Beranda / Romansa / TAWANAN HASRAT SANG MAFIA / Bab 1 - Bayar Hutangku!

Share

TAWANAN HASRAT SANG MAFIA
TAWANAN HASRAT SANG MAFIA
Penulis: Farsheed Mo

Bab 1 - Bayar Hutangku!

Penulis: Farsheed Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 23:02:57

"Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!"

“Halo?! Fuck! Damn it!!”

BRAK!!

Teriakan Vincent dan suara keramik pecah membuat Elena berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya.

Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.

Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu.

‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Elena.

Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang.

Elena tak tahu kenapa, karena Vincent sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Vincent sama sekali tak pernah mengajaknya bicara lebih dari beberapa kata.

Kali ini suara lemparan kursi terdengar hingga membuat Elena menggigit bibirnya pelan.

"Vincent?" panggil wanita itu lagi.

Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Vincent. Oleh karena itu, Elena pun memberanikan diri untuk membuka pintu dan menyembulkan wajahnya ke dalam ruangan.

Mata Elena membelalak karena kini ruangan yang biasanya rapi dan berdesain aristokrat itu kini tak ubahnya seperti kapal pecah.

Tanpa berpikir panjang, Elena berlari masuk untuk menghampiri Vincent yang kini berdiri di depan jendela dengan tangan mengeluarkan darah. “Vincent?! Apa yang terjadi?!!”

Sebelum Elena sempat masuk lebih jauh, Vincent sudah lebih dulu berbalik dan menatapnya dengan penuh amarah. “Siapa yang mengizinkan kamu masuk, sialan?!”

Elena berhenti berjalan. "Maaf… Aku hanya ingin memberikanmu teh...”

Vincent melirik sekilas ke arah teh itu sebelum menghujani Elena dengan tatapan membunuh. "Apa gunanya tehmu itu kalau tidak bisa menyelesaikan masalahku, hah?!"

Elena terkejut, tapi kemudian dia memberanikan diri untuk menyodorkan teh itu kepada Vincent. "I–ini teh Chamomile. Seharusnya bisa membuatmu berpikir lebih jernih, karena kamu- AKH!!"

Belum sempat Elena menyelesaikan ucapannya, Vincent telah lebih dulu menepis kasar tangan wanita itu hingga tersiram teh panas.

“Aku tidak butuh!!”

Rasa perih yang diterima oleh Elena membuat air mata mulai menuruni pipi, terlebih ketika perlahan kaki putihnya memerah dan mulai menunjukkan reaksi terbakar.

Meski begitu, Elena buru-buru menghapus air mata itu dan berbalik. “Kalau begitu aku akan membuatkanmu kopi–”

“Diam di situ!”

Langkah Elena berhenti. Saat kembali menghadap Vincent, Elena melihat pria itu yang kini tengah memandang ponselnya dengan seringai lebar.

Vincent lantas menarik tangan Elena mendekat dan memindai tubuh wanita itu dari atas ke bawah secara berulang.

“Daripada kopi, akan sangat menyenangkan kalau kamu bisa melakukan sesuatu untukku, Elena.”

Elena terdiam dan perasaannya mendadak merasa tidak enak. “Apa maksudmu?”

“Gunakan tubuhmu dan puaskan Alvaro, karena pria itu menginginkanmu. Dengan begitu hutangku akan lunas.”

Elena tertohok dan kini air mata kembali meluncur turun dari pipinya. Dia tak menyangka jika Vincent akan tega menjual dirinya.

“Kamu gila!!” Elena mundur dua langkah.

“Gila?” Vincent terkekeh sinis. “Tidak tahu diri. Bukankah sejak awal kamu dan keluargamu sudah menghisap banyak uangku?”

Jawaban Vincent membuat Elena terdiam di tempat.

“Lalu, apa kamu lupa kalau ibumu yang sekarat itu sedang bergantung pada kerendahan hatiku?” lanjut Vincent lagi yang berhasil membuat Elena tersengal.

Sosok ibunya yang kini terbaring dengan berbagai macam alat kehidupan membuat Elena jatuh terduduk. Pria itu benar.

Nyawa ibunya memang berada di tangan Vincent.

Kini Elena merasa dirinya semakin terjebak dan perasaannya semakin sesak sementara dirinya sama sekali tak punya kuasa untuk melepaskan diri.

“T-tapi, aku ini istrimu, Vincent!" Elena berseru dengan lirih. “Kumohon jangan perlakukan aku seperti ini..”

“Jangan tidak tahu diri, Elena!! Sejak awal, kamu hanya istri di atas kertas.” Vincent langsung menjawab dengan dingin sembari bersiap untuk berjalan pergi.

“Ingat. Pernikahan kita hanya sandiwara dan aku tak pernah mencintaimu. Oleh karena itu, bergunalah sedikit dan layani Alvaro!!”

Mendengar itu, Elena terisak semakin kencang.

Sejak awal, pernikahan mereka memang hanyalah sebuah sandiwara yang pria itu ciptakan demi mendapatkan warisan dari orang tuanya.

Sebagai timbal balik, Elena akan mendapat perawatan intensif untuk ibunya. Tapi bodohnya, selama ini dia pikir Vincent akan berubah dan menganggapnya sebagai seorang istri sejalan waktu. Ternyata dia salah…

Pria itu sama sekali tak pernah peduli padanya, apalagi mencintainya.

Sebelum pergi, Vincent mengambil ponsel dan menelepon sekretarisnya. “Ya, carikan aku pakaian yang seksi. Ukuran M. Ya, aku tunggu dalam satu jam.”

Setelah telepon itu terputus, Vincent berkata lagi kepada Elena. “Saat Jose datang, pakai apa pun yang dia berikan padamu. Aku tak mau mendengar adanya penolakan.”

Satu jam kemudian, Elena sudah berdiri di hadapan Vincent dengan mengenakan gaun backless bertali spageti yang mengekspos bagian punggung, belahan dada, dan pundaknya.

Gaun hitam itu terlihat menantang karena jika tali yang diikatkan pada pundak Elena ditarik, maka akan langsung jatuh tanpa ada hambatan.

“Apa kita bisa menggantinya dengan gaun lain?” Elena berkata dengan perasaan tidak nyaman. “Aku merasa ini terlalu…seksi..”

Tangan gadis itu lantas menarik bagian depan untuk mencoba menutupi dadanya, sedangkan satu tangannya lain berusaha untuk menutup bagian pundaknya yang terbuka.

“Apa maksudmu?” jawab Vincent sambil mendelik tak suka. “Gaun itu sudah bagus. Sebagai penebus hutang, kamu memang harus terlihat menggoda, Elena.”

Vincent kemudian menatap Elena dari kepala hingga kaki, seperti hendak memastikan bahwa penampilannya layak untuk dijual. “Baru dengan begitu, Alvaro bisa tertarik padamu.”

Tindakan suaminya itu membuat Elena membuang muka, merasa terhina.

Namun, ia hanya bisa menelan emosinya bulat-bulat karena tak sedang berada di posisi yang bisa menolak atau membantah.

“Tuan, anak buah Alvaro sudah datang menjemput Nyonya Elena.”

“Kami akan segera keluar.” Vincent menjawab. Setelah langkah kaki pelayan itu pergi, Vincent kembali menghadap ke arah Elena dan berkata pelan.

“Ingat, Elena. Kalau kamu tidak mau melakukannya dan tau berbuat macam-macam, jangan salahkan aku kalau kamu akan segera menerima berita kematian ibumu. Paham?”

“Ya.” Elena membalas perkataan Vincent dengan nada suara yang gemetar. “Tidak perlu kamu ingatkan lagi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 2 - Alvaro Moretti

    Saat mobil jemputan itu mulai berjalan, dada Elena terasa sesak. Perasaan ini membuatnya merasa seperti sapi yang hendak dibawa untuk disembelih. Menuju ke akhir hidupnya sendiri. Diam-diam, Elena tersenyum miris memikirkan setiap detail hidupnya yang tak pernah berjalan dengan baik. Sejak ayahnya pergi bersama wanita lain, ibunya harus berjuang keras untuk menghidupi hidup mereka. Oleh karena itu, Elena harus memohon pada Vincent untuk membantunya. Namun, siapa sangka kalau di masa depan dia akan dijual demi menebus hutang pria itu?! Mobil itu terus berjalan dan baru berhenti saat tiba di mansion milik Moretti yang bergerbang tinggi dan dikelilingi oleh pagar berduri. Rumah itu sangat besar dan bergaya arsitektur Eropa yang mewah, tapi elegan. Namun, entah kenapa rumah ini terasa begitu dingin seakan tak berkehidupan. Membuat Elena merasa tak nyaman. Elena melangkah ragu, mengikuti arahan yang diberikan oleh pria itu untuk menuju ke ruang tamu. Sesampainya di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 3 - Negosiasi

    Air mata Elena akhirnya jatuh juga. “Jangan menangis, karena air matamu tidak akan mengubah apapun.” tangan pria itu terulur mengusap bulir air mata yang turun di pipinya. Elena terdiam sedangkan tubuhnya gemetar menahan isakan. Ucapan Alvaro membuat Elena teringat akan posisinya yang serba salah. Ancaman Vincent membawa ibunya, sedangkan perbuatan Alvaro melecehkannya. Setelah ini, apakah dia masih punya kesempatan untuk menyelamatkan harga dirinya? Melihat Elena yang tak lagi membantah, Alvaro tersenyum tipis. “Bagus! Sekarang jadilah wanita yang baik.” Alvaro kembali mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari Elena. Tatapannya tajam, tapi ada senyum kecil di sudut bibirnya yang membuat Elena semakin tegang. Dia mengulurkan tangannya, menyentuh dagu Elena dengan lembut, lalu memiringkan wajahnya sehingga mata mereka bertemu. Elena menelan ludah, tubuhnya terasa kaku. Ia ingin mundur, tapi langkahnya tertahan. Ketika Alvaro mulai mengecup leher dan pundaknya sebel

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 4 - Berbohong

    A–aku berhasil mendapatkan tambahan waktu…” Elena mencoba menjelaskan."Apa kamu tidak punya otak?! Bodoh!" bentaknya lagi. “Aku menyuruhmu untuk menebus hutang itu secara total! Bukan meminta tambahan waktu!”“Namun, Vincent! Kita bisa membayar hutang itu tanpa–”“Aku tidak peduli!! Pokoknya, ikuti apa kata Alvaro dan buat dia menghapus hutangku!”Elena terdiam. Meski marah, tapi dia tahu, membalas hanya akan memperburuk keadaan. Elena memejamkan mata, menahan air mata yang hampir tumpah.“Kau dengar, Elena?! Aku ingin hutangku segera lunas!!” Elena tercekat. “Vincent, aku tidak bisa—” Tut…Tut…TutSuara Elena terputus ketika panggilan dimatikan sepihak oleh suaminya. Elena menatap kosong ponsel di tangannya dan terduduk lemas. Ia tak mengerti kenapa Vincent berusaha keras untuk menyingkirkannya. Bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja?Merasakan kepalanya pusing, Elena berjalan keluar kamar untuk mengambil segelas air.Namun, ternyata semua lampu telah dimatikan sehingg

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 5 - Ketahuan

    Elena kemudian memilih untuk duduk di sofa sambil membaca majalah di atas meja. Terbiasa melayani Vincent dan melakukan semua pekerjaan sendiri, membuatnya merasa bosan. “Ini teh untuk anda,” kata seorang pelan yang datang menyodorkan secangkir teh. Mendengar itu, Elena pun mengangguk mengerti dan berterima kasih. “Tuan Alvaro belum pernah sama sekali membawa wanita ke rumah ini. Anda tentu wanita spesial untuk Tuan.” Elena menatap pelayan itu bingung. Kata ‘spesial’ mungkin kurang tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini. Karena dirinya di rumah ini hanyalah seorang tawanan Alvaro yang dipersiapkan untuk menjadi pemuas hasrat pria itu. Namun, belum sempat Elena menjawab, seorang pelayan lain tiba-tiba datang dari belakang dan melapor dengan wajah pucat. “Ada masalah di belakang.” “Coba selesaikan sendiri, karena aku harus mengirim teh ini ke ruang kerja Tuan Alvaro.” Jawab pelayan yang berada di depan Elena dengan bingung. Tatapannya lantas tertuju pada nampan dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 6 - Kamu Tidak Menstruasi?

    “Kamu tidak menstruasi?” Tatapan Alvaro berubah tidak lagi menatap penuh gairah, tetapi telah berubah menjadi penuh amarah. “Beraninya kamu!!” Dia menarik diri dan menatap langsung ke matanya, memastikan Elena tak punya ruang untuk mengelak. Terlihat jelas bahwa dia sangat membenci kebohongan yang dilakukan wanita di depannya. “T-tuan, saya…” “Diam !” potong Alvaro kencang. “T-tidak, Tuan. Saya hanya…” “Berhenti bicara!” Alvaro meraih kedua bahu Elena dan mencengkeramnya kuat-kuat. “Berani mempermainkanku?” desisnya, setengah mengancam. “Kau lupa siapa aku?!” “Saya tidak berniat mempermainkan Anda, Tuan,” jawab Elena dengan suara gemetar. Namun, Alvaro tidak berhenti. Dalam satu gerakan cepat, ia meraih syal yang tergeletak di kursi. Elena mencoba mundur, tetapi ruangnya terbatas. Sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, syal itu sudah melilit pergelangan tangannya. “Tuan, apa yang akan Anda lakukan? lepaskan saya!” jerit Elena, ketakutan.. Dengan satu tar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 7- Mau Pergi? Jangan Harap!

    Elena duduk di tepi ranjangnya, memandang kosong ke arah kaca besar di kamar yang menghadap taman. Bayangan Alvaro dan apa yang telah dia lakukan tadi terus berputar di pikirannya. Tubuhnya menggigil, karena rasa jijik dan takut. Dia selalu menjaga kesuciannya, tetapi pria itu menginjak-injak harga dirinya. Mungkin kedatangannya memang sebagai pelunas hutang, tetapi dia tak berhak bersikap kasar seperti yang dilakukannya tadi. Dia pun sadar jika dirinya salah telah berbohong, tetapi itu kan karena dia terus mengancam kesuciannya. Hingga terpaksa dia harus berbohong. “Aku tidak akan membiarkan ini terus terjadi,” bisiknya dengan penuh tekad. Selama ini Elena sudah terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Vincent, yang tak segan menyerahkan dirinya ke pria seperti Alvaro. Jika dia terus terjebak di sini, entah apa yang bisa dilakukan pria itu kepadanya. Mengingat pria itu sangat berkuasa. Elena bergidik. Elena berdiri dan melangkah ke kaca besar itu. Dia memperhatikan pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 8 - Tak Ada Jalan

    Keesokan harinya, Elena terbangun karena suara berisik dari jendela kamarnya. “Sudah bangun?” kata Alvaro yang sudah duduk di samping tempat tidurnya. Elena terkejut, dia langsung menutup tubuhnya dan bergeser menjauh dari pria itu. Alvaro melirik wanita itu, senyum tipis terbit di bibirnya. “Bisakan Anda tidak keluar masuk ke kamarku seenaknya?” protes Elena. Matanya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, suara benda dipukul masih terdengar begitu jelas. “Ini rumahku! Ingat?” Suaranya pelan, dengan penekanan di setiap katanya. Seolah ingin mengingatkan posisinya di Mansion ini. Elena beringsut turun dari tempat tidur dan melihat ke arah jendela. Dia melihat beberapa pelayan sedang memasang palang di jendela kamarnya. Elena berusaha membuka jendela itu, tetapi tidak bisa. “Kenapa Anda melakukan ini? Apakah Anda mencoba mengurungku disini?” teriak Elena. Tetapi Alvaro hanya diam, pria itu dengan tenang menyesap cangkir berisi kopi kesukaannya. “Tuan Alvaro,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 9- Pulang Sekarang!

    Netra Elena terbelalak, begitu melihat siapa yang kini berdiri di depannya. Viviana, ibu mertuanya kini menatapnya dengan jijik seolah dirinya barang kotor yang tak seharusnya ada di tempat ini. “Kenapa kamu di sini? Oh aku tahu, kamu pasti sedang menghabiskan uang anakku ya?” “Tidak Bu, aku…” Elena bingung, dia tak tahu harus menjawab apa di depan ibu mertuanya itu. Dia tak mungkin mengatakan jika dia menemani Alvaro. Pasti Viviana akan berpikir macam-macam mengingat temperamennya yang buruk. “Dasar menantu tak tahu diri. Hidup di atas belas kasihan anakku, tapi tidak pernah tahu cara berterima kasih!” Dengan cepat Viviana sudah menjambak rambut Elena, “Pergi dari sini! Pulang!” “Aduh sakit Bu! Lepaskan!” kata Elena, sambil menghentak tangan ibu mertuanya. Elena menggosok rambutnya yang terasa sakit karena jambakan ibu mertuanya. “Beraninya kamu melawan aku! Aku akan bilang ke Vincent, untuk menceraikanmu!” Elena muak sekali dengan ucapan Viviana, Ibu mertuanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 76 - Jalankan Rencana

    “Kamu yakin? Tidak takut?”“Aku sudah lama membiarkannya, ini saatnya menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa dia injak seenaknya.”Alvaro hanya tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita di sampingnya itu. Begitu mobil berhenti di depan gedung perusahaan, Alvaro segera keluar lebih dulu. Dengan langkah tenang, ia membuka pintu untuk Elena, membuat wanita itu menatapnya sesaat.“Keluar,” ucap Alvaro singkat.Elena menghela napas, lalu turun dari mobil. Saat mereka melangkah masuk, Jose dan beberapa pengawal berjalan di belakang mereka.Begitu sampai di lantai tertinggi gedung ini. Sebelum masuk ke ruangan Alvaro. “Jose.”“Ya, Tuan?”“Ajari dia pekerjaanmu.”Jose menatap Elena sekilas sebelum kembali menatap Alvaro, memastikan ia tidak salah dengar. “Maksud Tuan, saya harus mengajarkan pekerjaan saya kepada Nyonya?”Alvaro mengangguk tanpa ragu. “Ya.”Elena mengernyit. “Tunggu, maksudmu aku bekerja dengan Jose?”Alvaro yang semula hendak melangkah ke ruangannya,

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 75 - Rencana Pembalasan

    Keesokan paginya, Elena terbangun dalam pelukan Alvaro. Pria itu mendekapnya. Karena masih kesal semalam, Elena perlahan beringsut mengubah posisi menjadi membelakangi. Namun, tak disangka Alvaro menyadari gerakannya. Sehingga saat dia berhasil mengubah posisi. Alvaro kembali mendekapnya dari belakang. “Masih marah?” Bisiknya pelan. Elena diam, tak ingin bicara. Alvaro semakin mendekatkan tubuh Elena dalam pelukannya. “Sudah pagi, aku harus pergi.”“Kemana pagi-pagi?”“Bekerja, aku sadar aku cuma wanita simpanan yang bisa kamu buang kapan saja.”Elena hendak bangun, tetapi tubuhnya ditarik kembali oleh Alvaro. “Kita pergi bersama.”“Tidak perlu,” ucap Elena, ketus.Akhirnya Alvaro menyerah, dan membiarkan Elena pergi dari pelukannya. Berdebat dengan wanita itu saat marah tak akan bisa menang. Karena itu, dia memberikan Elena waktu untuk meredakan kemarahannya. Saat melihat Elena masuk ke dalam kamar mandi, Alvaro mengambil ponselnya di atas nakas. “Bagaimana?”“Kami sudah dapat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 74 - Jadi Ini Ulahnya?

    Pyar!Botol bir di tangannya dihantamkan ke meja kaca, pecahannya berhamburan ke lantai. Wanita-wanita di samping pria itu menjerit kecil dan mundur, sementara para pengawal langsung menodongkan pistol ke arahnya.Alvaro tetap berdiri tegak, menatap pria tua itu dengan mata dingin.Tidak ada yang berani menarik pelatuk lebih dulu.Mereka tahu siapa Alvaro.Pria yang berdiri di depan mereka bukan sekadar seorang pengusaha muda yang sedang naik daun. Dia adalah sosok yang namanya bergema di dunia bisnis. Orang yang tidak akan ragu mengotori tangannya jika diperlukan.Pria tua itu menghela napas panjang, lalu memberikan isyarat dengan satu gerakan tangan. Seketika, para pengawalnya menurunkan pistol mereka, meskipun tatapan mereka masih penuh kewaspadaan."Jadi benar, kau lemah karena wanita itu?"Alvaro mencengkeram kerahnya dan menariknya mendekat."Omong kosong!" suaranya rendah, penuh ancaman. "Aku tak butuh bisnismu."Pria itu mengangkat kedua tangannya ke atas, seolah memberi isya

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 73 - Perangkap Delisa

    Delisa menatap layar ponselnya dengan sorot mata penuh kebencian. Foto-foto Alvaro dan Elena dari informan yang disewanya terpampang di atas meja.“Seharusnya aku yang ada di sana… Seharusnya aku yang dia tatap seperti itu…” gumamnya dengan suara bergetar.Tangannya mengepal erat. Sudah cukup lama menahan diri, berharap Alvaro akhirnya melihatnya, memilihnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya—Elena muncul dan merebut tempat yang seharusnya menjadi miliknya.Tidak lagi.Jika Alvaro tidak bisa menjadi miliknya, maka Elena juga tidak boleh memilikinya.Delisa tahu bahwa Alvaro bukan pria yang mudah dipermainkan. Dia tidak bisa langsung menyerang Elena secara fisik, itu terlalu berisiko. Jadi, ia memutuskan untuk menyerang dari sisi lain, yaitu kepercayaan Alvaro.“Dasar wanita jalang, kita lihat apakah Alvaro masih mau denganmu.”Malam itu juga, Delisa menghubungi seorang. “Aku punya pekerjaan untukmu,” katanya dengan nada dingin.Pria di seberang telepon tertawa kecil.“Baik.”***Ha

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 72 - Ada yang Cemburu

    Elena memutar bola matanya, berusaha mengabaikan cara Alvaro menatapnya. Ia tahu pria itu sedang mencoba menggodanya lagi, dan ia tidak akan membiarkan dirinya terjebak begitu saja.Elena mengernyit. “Al, pinggangku hampir patah karena ulahmu. Tidak lagi, lagi pula lukamu belum sembuh benar. Kamu ingin aku mengganti perbanmu lagi?”Alvaro menarik napas pelan, lalu dengan satu tarikan lembut, ia membuat Elena kembali terduduk di tepi ranjang, tepat di sampingnya. Tatapan matanya yang intens membuat Elena sulit untuk berpaling."Ini salahmu.""Salahku? Bagaimana bisa?"Alvaro mulai meraba bibir Elena lembut, “kamu membuatku candu."Elena menelan ludah, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia ingin marah tetapi entah kenapa dia merasa tersanjung dengan pujian pria itu. Melihat Elena hanya diam, Alvaro tersenyum tipis, lalu mengangkat tangannya untuk menyelipkan helai rambut yang jatuh di wajahnya. “Aku tahu kamu khawatir.”Elena mendesah, akhirnya memalingkan wajahnya. “Kamu

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 71 - Jangan Mulai Lagi

    Alvaro menatap Elena dengan intens, seolah mencoba membaca pikirannya. Tatapannya tajam, penuh rasa ingin tahu, tetapi Elena tetap berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. “Iya, dia mengkhawatirkanmu,” ucapnya santai. “Dia bertanya tentang keadaanmu dan memintaku untuk menjagamu.” “Hanya itu?” tanyanya kembali. Seolah-olah dia tak puas dengan jawaban yang diberikan Elena barusan. Alvaro terdiam sesaat, menatapnya tanpa ekspresi yang jelas. Suasana di antara mereka sedikit canggung, seakan ada sesuatu yang menggantung di udara, tetapi Elena berusaha mengabaikannya. “Beristirahatlah,” katanya akhirnya, bangkit dari tempat tidur. “Aku akan menyiapkan makanan untuk kita.” Namun, sebelum ia bisa melangkah pergi, Alvaro tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan menariknya kembali ke tempat tidur dengan gerakan cepat. Elena tersentak saat mendapati dirinya terduduk di pangkuannya, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Hawa panas tubuh Alvaro begitu dekat, membuat jantungnya ber

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 70 - Jangan Pergi

    Alvaro menatap Elena dengan lembut, sesuatu yang jarang terlihat darinya. Walau tubuhnya masih lemah, bibirnya melengkung dalam senyuman tipis.Pria itu menatapnya tanpa berkata-kata. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara mesin medis yang berbunyi pelan.Lalu, tiba-tiba, Alvaro mengulurkan tangannya yang lemah ke arah Elena. Jangan pergi dariku."Elena terdiam. Kata-kata Don kembali terngiang di benaknya. "Jika kau benar-benar mencintainya, tinggalkan dia."Tapi, saat menatap Alvaro yang masih menunggunya dengan tatapan serius, dia tahu… dia tidak bisa melakukannya.Perlahan, Elena menggenggam erat tangan Alvaro."Aku…tidak akan pergi," bisiknya.Dia menghela napas panjang sebelum akhirnya berdiri. "Aku akan keluar sebentar," katanya.Alvaro menatapnya sebentar, seolah enggan membiarkannya pergi, tapi akhirnya mengangguk. "Jangan lama-lama."Elena hanya tersenyum kecil sebelum melangkah keluar dari ruangan, menutup pintu di belakangnya dengan pelan.Begitu Elena pergi, Jose masuk ke

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 69 - Cinta adalah Kelemahan

    Elena membeku di tempat. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat matanya bertemu dengan sosok yang berdiri di depan pintu—seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam, penuh wibawa.Don.Ayah Alvaro.“Mari kita bicara,” suara Don terdengar dalam dan penuh otoritas.Elena menelan ludah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Di dalam ruangan, Alvaro masih terbaring lemah. Dia tidak ingin pergi jauh, tapi tatapan Don memberinya isyarat bahwa dia tidak punya pilihan.“Baik,” jawabnya pelan.Don berbalik, melangkah dengan tenang menuju lorong rumah sakit. Elena ragu sejenak sebelum akhirnya mengikuti di belakangnya.Ketika mereka sampai di area yang lebih sepi, Don berhenti dan berbalik menatapnya.“Apa kamu mencintainya?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Elena mengerjap. Dia bisa merasakan ketegangan yang begitu kuat dari cara pria itu menatapnya."Aku..." Dia menarik napas, mencoba mengumpulkan keberanian.“Jika iya, tinggalkan dia.”Mata Elena terbelalak, hatinya seolah berhenti berd

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 68 - Kita Perlu Bicara

    Bab 68 - Elena tersentak, dia mendengar perintah Alvaro dengan jelas. Tetapi tubuhnya membeku di tempat. Semua terjadi begitu cepat, pria bersenjata lain langsung mengangkat pistol mereka.DOR!Tembakan pertama melesat, nyaris mengenai Alvaro yang dengan cekatan menjadikan tubuh pria yang tadi diserangnya sebagai perisai. Darah muncrat saat peluru menghantam dada pria itu, membuatnya limbung sebelum jatuh tak bernyawa.“Lari!” Alvaro mengulang perintahnya lebih keras, tapi Elena masih terpaku.Salah satu pria menodongkan pistol ke arahnya.DOR!Elena menjerit dan memejamkan mata, namun tubuhnya tetap utuh. Saat membuka mata, yang dilihatnya justru Alvaro—berdiri di depannya, dadanya tertembus peluru.Tubuh Alvaro tersentak ke belakang, nafasnya tercekat. Darah dengan cepat merembes dari luka di dada kirinya, mengalir membasahi kemeja yang dikenakannya.Elena menjerit, “ALVARO!”Tatapannya nanar saat melihat tubuh pria itu melemah. Alvaro masih berdiri, tapi lututnya tampak goyah. Tan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status