Share

20. Merasa Bersalah

Terasa bebannya terangkat, Dipta bersenandung mengelilingi rumah berniat untuk membuat api unggun sambil memanggang daging. Kayu-kayu kecil ia kumpulkan, ditemani Clara dan 7 anak buahnya. Sepulangnya dari rumah mbah Lanang, Dipta dan yang lain tidak mendapat semacam gangguan, bahkan wajah mengerikan Melisa sama sekali tak terlihat di sekeliling rumah. Dipta mengambil alih capitan daging dari tangan Clara yang tersenyum manis, Dipta mengecup pipinya yang merah karena blush on.

”Bos, kenapa nggak dari awal aja kita ketemu mbah Lanang? Pasti Ijul dan yang lain nggak mati mengenaskan,” ujar Panji.

”Gue juga nggak kepikiran,” sahut Clara.

Semua tertawa terbahak-bahak menikmati senja yang menenangkan tanpa ada teror seperti yang sudah-sudah. Daging yang matang mulai dilahap oleh semuanya diganti lagi dengan potongan paprika dan udang yang sudah disusun sedemikian rupa dengan tusuk sate.

”Air dari mbah Lanang udah lu siram ke sekeliling rumah, Wo?” Panji bertanya pada rekannya.

Jarwo berp
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status