Tanpa terasa seminggu telah berlalu dan Agnes semakin tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang freelance fotografer. Ia sama sekali tidak tahu kalau tindakan spontannya yang menyamar sebagai seorang model pengganti tempo hari telah memicu sebuah badai besar dalam dunia fashion.
Dengan santai, pada jam makan siang, Agnes lalu menelepon Jacob untuk melepas rasa rindunya.
“Halo, sayang….” Suara Agnes yang jernih menyapa seseorang yang menjawab teleponnya di seberang sana. Tatapan matanya pun seketika melembut.
“Halo, ma.” Balas Jacob santai. Ia baru saja menyelesaikan kelas fotografinya hari itu dan sekarang adalah jam istirahat. Agnes meneleponnya di waktu yang tepat.
Sebagai seorang pemuda remaja, Jacob memiliki penampilan fisik yang luar biasa menarik. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan tubuh jangkungnya yang tegap. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya dan selalu berbinar-binar dengan keramahan alami tanpa kepalsuan. Bentuk wajahnya yang
Wajah Anne di ujung sana tiba-tiba berubah cerah saat mendengar suara Agnes menjawab teleponnya.“Hei, Agnes… apa kabar? Maaf, apa aku menganggumu?” tanya Anne dengan nada sungkan.“Tidak, aku hanya baru saja selesai makan siang. Ada apa?” balas Agnes santai dengan ekspresi sedikit bingung. Anne jarang sekali meneleponnya. Kali ini, pasti ada sesuatu yang cukup penting.“Umm.. ini… tentang Suster Hua.” Jawab Anne lagi. Suaranya terdengar semakin lama semakin kecil.Tubuh Agnes seketika itu juga menegang setelah mendengar nama tersebut.“Ada apa dengan Suster Hua?”“Maaf, Rissa. Penyakit diabetesnya kambuh lagi dan kami tidak punya dana lebih untuk membeli suntikan insulin untuk beliau. Sebenarnya, ini inisiatifku untuk menelepon dirimu karena Suster Hua tahu kalau kau baru saja bekerja dan tidak ingin merepotkanmu dengan masalah kesehatannya. Ia juga berkali-kali melarangku
Jojo lalu mengantarkan Agnes pulang ke depan apartemennya. Di sepanjang perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak saling berbicara. Agnes sibuk dengan pikirannya sendiri sementara Jojo hanya sesekali meliriknya dengan gugup dan rasa bersalah. Hanya bunyi radio saja yang memecah kesunyian tak berujung diantara mereka berdua. Bagi Jojo, perjalanan pulang hari itu terasa lamaaaa sekali karena biasanya Agnes selalu banyak bercerita pada Jojo. Tentang apapun dan siapapun. Jojo juga. Mereka selalu menjadi pasangan partner in crime yang sempurna dari bangku kuliah. Hari ini, mereka berubah menjadi sepasang orang asing yang berada di dalam mobil yang sama. Hiks… Jojo benar-benar ingin menangis saat membayangkan situasinya sekarang. Cepatlah sampaiii….Dalam waktu 15 menit, mobil Jojo berhenti di sampai di depan apartemen Agnes. Begitu sampai, Agnes lalu segera turun dan segera melangkah masuk ke dalam.“Heiii..kau tidak akan menyuruhku masuk?” tanya
Panti Asuhan Young GenerousAnne berjalan terburu-buru sambil membawa beberapa obat dan suntikan insulin di dalam tangannya. Nafasnya tersengal-sengal saat ia sampai di depan kamar Suster Hua dan ia lalu berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Perlahan, ia lalu mengetuk pintu dan mendengar suara lirih Suster Hua yang menyuruhnya masuk.Suster Hua terbaring lemah di atas kasurnya. Ia tergelincir jatuh saat hendak keluar dari kamar mandi dan saat mencoba menahan keseimbangan tubuhnya, ia gagal dan malah betisnya tersayat karena terkena lembaran besi pintu yang setengah terbuka. Sialnya lagi, ia adalah seorang penderita diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai penderita diabetes basah. Lukanya terus mengucur keluar dan Anne terus menerus harus mengganti perbannya supaya tidak infeksi.Untunglah Agnes cepat mengirim uang tepat pada waktunya sehingga Anne bisa menggunakan uang tersebut untuk belanja obat-obatan. Melihat sejumlah besar obat-obatan dan sunt
Rumah sakit St Mary tidak pernah sesibuk malam itu. Saat itu, hampir semua tim medis berjuang bersama untuk menyelamatkan seorang gadis remaja dan bayi yang baru berumur 2 minggu. Keduanya benar-benar berada dalam kondisi kritis. Sang bayi hampir saja mengalami pneumonia dan kekurangan berat badan sehingga harus dimasukkan ke dalam incubator sambil terus dipantau kondisinya setiap saat. Sementara ibunya, si gadis belia, mengalami malnutrisi akut dan juga dehidrasi parah. Satu-satunya jalan hanyalah lewat cairan nutrisi yang dimasukkan ke dalam tubuhnya melalui selang infus.Tidak hanya itu, sekujur tubuh si gadis juga dipenuhi dengan luka-luka lebam. Beberapa malah masih sangat baru. Buku-buku jarinya sobek dan mulai mengeluarkan nanah, tapi suster sudah mengobati lukanya dan membalut dengan perban. Sekilas, sepasang tangannya mirip seperti tangan Doraemon. Berbentuk bulat dan berwarna putih.Suster Hua menghela nafas panjang. Menemukan mereka berdua dalam kondis
Jose hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal setelah mendengar seluruh penjelasan Suster Hua. Entah ia harus menangis atau tertawa setelah mendengar cerita tersebut. Ibu asuhnya ini benar-benar memiliki bakat alami untuk menarik masuk “biang masalah” dalam kehidupannya.Syukurlah, ia berkunjung di saat liburan kuliah sehingga ia bisa menghabiskan waktunya lebih lama di sini. Sekaligus, mungkin ia bisa memberikan sedikit bantuan pendekatan psikologis pada gadis aneh tersebut.“Ok… kebetulan aku sedang libur sehingga aku bisa membantumu mengurus gadis tersebut.”“Anne, tolong rawat Suster Hua. Biarkan ia tinggal di kamarmu sementara ini.”“Dan kalian, untuk sementara ini, bantu Suster Hua ya? Artinya tidak boleh nakal dan harus rajin membersihkan panti asuhan.”Dalam sekejab, Jose lalu memberikan beberapa instruksi singkat pada Anne dan anak-anak asrama segera menganggukkan kepala mer
Mata Suster Hua menyipit saat mendengar keseluruhan cerita tentang gadis malang tersebut dari mulut Jose. Blu? Nama macam apa itu? Seperti nama anjing peliharaan saja. Suster Hua tidak pernah habis pikir kalau ada seseorang yang tega untuk memberi nama seorang anak dengan nama asal-asalan seperti itu. Apalagi seorang ibu, tapi kenyataannya berkata lain. Suster Hua lalu mendesah nafas panjang. Sebuah nama baru lalu tiba-tiba muncul dalam benaknya. Perlahan, bersama dengan Jose, mereka berdua lalu memasuki kamar tidurnya dan melihat gadis itu sedang kembali menjemur dirinya di bawah siraman matahari pagi sambil memejamkan matanya. Mendengar suara langkah yang perlahan mendekatinya, gadis itu membuka matanya dan menoleh ke asal suara. Di sampingnya, Suster Hua duduk mendekatinya dan membelai punggungnya dengan lembut. Tidak ada lagi tatapan kebencian dan kesepian yang dulu ada di dalam sepasang mata biru itu. Raut wajahnya sudah berseri d
Seminggu kemudian….. Anne mengamati gadis tersebut di hadapannya. Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang dan perut Anne sudah bergemuruh karena lapar tapi Agnes kelihatannya sama sekali tidak peduli akan masalah itu. Sudah 4 jam mereka berdua duduk di ruang tamu sambil mempelajari kemampuan calistung dasar dan Agnes mampu menyerap semua informasi yang diberikan seperti busa spons hanya dalam waktu 3 hari! Pada hari ke 4, Agnes selalu berada di dalam perpustakaan asrama dan membaca semua buku yang ada di sana. Kemampuan dan niat belajarnya sangat besar. Ia benar-benar haus pada semua ilmu baru yang dipelajarinya sekarang. Saat ini, ia sedang mempelajari grammar dan penggunaan tenses dalam Bahasa Inggris. “Arissa?” tanya Anne dengan wajah memelas. Arissa lalu menatap balik ke arahnya dengan tatapan bertanya. “Aku lapar. Boleh aku makan dulu ga?” tanya Anne lagi dengan tak enak hati. Agnes lalu mengangguk ringan dan kembali memfokuskan dirinya pada pelajar
Agnes menatap wajah petugas pengawas tersebut dengan tenang dan menjawab yakin. “Ya…” …………………………………………………………………………….. Sejam berikutnya, Agnes dan Jose sudah berada di dalam sebuah restoran local sambil sarapan bersama. “Dengarkan aku, Agnes. Pengumuman hasil ujian akan diumumkan 3 hari lagi, jika kau masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional, kau akan mendapat beasiswa dan pelatihan gratis untuk menempuh Ujian Paket C dan jika kau juga masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional untuk hasil ujian Paket C, kau akan memperoleh beasiswa penuh di universitas negeri secara otomatis.” Agnes mengangguk. “Ya, ibu sudah memberitahuku masalah itu..” Jose tersenyum. Agnes lalu memandang sepasang mata teduh yang sedang mengamatinya sekarang. Mata yang sama juga memberikan rasa aman dan nyaman di saat bersamaan. Sama seperti sorot mata Suster Hua. Ibu angkatnya. Agnes merasa pipinya sedikit memanas. Lagi. “Aku akan pergi siang ini
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da