat sekali naik darah ya?"
Dalam sekali sentak, ia lalu berhasil membebaskan dirinya dari cengkraman pemuda tersebut. Sambil merapikan kerah kemejanya yang kusut, Pak Evan lalu tersenyum angkuh dan memandang mereka berdua.
"My offer stands. Take it or leave it. Your choice…"
(Tawaranku masih berlaku. Ambil atau pergi saja. Silakan memilih...)
Agnes menghela nafas panjang. Sial! Semua ini diluar prediksinya. Tapi ia benar-benar menyukai apartemen ini. Jadi, mungkin…..
Otaknya segera berpikir keras untuk mencari sebuah solusi ketika sedetik kemudian, sebuah bola lampu imajiner menyala di dalam kepalanya.
Sementara sang pemuda yang masih tampak marah hanya bisa berkacak pinggang dan bolak balik di dalam ruangan dengan gusar. Dari gerakan tubuhnya, ia kelihatannya juga sangat menyukai apartemen ini.
Sekian menit berlalu dan Pak Evan akhirnya kembali memulai pembicaraan untuk memecah kebisuan diantara mereka bertiga.
"Jadi? Bagaimana?"
Pemuda tersebut lalu menatap Pak Evan dengan gaya angkuh dan bertanya," Harganya tidak bisa kurang lagi?"
Pak Evan hanya menatap pemuda tersebut dengan senyum mengejek sambil menggelengkan kepalanya pelan sementara kedua tangannya terlipat di dada. Menandakan keteguhan hatinya.
"Sial!! Sial!! Dasar brengsek…"
Ketika pemuda tersebut berjalan maju dengan cepat dan bersiap untuk melayangkan pukulan ke wajah Pak Evan, sebuah suara menghentikannya dengan cepat dari samping.
"Tunggu!"
"Aku setuju dengan penawaran Bapak.."
Sebuah senyum lebar lalu menghiasi wajah Pak Evan. Tapi raut wajah pemuda tersebut terlihat seperti seorang prajurit kalah perang saat melihat raut wajah Agnes yang tetap tenang. Apa gadis ini sudah gila?
"Tapi aku memiliki beberapa persyaratan."
Pak Evan mengangguk tanpa meninggalkan senyuman di wajahnya. "Okay…"
Agnes mengangguk dan menggamit lengan pemuda asing di hadapannya.
"Ada beberapa hal yang perlu saya bicarakan dengan pria ini. Mohon Anda tunggu sebentar di luar.."
Tanpa banyak bicara, Pak Evan mengangguk lalu melangkah keluar sambil menutup pintu dengan pelan.
...............
"Ayo tinggal bersama…"
Pemuda itu memandang wanita di hadapannya dengan tatapan tak percaya seolah-olah gadis di hadapannya ini sudah gila. Tapi wanita ini kelihatannya sangat serius dengan ucapannya barusan.
"Aku suka apartemen ini. Kau juga suka dengan apartemen ini kan? Kita tinggal bersama, kita bagi uang sewanya, kita buat perjanjian dengan Pak Evan untuk mengatakan pada semua orang kalau kita adalah sepupu dan membuat ia berjanji untuk tidak menaikkan uang sewa selama 1 tahun. Setelah 1 tahun, kita bisa putuskan apakah kita mau tetap di sini atau tidak?"
Wanita itu menatapnya sekali lagi dengan lebih serius.
"Bagaimana?"
Raut wajah pemuda itu tampak gusar tapi setelah beberapa menit, ia merasa kalau semua ucapan wanita ini masuk akal juga. Terutama untuk masalah berbagi uang sewa. Win – win solution! Dompetnya benar-benar tipis sekarang!
"Ok. Deal…" Mereka berdua lalu berjabat tangan sebagai tanda persetujuan.
"Tapi aku juga ada persyaratan khusus." kata pemuda tersebut dengan tatapan menggoda.
Agnes mengankat alisnya, "Apa itu?"
"Kau tidak boleh sampai jatuh cinta padaku…"
Seulas senyum mengejek tersungging di wajah Agnes.
"Jangan kuatir. Aku aseksual…."
………………………………………………….
NOTE:
Teman-teman, ini karya perdana aku di Good Novel. Silakan mampir dan berikan review yang ok yaaa...
Review ok dan banyak komentar = update makin cepat...
Tengkyuuu...ditunggu kedatangannya di lapak ane yaa... muachhh...
Nana
Setelah Agnes dan pemuda asing itu mencapai kata sepakat, berikutnya adalah pembuatan surat perjanjian kesepakatan antara pemilik apartemen yaitu Pak Evan dan mereka berdua. Selain kesepakatan seputar harga sewa dengan jumlah yang tetap selama 1 tahun, Agnes juga menambahkan pasal lain dimana pemilik apartemen diwajibkan untuk merahasiakan status penyewa kepada penduduk sekitar. Jika salah satu dari kedua pasal ini dilanggar oleh pihak pemilik apartemen, maka semua uang sewa yang sudah dibayarkan oleh pihak penyewa akan dikembalikan secara utuh. Hal yang sama berlaku juga dengan pihak penyewa.Setelah mereka bertiga mencapai kata sepakat, maka Agnes segera mentransfer sebagian uang sewa apartemen sesuai dengan surat perjanjian yang sudah mereka tanda tangani. Sementara untuk sisa pembayaran uang sewa akan dilunasi oleh pemuda asing tersebut pada keesokkan harinya.Selepas Pak Evan pulang dengan wajah puas sambil menyerahkan kunci apartemen kepada mereka berdua, kini hanya
Mereka duduk berhadapan di atas sofa dengan wajah serius. Dua lembar kertas putih, satu bolpen dan sebuah kunci cadangan sudah berjejer rapi di atas coffee table."Siapa duluan?" tanya Tristan. Raut wajahnya datar tanpa ada perubahan sedikitpun."Aku…."Agnes segera menyambar kertas dan bolpen di hadapannya dan langsung menulis beberapa pasal dengan cepat. Tidak sampai 5 menit kemudian, kertas itu sudah terisi beberapa kalimat yang tertulis dengan rapi layaknya ditik di atas mesin tik.Tristan mengambil kertas tersebut dan tersenyum nakal sambil bersiul kecil."Wow… tulisanmu rapi sekali. Pekerjaanmu apa sih? Apakah kau seorang guru?"Ia bertanya sambil matanya menelusuri setiap baris kalimat dengan hati-hati. Lalu matanya berhenti di pasal 3 dan 4."Apa maksudnya…. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya di pasal ke 3?"Tanpa banyak bicara, Agnes menunjuk sebuah sudut di de
Agnes bangun pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit dan memulai rutinitas lari paginya. Baginya, ia saat-saat terbaik untuk memulai hari sambil melatih kebugaran fisiknya. Sambil mendengarkan lagu favoritnya melalui earphone, Agnes berlari ringan menyusuri lingkungan sekitar apartemennya dan menyapa penduduk lokal dengan ramah. Ada toko roti homemade di pojok jalan yang selalu memanggang roti-rotinya sebelum pukul 6 pagi. Bau harum roti semerbak yang seketika merangsang bunyi gemuruh di perut Agnes saat ia berlari melewati toko tersebut. Ada juga toko bunga yang sibuk menyiapkan dan memajang bunga-bunga segar saat Agnes sekelebat melewatinya. Agnes juga melihat pasar tradisional, mini market serta pelelangan ikan yang berada agak jauh di area pelabuhan.Dengan nafas terengah-engah, Agnes beristirahat sebentar di pelabuhan sambil mengamati perahu-perahu layar yang berjejer rapi di dermaga. Bau angina laut dan bunyi burung camar membuat tubuhnya rileks dan segar. Perlahan, ia m
Agnes tertegun saat melihat reaksi wanita tersebut. Alis matanya berkerut ketika senyum wanita itu menjadi semakin cerah saat melihat sosok dirinya."Oia, Vika. Kenalin… ini temanku….""Foto model super keren yang bakal jadi bintang tamu di acara pemotretan cover bulan depan kaannn?!!! Aku tahu koq…" potong wanita itu dengan cepat sementara raut wajahnya berbinar-binar saat mengamati Agnes lebih dekat. Ia lalu mengelilingi Agnes beberapa kali sambil berdecak kagum."Ya ampunnnnn… ya ampunnn… baru aku melihat seorang model dengan struktur tulang sebagus ini. Tubuhmu tidak hanya tinggi tapi juga sangat simetris. Belum lagi raut wajahmu yang cantik dan unik. Aura seorang supermodel memang beda yaa…"Agnes gelagapan saat ia disangka sebagai seorang model terkenal. Matanya bolak balik memandang ke arah Jojo dengan tatapan tak berdaya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut tapi Jojo malah tertawa terpingkal-pingkal saat melih
Agnes jelas-jelas bingung dan salah tingkah saat melihat tingkah Jojo yang super ajaib di hadapannya.Ia ikutan jongkok dan menyuruh Jojo bangun dengan nada risih."Heh!!! Apa-apaan sih elu? Norak tau… bangun! Cepet! Kalau ada yang lihat gimana?"Jojo lalu menggamit kedua lengan Agnes erat-erat dan memandang wajahnya dengan tatapan yang sangat serius."Gue mau berdiri asal elu mau bantuin gue…"Agnes yang mendengar perkataan Jojo lalu mengangguk sambil sesekali menatap sekitar mereka. Takut ada yang melihat aksi aneh mereka saat ini."Beneran nih? Elu mau bantuin gue?" tanya Jojo serius. Tatapan matanya tak bergeming sama sekali."Iya.. iya… bantuin apa sih?? Paling bantuin elu lembur gara-gara ada fotografer yang sakit bukan?" tanya Agnes balik dengan nada bingung. Ia sama sekali tidak punya gambaran tentang apa yang barusan sedang terjadi sebelumnya."Bantuin gue untuk jadi cover model Fashion Blast bulan depan…."
Universitas Rotteo, Kota SierraSiang itu hari terasa panas sekali sementara Tristan tengah duduk dengan santainya di dalam ruangan Professor Roberto. Sambil setengah berbaring di atas sofa, Tristan menguap dengan malas. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari itu dan salah satu alasan kenapa ia berada di dalam ruangan professor senior itu adalah untuk menghindari kejaran dari para wanita yang selalu memburunya setiap kali kelas bimbingannya selesai. Baik adik kelas maupun dosen-dosen wanita, semuanya sama saja. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menempel erat padanya. Bahkan, dengan santainya, Tristan dulu seringkali berganti-ganti pasangan hampir setiap hari untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tapi kini ia mulai jenuh dan muak dengan semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya. Jadi, sekarang, ruangan ini adalah tempat pelariannya yang paling aman untuk ia beristirahat siang saat ini. Lagipula, ia adalah asisten pembimbing Professor Roberto, salah satu pengajar paling
Di dalam kamar sebuah hotel bintang lima ternama di kota Sierra, sepasang pria dan wanita dewasa tengah melenguh dan mendesah sensual dengan nikmatnya. Kedua tubuh telanjang mereka dibanjiri keringat, menandakan kalau aktivitas bercinta sudah sangat intens dan saat ini mereka sudah mencapai titik klimaks.Semenit kemudian, wanita tersebut lalu mengeluarkan suara erangan panjang penuh kenikmatan sementara si pria yang berada di posisi bawah hanya memandang adegan tersebut dengan senyum lebar. Erangan itu juga yang menyudahi aktivitas bercinta mereka yang sudah mereka lakukan selama 3 jam terakhir ini. Selanjutnya, mereka berdua berbaring lelah di atas ranjang dengan ekspresi penuh kepuasan."Kau haus? Aku ambilkan minum ya?" tanya sang pria sambil mengecup manja dahi wanita cantik yang baru saja menjadi bed partnernya barusan. Sang wanita hanya membalas pertanyaan tersebut dengan senyum manja sambil mengangguk singkat.Pria tersebut lalu menuangkan segelas wine dan seg
Robert sedang mandi ketika teleponnya berbunyi. Ia yakin kalau saat ini, Wanda pasti sudah sampai di tanah air sementara ia baru akan menyusul pulang malam ini. Puluhan email yang diterimanya menandakan kalau urusan kantornya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diabaikan. Beberapa perjanjian dan dokumen penting malah sudah mengantri di atas meja kerjanya.Dengan tubuh setengah telanjang yang memamerkan otot-otot tubuhnya yang kekar, Robert lalu mengankat teleponnya."Hi, dear. How are you?"Sebuah suara wanita manja menjawab pertanyaannya dari seberang sana."Bagaimana dengan pemotretanmu hari ini?"Robert ingat kalau Linfey baru saja menandatangani kontrak kerja dengan majalahnya minggu lalu dan hari ini ia akan menjalani sesi pemotretan cover majalah perdananya dengan Fashion Blast. Sebuah berkah untuknya karena nama besar Linfey merupakan jaminan tambang emas di dunia fashion. Robert yakin kalau di bulan depan, oplah majalah akan meningkat
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da