Mereka duduk berhadapan di atas sofa dengan wajah serius. Dua lembar kertas putih, satu bolpen dan sebuah kunci cadangan sudah berjejer rapi di atas coffee table.
"Siapa duluan?" tanya Tristan. Raut wajahnya datar tanpa ada perubahan sedikitpun."Aku…."Agnes segera menyambar kertas dan bolpen di hadapannya dan langsung menulis beberapa pasal dengan cepat. Tidak sampai 5 menit kemudian, kertas itu sudah terisi beberapa kalimat yang tertulis dengan rapi layaknya ditik di atas mesin tik.Tristan mengambil kertas tersebut dan tersenyum nakal sambil bersiul kecil."Wow… tulisanmu rapi sekali. Pekerjaanmu apa sih? Apakah kau seorang guru?"Ia bertanya sambil matanya menelusuri setiap baris kalimat dengan hati-hati. Lalu matanya berhenti di pasal 3 dan 4."Apa maksudnya…. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya di pasal ke 3?"Tanpa banyak bicara, Agnes menunjuk sebuah sudut di dekat jendela dimana ia bisa mengamati pemandangan di luar dengan bebas. Ya, itu jendela favoritnya. Sayangnya, sudut itu penuh terisi oleh 3 rak sepatu Tristan yang berukuran cukup besar."Disana…"Melihat ke arah jari yang ditunjukkan oleh Agnes, mulut Tristan hanya menunjukkan huruf O besar dengan santainya," Oh…."Tristan segera menggeser salah satu rak sepatunya ke dekat dinding dan tersenyum jahil."Mission accomplished…" katanya sambil menunjukkan sebuah ruang kosong sempit yang benar-benar pas hanya untuk sebuah kursi di dekat jendela.OMG!!! Agnes hanya bisa melongo sambil melihat kejadian tersebut. Raut mukanya kesal sekali. Di dalam kepalanya, ia membayangkan kalau ia sedang menghajar Tristan habis-habisan tanpa ampun."Oia, aku juga tidak setuju dengan pasal nomor 4. Apa maksudnya kalau aku sama sekali tidak boleh membawa orang asing ke sini? Bagaimana kalau orang asing itu keluargaku atau pacarku? Atau teman dekatku? Pasal ini benar-benar konyol…"Agnes menghela nafas panjang. Belum pernah ada orang yang menguji kesabarannya sampai ke titir nadir seperti ini. Tristanlah orang pertama yang benar-benar membuatnya harus menahan murka sampai ia harus mengepalkan tinjunya erat-erat. Jari-jari tangannya malah mulai terasa kebas sekarang."Mungkin kau harus belajar membaca dari kelas dasar lagi. Aku yakin kau pasti mengerti siapa itu "orang asing"…."Tristan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum jahil lagi."Keluargaku orang asing bagimu. Pacarku orang asing bagimu. Teman-temanku juga orang asing karena kamu tidak kenal mereka semua. Begitu juga kalau kau membawa ayah atau ibumu, mereka orang asing bagiku. Posisi kita di sini sama jadi, aku mau coret pasal ini.."Tanpa menghiraukan Agnes, Tristan langsung mencoret pasal tersebut dan menulis beberapa coretan baru di atasnya."Kedua penyewa diperkenankan untuk membawa siapapun masuk ke dalam apartemen asalkan orang asing tersebut tidak mengganggu privasi dan kenyamanan salah satu pihak. Penyewa bertanggung jawab atas semua tindakan tamu yang bersangkutan dan sekaligus keamanan apartemen."Agnes membaca pasal yang baru tersebut dengan bersuara."Bagaimana?" tanya Tristan lagi dengan gaya tak acuhnya."Cukup adil…""Baiklah, kita sepakat kalau begitu…""Oia… satu lagi…"Tristan menyambar kertas di tangan Agnes dengan cepat dan menambahkan pasal terakhir."Pasal 5. Urusan diantara kedua penyewa murni urusan bisnis selama 1 tahun tanpa melibatkan perasaan pribadi sama sekali dan kedua penyewa dilarang untuk ikut campur dalam masalah-masalah pribadi yang melibatkan salah satu pihak yang bersangkutan."Agnes lalu membaca pasal terakhir ini dan menganggukkan kepalanya dengan tegas. Walaupun gaya bocah ini urakan, tapi ketika berurusan dengan urusan bisnis atau masalah pribadi, ia kelihatannya cukup konsisten. Terlihat dari gaya bahasanya saat menambahkan sebuah pasal baru yang tadinya tak terpikirkan oleh Agnes sama sekali."Aku setuju…." kata Agnes datar.Tanpa banyak bicara, Tristan langsung menandatangani surat perjanjian tersebut dan diikuti dengan tanda tangan Agnes di sampingnya."Pasal 1 . Kedua penyewa sepakat untuk membagi rata uang sewa apartemen setiap bulannya dengan jumlah yang sama.""Pasal 2. Pengaturan ruangan akan disesuaikan nanti sesuai dengan kebutuhan kedua penyewa.""Pasal 3. Penyewa kedua berhak untuk memperoleh tempat untuk bersantai di dekat jendela favoritnya.""Pasal 4. Kedua penyewa diperkenankan untuk membawa siapapun masuk ke dalam apartemen asalkan orang asing tersebut tidak mengganggu privasi dan kenyamanan salah satu pihak. Penyewa bertanggung jawab atas semua tindakan tamu yang bersangkutan dan sekaligus keamanan apartemen""Pasal 5. Urusan diantara kedua penyewa murni urusan bisnis selama 1 tahun tanpa melibatkan perasaan pribadi sama sekali dan kedua penyewa dilarang untuk ikut campur dalam masalah-masalah pribadi yang melibatkan salah satu pihak yang bersangkutan."Tristan dan Agnes membaca surat perjanjian yang baru saja mereka tanda tangani dengan cermat dan sangat teliti. Mereka berdua masih saling curiga satu sama lain kalau-kalau salah satu pihak berbuat curang dalam surat tersebut.Setelah mereka berdua cukup yakin, Agnes dan Tristan lalu menyimpan masing-masing surat ke dalam tas mereka. Tanpa mereka sadari, langit senja mulai menjelang dan udara malam yang dingin mulai bertiup. Agnes lalu segera menutup jendela dan Tristan segera masuk ke dalam kamarnya sambil menguap.Pindahan rumah hari ini benar-benar melelahkan baginya. Sementara Agnes terduduk di sofa dengan wajah bingung. Yah.. ia belum sempat memesan kasur dan lemari untuk kamar tidurnya. Tidak mungkin ia tidur di atas lantai dingin malam ini kan? Belum lagi besok adalah hari pertamanya bekerja."Kau bisa tidur di atas sofaku dulu kalau belum ada kasur di dalam kamarmu." kata Tristan sebelum memasuki kamar tidurnya sambil membawa cangkir besar berisi coklat panas. Tapi, langkahnya tiba-tiba terhenti di depan kamar."Oia… kalau misalkan kau mau, kasurku cukup besar untuk dua orang dan malam ini kelihatannya cukup di…"BLAMM!!!Tristan cepat-cepat menutup pintu kamarnya ketika melihat 3 buah bantal terbang dengan kecepatan kilat menuju ke arahnya............................…..BRUKKKKK!!Ketiga bantal malang itu membentur pintu kamar dengan suara cukup keras secara bersamaan lalu jatuh di atas lantai sementara Agnes membenamkan kepalanya di atas bantal sofa yang tersisa sambil menjerit kesal sekeras-kerasnya. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuatnya di masa lalu sehingga Tuhan menghukumnya seperti ini. Malam itu, Agnes bertekad bulat untuk bekerja sekeras mungkin dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya lalu segera pindah dari apartemen ini.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Agnes bangun pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit dan memulai rutinitas lari paginya. Baginya, ia saat-saat terbaik untuk memulai hari sambil melatih kebugaran fisiknya. Sambil mendengarkan lagu favoritnya melalui earphone, Agnes berlari ringan menyusuri lingkungan sekitar apartemennya dan menyapa penduduk lokal dengan ramah. Ada toko roti homemade di pojok jalan yang selalu memanggang roti-rotinya sebelum pukul 6 pagi. Bau harum roti semerbak yang seketika merangsang bunyi gemuruh di perut Agnes saat ia berlari melewati toko tersebut. Ada juga toko bunga yang sibuk menyiapkan dan memajang bunga-bunga segar saat Agnes sekelebat melewatinya. Agnes juga melihat pasar tradisional, mini market serta pelelangan ikan yang berada agak jauh di area pelabuhan.Dengan nafas terengah-engah, Agnes beristirahat sebentar di pelabuhan sambil mengamati perahu-perahu layar yang berjejer rapi di dermaga. Bau angina laut dan bunyi burung camar membuat tubuhnya rileks dan segar. Perlahan, ia m
Agnes tertegun saat melihat reaksi wanita tersebut. Alis matanya berkerut ketika senyum wanita itu menjadi semakin cerah saat melihat sosok dirinya."Oia, Vika. Kenalin… ini temanku….""Foto model super keren yang bakal jadi bintang tamu di acara pemotretan cover bulan depan kaannn?!!! Aku tahu koq…" potong wanita itu dengan cepat sementara raut wajahnya berbinar-binar saat mengamati Agnes lebih dekat. Ia lalu mengelilingi Agnes beberapa kali sambil berdecak kagum."Ya ampunnnnn… ya ampunnn… baru aku melihat seorang model dengan struktur tulang sebagus ini. Tubuhmu tidak hanya tinggi tapi juga sangat simetris. Belum lagi raut wajahmu yang cantik dan unik. Aura seorang supermodel memang beda yaa…"Agnes gelagapan saat ia disangka sebagai seorang model terkenal. Matanya bolak balik memandang ke arah Jojo dengan tatapan tak berdaya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut tapi Jojo malah tertawa terpingkal-pingkal saat melih
Agnes jelas-jelas bingung dan salah tingkah saat melihat tingkah Jojo yang super ajaib di hadapannya.Ia ikutan jongkok dan menyuruh Jojo bangun dengan nada risih."Heh!!! Apa-apaan sih elu? Norak tau… bangun! Cepet! Kalau ada yang lihat gimana?"Jojo lalu menggamit kedua lengan Agnes erat-erat dan memandang wajahnya dengan tatapan yang sangat serius."Gue mau berdiri asal elu mau bantuin gue…"Agnes yang mendengar perkataan Jojo lalu mengangguk sambil sesekali menatap sekitar mereka. Takut ada yang melihat aksi aneh mereka saat ini."Beneran nih? Elu mau bantuin gue?" tanya Jojo serius. Tatapan matanya tak bergeming sama sekali."Iya.. iya… bantuin apa sih?? Paling bantuin elu lembur gara-gara ada fotografer yang sakit bukan?" tanya Agnes balik dengan nada bingung. Ia sama sekali tidak punya gambaran tentang apa yang barusan sedang terjadi sebelumnya."Bantuin gue untuk jadi cover model Fashion Blast bulan depan…."
Universitas Rotteo, Kota SierraSiang itu hari terasa panas sekali sementara Tristan tengah duduk dengan santainya di dalam ruangan Professor Roberto. Sambil setengah berbaring di atas sofa, Tristan menguap dengan malas. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari itu dan salah satu alasan kenapa ia berada di dalam ruangan professor senior itu adalah untuk menghindari kejaran dari para wanita yang selalu memburunya setiap kali kelas bimbingannya selesai. Baik adik kelas maupun dosen-dosen wanita, semuanya sama saja. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menempel erat padanya. Bahkan, dengan santainya, Tristan dulu seringkali berganti-ganti pasangan hampir setiap hari untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tapi kini ia mulai jenuh dan muak dengan semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya. Jadi, sekarang, ruangan ini adalah tempat pelariannya yang paling aman untuk ia beristirahat siang saat ini. Lagipula, ia adalah asisten pembimbing Professor Roberto, salah satu pengajar paling
Di dalam kamar sebuah hotel bintang lima ternama di kota Sierra, sepasang pria dan wanita dewasa tengah melenguh dan mendesah sensual dengan nikmatnya. Kedua tubuh telanjang mereka dibanjiri keringat, menandakan kalau aktivitas bercinta sudah sangat intens dan saat ini mereka sudah mencapai titik klimaks.Semenit kemudian, wanita tersebut lalu mengeluarkan suara erangan panjang penuh kenikmatan sementara si pria yang berada di posisi bawah hanya memandang adegan tersebut dengan senyum lebar. Erangan itu juga yang menyudahi aktivitas bercinta mereka yang sudah mereka lakukan selama 3 jam terakhir ini. Selanjutnya, mereka berdua berbaring lelah di atas ranjang dengan ekspresi penuh kepuasan."Kau haus? Aku ambilkan minum ya?" tanya sang pria sambil mengecup manja dahi wanita cantik yang baru saja menjadi bed partnernya barusan. Sang wanita hanya membalas pertanyaan tersebut dengan senyum manja sambil mengangguk singkat.Pria tersebut lalu menuangkan segelas wine dan seg
Robert sedang mandi ketika teleponnya berbunyi. Ia yakin kalau saat ini, Wanda pasti sudah sampai di tanah air sementara ia baru akan menyusul pulang malam ini. Puluhan email yang diterimanya menandakan kalau urusan kantornya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diabaikan. Beberapa perjanjian dan dokumen penting malah sudah mengantri di atas meja kerjanya.Dengan tubuh setengah telanjang yang memamerkan otot-otot tubuhnya yang kekar, Robert lalu mengankat teleponnya."Hi, dear. How are you?"Sebuah suara wanita manja menjawab pertanyaannya dari seberang sana."Bagaimana dengan pemotretanmu hari ini?"Robert ingat kalau Linfey baru saja menandatangani kontrak kerja dengan majalahnya minggu lalu dan hari ini ia akan menjalani sesi pemotretan cover majalah perdananya dengan Fashion Blast. Sebuah berkah untuknya karena nama besar Linfey merupakan jaminan tambang emas di dunia fashion. Robert yakin kalau di bulan depan, oplah majalah akan meningkat
Agnes sampai ke apartemen pada malam itu dengan tubuh yang sangat letih. Ini adalah hari pertamanya bekerja dan setelah ia menjadi model pengganti, ia diharuskan untuk mengikuti sesi pemotretan sebagai fotografer dan mendampingi para model untuk pengisi majalah fashion selama 7 jam non stop.Tulang-tulangnya serasa sangat lunglai dan tak bertenaga sementara matanya sulit untuk diajak berkompromi untuk tetap terbuka lebar. Agnes segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan segera jatuh tertidur tanpa sempat membuka kacamatanya lagi. Dalam hitungan detik, kesadarannya sudah beralih ke alam mimpi. Bahkan deringan suara telepon dari Jacob pun tidak mampu membangunkannya.............…Tristan sampai di apartemen ketika malam sudah sangat larut. Setelah ia membuka pintu apartemen, ia merasakan hembusan angin dingin menerpa tubuhnya. Ternyata, Agnes belum sempat untuk menutup jendela tadi dan angin malam berhembus cukup kencang saat itu. Tanpa menunda lagi
Tanpa terasa seminggu telah berlalu dan Agnes semakin tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang freelance fotografer. Ia sama sekali tidak tahu kalau tindakan spontannya yang menyamar sebagai seorang model pengganti tempo hari telah memicu sebuah badai besar dalam dunia fashion. Dengan santai, pada jam makan siang, Agnes lalu menelepon Jacob untuk melepas rasa rindunya. “Halo, sayang….” Suara Agnes yang jernih menyapa seseorang yang menjawab teleponnya di seberang sana. Tatapan matanya pun seketika melembut. “Halo, ma.” Balas Jacob santai. Ia baru saja menyelesaikan kelas fotografinya hari itu dan sekarang adalah jam istirahat. Agnes meneleponnya di waktu yang tepat. Sebagai seorang pemuda remaja, Jacob memiliki penampilan fisik yang luar biasa menarik. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan tubuh jangkungnya yang tegap. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya dan selalu berbinar-binar dengan keramahan alami tanpa kepalsuan. Bentuk wajahnya yang
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da