Jose hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal setelah mendengar seluruh penjelasan Suster Hua. Entah ia harus menangis atau tertawa setelah mendengar cerita tersebut. Ibu asuhnya ini benar-benar memiliki bakat alami untuk menarik masuk “biang masalah” dalam kehidupannya.
Syukurlah, ia berkunjung di saat liburan kuliah sehingga ia bisa menghabiskan waktunya lebih lama di sini. Sekaligus, mungkin ia bisa memberikan sedikit bantuan pendekatan psikologis pada gadis aneh tersebut.
“Ok… kebetulan aku sedang libur sehingga aku bisa membantumu mengurus gadis tersebut.”
“Anne, tolong rawat Suster Hua. Biarkan ia tinggal di kamarmu sementara ini.”
“Dan kalian, untuk sementara ini, bantu Suster Hua ya? Artinya tidak boleh nakal dan harus rajin membersihkan panti asuhan.”
Dalam sekejab, Jose lalu memberikan beberapa instruksi singkat pada Anne dan anak-anak asrama segera menganggukkan kepala mer
Mata Suster Hua menyipit saat mendengar keseluruhan cerita tentang gadis malang tersebut dari mulut Jose. Blu? Nama macam apa itu? Seperti nama anjing peliharaan saja. Suster Hua tidak pernah habis pikir kalau ada seseorang yang tega untuk memberi nama seorang anak dengan nama asal-asalan seperti itu. Apalagi seorang ibu, tapi kenyataannya berkata lain. Suster Hua lalu mendesah nafas panjang. Sebuah nama baru lalu tiba-tiba muncul dalam benaknya. Perlahan, bersama dengan Jose, mereka berdua lalu memasuki kamar tidurnya dan melihat gadis itu sedang kembali menjemur dirinya di bawah siraman matahari pagi sambil memejamkan matanya. Mendengar suara langkah yang perlahan mendekatinya, gadis itu membuka matanya dan menoleh ke asal suara. Di sampingnya, Suster Hua duduk mendekatinya dan membelai punggungnya dengan lembut. Tidak ada lagi tatapan kebencian dan kesepian yang dulu ada di dalam sepasang mata biru itu. Raut wajahnya sudah berseri d
Seminggu kemudian….. Anne mengamati gadis tersebut di hadapannya. Hari sudah menunjukkan pukul 1 siang dan perut Anne sudah bergemuruh karena lapar tapi Agnes kelihatannya sama sekali tidak peduli akan masalah itu. Sudah 4 jam mereka berdua duduk di ruang tamu sambil mempelajari kemampuan calistung dasar dan Agnes mampu menyerap semua informasi yang diberikan seperti busa spons hanya dalam waktu 3 hari! Pada hari ke 4, Agnes selalu berada di dalam perpustakaan asrama dan membaca semua buku yang ada di sana. Kemampuan dan niat belajarnya sangat besar. Ia benar-benar haus pada semua ilmu baru yang dipelajarinya sekarang. Saat ini, ia sedang mempelajari grammar dan penggunaan tenses dalam Bahasa Inggris. “Arissa?” tanya Anne dengan wajah memelas. Arissa lalu menatap balik ke arahnya dengan tatapan bertanya. “Aku lapar. Boleh aku makan dulu ga?” tanya Anne lagi dengan tak enak hati. Agnes lalu mengangguk ringan dan kembali memfokuskan dirinya pada pelajar
Agnes menatap wajah petugas pengawas tersebut dengan tenang dan menjawab yakin. “Ya…” …………………………………………………………………………….. Sejam berikutnya, Agnes dan Jose sudah berada di dalam sebuah restoran local sambil sarapan bersama. “Dengarkan aku, Agnes. Pengumuman hasil ujian akan diumumkan 3 hari lagi, jika kau masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional, kau akan mendapat beasiswa dan pelatihan gratis untuk menempuh Ujian Paket C dan jika kau juga masuk dalam 10 Besar Peringkat Nasional untuk hasil ujian Paket C, kau akan memperoleh beasiswa penuh di universitas negeri secara otomatis.” Agnes mengangguk. “Ya, ibu sudah memberitahuku masalah itu..” Jose tersenyum. Agnes lalu memandang sepasang mata teduh yang sedang mengamatinya sekarang. Mata yang sama juga memberikan rasa aman dan nyaman di saat bersamaan. Sama seperti sorot mata Suster Hua. Ibu angkatnya. Agnes merasa pipinya sedikit memanas. Lagi. “Aku akan pergi siang ini
Tristan terbangun dengan mata yang masih mengantuk. Malam kemarin, ia baru pulang subuh karena harus membantu Profesor Roberto mengecek hasil laporan dari para mahasiswanya dan jumlahnya banyakkk sekali. Lagipula, profesor juga memiliki penyakit jantung dan sudah dipasang ring untuk memperlancar sirkulasi peredaran darahnya. Otomatis, ia tidak boleh terlalu lelah bekerja. Tristan mengusap-ngusap wajahnya beberapa kali dan ia baru saja mau kembali tidur ketika ia mendengar suara berisik dari arah luar. Seperti suara dari beberapa perabot rumah tangga yang sedang dipindahkan dan beberapa suara asing lainnya. Dengan langkah malas, Tristan menyeret dirinya dan membuka pintu kamarnya. Dalam hitungan sepersekian detik, matanya disibukkan dengan beberapa karyawan yang sedang mendekorasi ulang ruang tamu dan juga beberapa orang lainnya yang sibuk memasukkan beberapa perabot rumah tangga ke dalam kamar Agnes, sementara Agnes sedang sibuk mengawasi dan memberikan perintah deng
Jojo mengerjapkan matanya dengan cepat beberapa kali tanda tak percaya. Ia merasa kalau telinganya baru salah mendengar tadi.Sebentar….. sebentar…Ini masih Agnes kan? Ini masih Agnes yang sama yang sudah dikenalnya dari sepuluh tahun yang lalu kan? Ini masih Agnes yang dulu terkenal dingin dan tak terjamah itu kan? Yang paling anti dengan laki-laki kan? Sekarang?“Tinggal bersama??” Jojo balik bertanya dengan nada tak percaya.Bagaimana bisa?“Ceritanya panjang…” balas Agnes serba salah sambil menghela nafas panjang. Ia benar-benar malas kalau harus bercerita panjang lebar pada sahabatnya yang satu ini karena Jojo pasti akan membanjirinya dengan ribuan pertanyaan yang tak akan habis seperti air bah. Duh….“Eh… mumpung kau sudah datang, ayo kita pergi sekarang ke panti asuhan…”Agnes tiba-tiba mengalihkan perhatian Jojo yang sedang bersiap-siap untuk melunc
Jojo yang sedang menyetir langsung melemparkan tatapan tak percaya pada Agnes yang duduk di sebelahnya.Kenapa kamu ga pernah ngomong apa-apa soal ini???Agnes langsung menutup wajah dengan kedua tangannya.“Hubungan kami berdua tidak seperti yang kau bayangkan, Jo…”balas Agnes dengan nada malas.“Kami hanya berbagi uang sewa tahunan….itu saja…” balas Agnes kalem. Ia berharap dengan jawaban terakhirnya ini, Jojo tak lagi salah paham tentang hubungannya dengan Tristan.“Dan berbagi sofa juga….” balas Tristan spontan sambil tersenyum nakal.CKITTTTTTT!!!!!Jojo tiba-tiba mengerem mobilnya secara mendadak dan membuat kedua penumpang yang ada didalam mobil tersebut hampir melompat ke depan karena syok.“APA KAU BILANG??” tanya Jojo lagi.Saat ini, ia merasa kalau telinganya sudah salah dengar. Pertama, Agnes yang anti laki-laki itu tinggal bersama de
Tristan memasuki rumah besar tersebut dengan langkah panjang sambil bersiul-siul. Walaupun sudah tua dan ada sedikit bau jamur tapi suasana rumah ini sama sekali tidak menyeramkan. Malah terlihat cukup terawat dan bersih. Langit-langit rumah yang tinggi membuat suasana rumah terasa sejuk dan adem. Ditambah lagi dengan suara tawa anak-anak serta kicauan burung dari halaman belakang yang cukup luas, benar-benar membuat Tristan merasa betah seperti berada di dalam rumahnya sendiri.“Lumayan juga…” kata Tristan sambil duduk di salah satu sofa lama di ruang tamu sambil menemani Jojo yang sedang sibuk dengan smartphone-nya.“Santai saja dulu..” kata Jojo lagi.“Risa kalau sudah sampai di sini. Biasanya cukup lama koq..”Jojo tiba-tiba menoleh pada Tristan yang sedang duduk di sampingnya. “Kau tidak sedang buru-buru kan?”Tristan menggeleng ringan ,”Nope”“Baguslah kalau
Tanpa membuang-buang waktu lagi, Jojo segera menyerahkan “hasil bidikan terakhirnya” ke Danny dan Pak Simon. Dalam beberapa menit, sebuah senyum puas muncul di wajah keduanya. Lalu, sebuah nilai A besar segera ditorehkan dalam laporan praktik fotografinya.“YESSSSSSS!!!!!”Jojo melompat-lompat gembira saat melihat nilai tersebut. Itu adalah nilai A pertama yang didapatnya setelah sekian bulan dan nilai itu sukses menghapus bad mood-nya dalam sekejab!“YESSS…YESSS…”“Selamat ya?”Sebuah suara lalu menegur Jojo dari arah samping. Itu suara gadis yang sama yang tadi dengan sukarela membantunya mendapat nilai sempurna. Gadis itu sedang memegang kameranya sendiri sambil tersenyum manis padanya. Untuk sesaat, Jojo terpesona pada senyum gadis tersebut. Lalu, semenit kemudian, pikirannya tersadar kembali dan Jojo mengulurkan tangannya.“Hi, makasih banyak ya? Berkat kamu nilai aku j
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da