Home / Romansa / TAWANAN HASRAT SANG MAFIA / 1. Permintaan Menyakitkan

Share

TAWANAN HASRAT SANG MAFIA
TAWANAN HASRAT SANG MAFIA
Author: Farsheed Mo

1. Permintaan Menyakitkan

Author: Farsheed Mo
last update Last Updated: 2024-12-13 23:02:57

"Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" 

“Halo?! Fuck! Damn it!!”

BRAK!!

Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.

Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. 

‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. 

Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.

Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.

Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. 

Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untuk membuka pintu dan menyembulkan wajahnya ke dalam ruangan.

Mata Raisa membelalak karena kini ruangan yang biasanya rapi dan berdesain aristokrat itu kini tak ubahnya seperti kapal pecah.

Tanpa berpikir panjang, Raisa berlari masuk dan menghampiri Reza yang kini berdiri di depan jendela dengan tangan mengeluarkan darah. “Reza?! Apa yang terjadi?!!” 

Hanya saja, sebelum Raisa sempat masuk lebih jauh, Reza sudah lebih dulu berbalik dan menatapnya dengan penuh amarah. “Siapa yang mengizinkan kamu masuk, Sialan!”

Raisa berhenti berjalan dan mencicit pelan. "Maaf.. Aku membawakanmu teh.”

Reza melirik sekilas ke arah teh itu sebelum menghujani Raisa dengan tatapan membunuh. "Apa gunanya tehmu itu kalau tidak bisa menyelesaikan masalahku, huh?!" 

Raisa terkejut, tapi kemudian dia memberanikan diri untuk menyodorkan teh itu kepada Reza. "I–ini teh Chamomile. Aku harap bisa membuatmu berpikir lebih jernih, karena kamu- AKH!!" 

Belum sempat Raisa menyelesaikan ucapannya, Reza telah lebih dulu menepis kasar tangan wanita itu hingga terkena cairannya yang panas.

“Aku tidak butuh!!” 

Rasa perih yang diterima oleh Raisa membuat air mata mulai menuruni pipi, terlebih ketika perlahan lengan putihnya memerah dan mulai menunjukkan reaksi terbakar. 

Meski begitu, Raisa buru-buru menghapus air mata itu dan berbalik. “Kalau begitu aku akan membuatkanmu kopi–”

“Diam di situ!” 

Langkah Raisa berhenti dan menatap Reza yang kini memandangnya dari bawah ke atas secara berulang. 

“Daripada kopi, akan sangat menyenangkan kalau kamu bisa melakukan sesuatu untukku, Raisa.”

Raisa terdiam dan perasaannya mendadak merasa tidak enak. “Apa maksudmu?”

“Gunakan tubuhmu dan puaskan Alvaro. Seharusnya dengan begitu hutangku akan lunas.”

Raisa tertohok dan kini air mata kembali meluncur turun dari pipinya. Dia tak menyangka jika Reza akan tega menjual dirinya.

“Kamu gila!!” Raisa mundur dua langkah.

“Gila?” Reza terkekeh sinis. “Tidak tahu diri. Bukankah sejak awal kamu dan keluargamu sudah menghisap banyak uangku?” 

Jawaban Reza membuat Raisa terdiam di tempat.

“Lalu, apa kamu lupa kalau ibumu yang sekarat itu sedang bergantung pada kerendahan hatiku?” lanjut Reza lagi yang berhasil membuat Raisa kehilangan napas.

Sosok ibunya yang kini terbaring dengan berbagai macam alat kehidupan membuat Raisa jatuh terduduk. Pria itu benar. 

Nyawa ibunya memang berada di tangan Reza.

Kini Raisa merasa dirinya semakin terjebak dan perasaannya semakin sesak sementara dirinya sama sekali tak punya kuasa untuk melepaskan diri.

“T-tapi, aku ini istrimu, Reza!" Raisa berseru dengan lirih. “Kumohon jangan perlakukan aku seperti ini..”

“Sejak awal, kamu hanya istri di atas kertas.” Reza langsung menjawab dengan dingin sembari bersiap untuk berjalan pergi. 

“Ingat. Pernikahan kita hanya sandiwara dan aku tak pernah mencintaimu. Oleh karena itu, bergunalah sedikit dan layani Alvaro!!”

Mendengar itu, Raisa terisak semakin kencang. Lagi-lagi Reza benar. 

Sejak awal, pernikahan mereka memang hanyalah sebuah sandiwara yang pria itu ciptakan demi mendapatkan warisan dari orang tuanya. 

Sebagai timbal balik, Raisa akan mendapat perawatan intensif untuk ibunya. Tapi bodohnya, selama ini dia pikir Reza akan berubah dan menganggapnya sebagai seorang istri sejalan waktu. Ternyata dia salah…

Tanpa sedikitpun rasa peduli, Reza melangkah ke arah pintu dan tak lagi menoleh ke belakang. "Kalau kamu tidak mau melakukannya, maka bersiaplah menerima berita kematian ibumu dalam dua hari.”

Related chapters

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   2. Berikan Tubuhmu

    “Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?” Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka. “Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti. “Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.” Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual. Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya. “Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam. Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar. *** Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri. Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil da

    Last Updated : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

    Last Updated : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

    Last Updated : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

    Last Updated : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

    ‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru

    Last Updated : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

    Last Updated : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

    ‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   2. Berikan Tubuhmu

    “Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?” Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka. “Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti. “Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.” Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual. Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya. “Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam. Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar. *** Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri. Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil da

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA    1. Permintaan Menyakitkan

    "Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" “Halo?! Fuck! Damn it!!”BRAK!!Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. ‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untu

DMCA.com Protection Status