Agnes bangun pagi-pagi sekali sebelum matahari terbit dan memulai rutinitas lari paginya. Baginya, ia saat-saat terbaik untuk memulai hari sambil melatih kebugaran fisiknya. Sambil mendengarkan lagu favoritnya melalui earphone, Agnes berlari ringan menyusuri lingkungan sekitar apartemennya dan menyapa penduduk lokal dengan ramah. Ada toko roti homemade di pojok jalan yang selalu memanggang roti-rotinya sebelum pukul 6 pagi. Bau harum roti semerbak yang seketika merangsang bunyi gemuruh di perut Agnes saat ia berlari melewati toko tersebut. Ada juga toko bunga yang sibuk menyiapkan dan memajang bunga-bunga segar saat Agnes sekelebat melewatinya. Agnes juga melihat pasar tradisional, mini market serta pelelangan ikan yang berada agak jauh di area pelabuhan.
Dengan nafas terengah-engah, Agnes beristirahat sebentar di pelabuhan sambil mengamati perahu-perahu layar yang berjejer rapi di dermaga. Bau angina laut dan bunyi burung camar membuat tubuhnya rileks dan segar. Perlahan, ia membuka botol minumnya dan menenggak habis airnya. Lalu, matahari terbit mulai muncul di ufuk timur sambil membiaskan semburat jingga keemasan ke batas horizon. Melihat pemandangan matahari pagi di hadapannya, Agnes terpukau kagum. Tanpa terasa, beberapa tetes air mata mengalir turun di pipinya. Ia belum pernah merasa sehidup ini sebelumnya dan ia merasa sangat bersyukur bisa menyaksikan pemandangan secantik ini di hadapannya.Agnes berdiri diam di tempatnya sampai matahari mulai cukup tinggi dan kemudian ia berjalan pulang ke apartemennya.........................Ketika Agnes membuka pintu, ia seketika dikejutkan dengan sebuah pemandangan yang langsung membuat mukanya panas dan pipinya memerah.Tepat di hadapannya, Tristan sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita asing!!Bukan hanya itu, mereka berdua tampaknya tidak menyadari kehadiran Agnes yang baru saja masuk ke dalam ruangan."Oh, kau sudah pulang…." Kata Tristan dengan suara serak. Wajahnya tampannya menunjukkan ekspresi malas dan tak peduli sementara wanita di dalam pelukannya sibuk memandangi pria di depannya dengan tatapan memuja."Kenalkan… ini…""Eh, siapa namamu tadi?" tanya Tristan dengan nada mesra dan tatapan menggoda. Tangannya masih erat merangkul bahu wanita cantik tersebut."Bianca… Kau sudah menanyakan namaku lima kali dari kemarin malam." Jawab wanita yang disebut Bianca tersebut dengan mulut cemberut tapi raut wajahnya menunjukkan ekspresi menggoda.Tristan lalu menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sambil tertawa jahil."Maaf.. aku memang pelupa. Jangan marah ya, sayang?""Bianca, kenalkan… ini sepupuku…" kata Tristan lagi sambil memperkenalkan Agnes yang masih terpaku kaget di pintu masuk.Bianca tersenyum kecil lalu mencium Tristan sekali lagi dengan mesra lalu memisahkan dirinya dari pelukan Tristan."Dah… jangan lupa telepon aku nanti ya?" pamit Bianca centil sambil memberikan isyarat dengan tangannya. Ia sama sekali tidak menghiraukan kehadiran Agnes di pintu masuk dan melengos pergi begitu saja.Agnes menggelengkan kepalanya sambil menutup pintu lalu mengambil handuk serta peralatan mandinya. Tanpa banyak bicara, ia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Belum ada 24 jam tapi Tristan sudah membawa seorang wanita asing masuk ke apartemen mereka dan ini baru hari pertama.Agnes memejamkan matanya sementara air membasuh tubuhnya. Ia menghela nafas panjang sekali lagi...................…..Selepas Bianca pergi, Tristan kembali pada sikapnya yang biasa. Raut mukanya datar tanpa ekspresi sementara lagaknya tetap acuh dan menyebalkan. Ketika Agnes selesai mandi, Tristan sedang duduk di atas sofa sambil memegang mug berisi coklat panas dan menonton TV.Melihat pemandangan itu, Agnes tidak berkata apa-apa. Ia lalu berkemas dan memeriksa semua peralatannya dengan teliti sekali lagi. Ini hari pertamanya bekerja jadi ia sama sekali tidak boleh memberikan kesan buruk pada kantor barunya. Setelah semuanya lengkap, Agnes lalu segera berjalan ke arah pintu ketika tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari arah belakang."Kau pulang jam berapa?"Agnes tertegun. Ia tidak menyangka akan mendengar pertanyaan tersebut dari mulut pemuda tersebut."Aku belum tahu. Mungkin sore atau malam, tergantung tugas yang diberikan oleh kantor baruku hari ini." Jawab Agnes dengan nada canggung. Rasanya aneh mendengar pemuda asing itu menanyakan pertanyaan ini."Oh, aku ada keperluan hari ini jadi ada kemungkinan pulang subuh atau malah tidak pulang sama sekali. Kau kunci saja pintunya…" balas Tristan acuh tak acuh. Matanya terpaku pada layar televisi yang sedang ditontonnya tanpa memandang Agnes sama sekali."Baiklah…" balas Agnes singkat dengan nada datar.Tak lama, Tristan mendengar suara pintu ditutup di belakangnya dan langkah-langkah kaki Agnes yang semakin menjauh. Kali ini, gantian Tristan yang menghela nafas panjang. Sebuah kesedihan yang sangat dalam terpancar di wajah tampannya....................Tower Emerald, Fashion BlastKesibukan yang luar biasa terjadi di kantor Fashion Blast pagi itu. Ada beberapa shooting video iklan serta pemotretan beruntun untuk model-model internasional yang akan datang hari ini. Ketika Agnes sampai, ia melihat para kru, fotografer, dan fashion stylist sedang sibuk di tempatnya masing-masing. Jadwal mereka benar-benar padat dan area studio terlihat sangat berantakan. Tempat itu lebih terlihat seperti sebuah medan perang daripada sebuah studio foto untuk majalah fashion terkenal."Eh, kau sudah di sini.."Sebuah suara tiba-tiba menyapa Agnes dari samping. Agnes menoleh dan melihat seorang pria dengan gaya sedikit gemulai sedang menuju ke arahnya. Wajahnya ramah dengan senyum lebar dan ia membentangkan tangannya lebar-lebar untuk menyambut Agnes."Jojo!!!"Agnes berteriak gembira sambil memeluk Jojo erat-erat. Pria ini adalah teman sekelasnya dulu saat ia mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual dulu dan orang yang sama yang membantunya untuk memperoleh pekerjaan sebagai seorang freelance photographer di Fashion Blast. Sebuah majalah fashion baru yang saat ini sedang naik daun di kalangan remaja dan para sosialita kelas atas.Setelah berpelukan selama beberapa saat, Jojo lalu mengajak Agnes masuk ke sebuah studio lain yang lebih kecil dan mengamati penampilan Agnes dengan teliti. Walaupun saat itu Agnes mengenakan kemeja bercorak yang dipadukan dengan celana jeans belel dan sepatu ankle boots, hal itu tidak menutupi struktur tubuhnya yang tinggi dan jangkung bak seorang model professional. Kacamata bulat yang digunakannya sebagai samaran pun, tidak mampu menutupi kecantikan wajahnya yang berbentuk oval dengan tulang pipi yang tegas dan simetris. Belum lagi matanya yang bulat dan berwarna biru gelap seperti warna lautan yang dalam."Kamu ga banyak berubah ya? Masih cantik kayak dulu…" goda Jojo sambil tersenyum nakal."Apa sih? " balas Agnes malu sambil menyikut Jojo dengan lengannya."Kamu yakin mau kerja di sini sebagai fotografer aja? Gam au iseng-iseng coba jadi model sekalian? Bone structure kamu bagus banget loh. Kamu punya bakat alami buat jadi model…""Lagipula…. Bayarannya jauhhhhh lebih besar…"bisik Jojo saat mengucapkan kalimat terakhir di kuping Agnes.Jojo tahu kalau Agnes sangat membutuhkan banyak uang saat ini. Mereka sudah bersahabat lama sejak masih kuliah dulu dan walaupun sama-sama berkuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual, Jojo ternyata punya bakat terpendam menjadi seorang makeup artist dan fashion stylist. Gaya berpakaiannya sangat modis dari dulu dan hasil fotonya tidak pernah sebaik hasil jepretan Agnes. Agnes sendiri hidup sebatang kara sambil membesarkan anaknya seorang diri di bawah asuhan Suster Hua sambil berjibaku mengelola panti asuhan tua tersebut. Penghasilan panti asuhan itupun sangat bergantung dari hasil donasi gereja maupun para dermawan yang selalu rutin menyumbang untuk keperluan anak-anak asuh mereka. Sayangnya, semakin lama, uang donasi itupun semakin berkurang. Kini, Suster Hua sendiri harus pintar-pintar mencari tambahan dana baru untuk supaya kebutuhan operasional panti asuhannya tetap bisa berjalan. Sementara Agnes yang dulu merasa sangat banyak dibantu oleh Suster Hua, merasa berhutang budi dan berjanji untuk menjadi sponsor tetap bagi rumah keduanya tersebut."Terima kasih, Jo. Tapi kau tahu kan kalau aku sama sekali tidak suka berada di depan kamera…" tolak Agnes halus. Ia tahu benar batas dirinya dan Jojo bukanlah orang pertama yang mendorong dirinya untuk mencoba karir modeling. Suster Hua, Anne, dan beberapa teman dekatnya mengusulkan hal yang sama tapi pada akhirnya, Agnes selalu memberikan jawaban yang sama setiap saat. She would never be a front stage player, because she's unwilling for doing so.(Ia tak pernah mau untuk berdiri di tengah panggung, karena ia tidak pernah berniat seperti itu.)Jojo lalu mengankat bahunya sebagai tanda menyerah. Ia tahu benar karakter Agnes yang keras kepala dan mengalihkan topik pembicaraan mereka ke masa- masa kuliah mereka dulu ketika seorang wanita berusia empat puluhan memasuki ruangan studio di mana mereka berada.Wanita itu memiliki raut wajah yang sangat menyenangkan dan tatapan mata yang berbinar-binar seperti bintang. Pipi tembemnya hanya membuatnya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Ditambah lagi dengan sikapnya yang sangat ekspresif."Hi Jo. Aku dari tadi cari-cari kamu. Eh, ternyata kamu di sini…"Wanita itu menyapa Jojo dengan ramah lalu matanya tertumbuk pada sosok Agnes yang sedang berdiri di hadapan Jojo. Pupil matanya seketika membesar dan tersenyum lebar."Jadi ini orangnya?"………………………………………..Agnes tertegun saat melihat reaksi wanita tersebut. Alis matanya berkerut ketika senyum wanita itu menjadi semakin cerah saat melihat sosok dirinya."Oia, Vika. Kenalin… ini temanku….""Foto model super keren yang bakal jadi bintang tamu di acara pemotretan cover bulan depan kaannn?!!! Aku tahu koq…" potong wanita itu dengan cepat sementara raut wajahnya berbinar-binar saat mengamati Agnes lebih dekat. Ia lalu mengelilingi Agnes beberapa kali sambil berdecak kagum."Ya ampunnnnn… ya ampunnn… baru aku melihat seorang model dengan struktur tulang sebagus ini. Tubuhmu tidak hanya tinggi tapi juga sangat simetris. Belum lagi raut wajahmu yang cantik dan unik. Aura seorang supermodel memang beda yaa…"Agnes gelagapan saat ia disangka sebagai seorang model terkenal. Matanya bolak balik memandang ke arah Jojo dengan tatapan tak berdaya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut tapi Jojo malah tertawa terpingkal-pingkal saat melih
Agnes jelas-jelas bingung dan salah tingkah saat melihat tingkah Jojo yang super ajaib di hadapannya.Ia ikutan jongkok dan menyuruh Jojo bangun dengan nada risih."Heh!!! Apa-apaan sih elu? Norak tau… bangun! Cepet! Kalau ada yang lihat gimana?"Jojo lalu menggamit kedua lengan Agnes erat-erat dan memandang wajahnya dengan tatapan yang sangat serius."Gue mau berdiri asal elu mau bantuin gue…"Agnes yang mendengar perkataan Jojo lalu mengangguk sambil sesekali menatap sekitar mereka. Takut ada yang melihat aksi aneh mereka saat ini."Beneran nih? Elu mau bantuin gue?" tanya Jojo serius. Tatapan matanya tak bergeming sama sekali."Iya.. iya… bantuin apa sih?? Paling bantuin elu lembur gara-gara ada fotografer yang sakit bukan?" tanya Agnes balik dengan nada bingung. Ia sama sekali tidak punya gambaran tentang apa yang barusan sedang terjadi sebelumnya."Bantuin gue untuk jadi cover model Fashion Blast bulan depan…."
Universitas Rotteo, Kota SierraSiang itu hari terasa panas sekali sementara Tristan tengah duduk dengan santainya di dalam ruangan Professor Roberto. Sambil setengah berbaring di atas sofa, Tristan menguap dengan malas. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari itu dan salah satu alasan kenapa ia berada di dalam ruangan professor senior itu adalah untuk menghindari kejaran dari para wanita yang selalu memburunya setiap kali kelas bimbingannya selesai. Baik adik kelas maupun dosen-dosen wanita, semuanya sama saja. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menempel erat padanya. Bahkan, dengan santainya, Tristan dulu seringkali berganti-ganti pasangan hampir setiap hari untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tapi kini ia mulai jenuh dan muak dengan semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya. Jadi, sekarang, ruangan ini adalah tempat pelariannya yang paling aman untuk ia beristirahat siang saat ini. Lagipula, ia adalah asisten pembimbing Professor Roberto, salah satu pengajar paling
Di dalam kamar sebuah hotel bintang lima ternama di kota Sierra, sepasang pria dan wanita dewasa tengah melenguh dan mendesah sensual dengan nikmatnya. Kedua tubuh telanjang mereka dibanjiri keringat, menandakan kalau aktivitas bercinta sudah sangat intens dan saat ini mereka sudah mencapai titik klimaks.Semenit kemudian, wanita tersebut lalu mengeluarkan suara erangan panjang penuh kenikmatan sementara si pria yang berada di posisi bawah hanya memandang adegan tersebut dengan senyum lebar. Erangan itu juga yang menyudahi aktivitas bercinta mereka yang sudah mereka lakukan selama 3 jam terakhir ini. Selanjutnya, mereka berdua berbaring lelah di atas ranjang dengan ekspresi penuh kepuasan."Kau haus? Aku ambilkan minum ya?" tanya sang pria sambil mengecup manja dahi wanita cantik yang baru saja menjadi bed partnernya barusan. Sang wanita hanya membalas pertanyaan tersebut dengan senyum manja sambil mengangguk singkat.Pria tersebut lalu menuangkan segelas wine dan seg
Robert sedang mandi ketika teleponnya berbunyi. Ia yakin kalau saat ini, Wanda pasti sudah sampai di tanah air sementara ia baru akan menyusul pulang malam ini. Puluhan email yang diterimanya menandakan kalau urusan kantornya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diabaikan. Beberapa perjanjian dan dokumen penting malah sudah mengantri di atas meja kerjanya.Dengan tubuh setengah telanjang yang memamerkan otot-otot tubuhnya yang kekar, Robert lalu mengankat teleponnya."Hi, dear. How are you?"Sebuah suara wanita manja menjawab pertanyaannya dari seberang sana."Bagaimana dengan pemotretanmu hari ini?"Robert ingat kalau Linfey baru saja menandatangani kontrak kerja dengan majalahnya minggu lalu dan hari ini ia akan menjalani sesi pemotretan cover majalah perdananya dengan Fashion Blast. Sebuah berkah untuknya karena nama besar Linfey merupakan jaminan tambang emas di dunia fashion. Robert yakin kalau di bulan depan, oplah majalah akan meningkat
Agnes sampai ke apartemen pada malam itu dengan tubuh yang sangat letih. Ini adalah hari pertamanya bekerja dan setelah ia menjadi model pengganti, ia diharuskan untuk mengikuti sesi pemotretan sebagai fotografer dan mendampingi para model untuk pengisi majalah fashion selama 7 jam non stop.Tulang-tulangnya serasa sangat lunglai dan tak bertenaga sementara matanya sulit untuk diajak berkompromi untuk tetap terbuka lebar. Agnes segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan segera jatuh tertidur tanpa sempat membuka kacamatanya lagi. Dalam hitungan detik, kesadarannya sudah beralih ke alam mimpi. Bahkan deringan suara telepon dari Jacob pun tidak mampu membangunkannya.............…Tristan sampai di apartemen ketika malam sudah sangat larut. Setelah ia membuka pintu apartemen, ia merasakan hembusan angin dingin menerpa tubuhnya. Ternyata, Agnes belum sempat untuk menutup jendela tadi dan angin malam berhembus cukup kencang saat itu. Tanpa menunda lagi
Tanpa terasa seminggu telah berlalu dan Agnes semakin tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang freelance fotografer. Ia sama sekali tidak tahu kalau tindakan spontannya yang menyamar sebagai seorang model pengganti tempo hari telah memicu sebuah badai besar dalam dunia fashion. Dengan santai, pada jam makan siang, Agnes lalu menelepon Jacob untuk melepas rasa rindunya. “Halo, sayang….” Suara Agnes yang jernih menyapa seseorang yang menjawab teleponnya di seberang sana. Tatapan matanya pun seketika melembut. “Halo, ma.” Balas Jacob santai. Ia baru saja menyelesaikan kelas fotografinya hari itu dan sekarang adalah jam istirahat. Agnes meneleponnya di waktu yang tepat. Sebagai seorang pemuda remaja, Jacob memiliki penampilan fisik yang luar biasa menarik. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan tubuh jangkungnya yang tegap. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya dan selalu berbinar-binar dengan keramahan alami tanpa kepalsuan. Bentuk wajahnya yang
Wajah Anne di ujung sana tiba-tiba berubah cerah saat mendengar suara Agnes menjawab teleponnya.“Hei, Agnes… apa kabar? Maaf, apa aku menganggumu?” tanya Anne dengan nada sungkan.“Tidak, aku hanya baru saja selesai makan siang. Ada apa?” balas Agnes santai dengan ekspresi sedikit bingung. Anne jarang sekali meneleponnya. Kali ini, pasti ada sesuatu yang cukup penting.“Umm.. ini… tentang Suster Hua.” Jawab Anne lagi. Suaranya terdengar semakin lama semakin kecil.Tubuh Agnes seketika itu juga menegang setelah mendengar nama tersebut.“Ada apa dengan Suster Hua?”“Maaf, Rissa. Penyakit diabetesnya kambuh lagi dan kami tidak punya dana lebih untuk membeli suntikan insulin untuk beliau. Sebenarnya, ini inisiatifku untuk menelepon dirimu karena Suster Hua tahu kalau kau baru saja bekerja dan tidak ingin merepotkanmu dengan masalah kesehatannya. Ia juga berkali-kali melarangku
Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da