Share

Bab 5 - Ketahuan

Author: Farsheed Mo
last update Last Updated: 2024-12-13 23:05:39

Elena kemudian memilih untuk duduk di sofa sambil membaca majalah di atas meja. Terbiasa melayani Vincent dan melakukan semua pekerjaan sendiri, membuatnya merasa bosan.

“Ini teh untuk anda,” kata seorang pelan yang datang menyodorkan secangkir teh.

Mendengar itu, Elena pun mengangguk mengerti dan berterima kasih.

“Tuan Alvaro belum pernah sama sekali membawa wanita ke rumah ini. Anda tentu wanita spesial untuk Tuan.”

Elena menatap pelayan itu bingung. Kata ‘spesial’ mungkin kurang tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini.

Karena dirinya di rumah ini hanyalah seorang tawanan Alvaro yang dipersiapkan untuk menjadi pemuas hasrat pria itu.

Namun, belum sempat Elena menjawab, seorang pelayan lain tiba-tiba datang dari belakang dan melapor dengan wajah pucat.

“Ada masalah di belakang.”

“Coba selesaikan sendiri, karena aku harus mengirim teh ini ke ruang kerja Tuan Alvaro.”

Jawab pelayan yang berada di depan Elena dengan bingung. Tatapannya lantas tertuju pada nampan dan dapur secara bergantian.

Melihat itu, Elena berinisiatif untuk membantu. “Kamu urus saja masalahnya. Masalah teh, biar saya yang mengantarkannya.”

Perkataan Elena membuat pelayan itu terkejut. “Jangan, Nyonya! Tuan Alvaro pasti akan sangat marah jika kami membiarkan Nyonya bekerja.”

“Tidak apa-apa. Saya akan mengantar teh ini dulu sebelum membantu hal yang lain.” lanjut pelayan itu lagi.

“Tidak masalah! Sungguh. Ini bukan bekerja, tapi membantu. Lagipula, masalahnya terlihat mendesak.” jawab Elena lagi, berusaha untuk meyakinkan.

“Jika terjadi apa-apa, biar saya yang menjelaskannya pada Tuan Alvaro.”

Mendengar itu, kedua pelayan itu saling berpandangan sebelum kemudian menyerahkan nampan berisi teh dan teko itu ke tangan Elena.

“Terima kasih, Nyonya. Ruang kerja Tuan ada di lorong sebelah kiri kamar Anda.”

Elena mengangguk sambil mengambil nampan dari pelayan itu dan mulai melangkah pergi ke arah yang dituju.

Elena berjalan dengan hati-hati dan memastikan kalau dia tak salah masuk ruangan. Sebab, dia tak mau membuat Alvaro marah lagi.

Elena menghela napas lega begitu melihat pintu yang dikatakan oleh pelayan tadi.

Namun, belum sempat tangannya mengetuk pintu, suara kemarahan Alvaro telah membuatnya berhenti bergerak.

“Bunuh saja pembohong itu!”

Nampan di tangan Elena bergetar seketika, rasa takut membuatnya mundur dua langkah. Hingga membuat keseimbangannya tak terjaga.

PYAR!

“Akh!!

Kaki Elena bergetar kesakitan saat teko berisi teh panas mendidih itu pecah dan mengenai kakinya.

Tubuh Elena semakin bergetar karena tak lama kemudian, dia melihat Alvaro keluar dari ruang kerja dengan wajah dingin dan emosi yang terlihat jelas di wajahnya.

Mata elang pria itu langsung membidik tajam ke Elena. “Apa yang kamu lakukan di sini?!”

“T-tuan, saya ingin mengantar teh..”

Mata Alvaro semakin menajam dan sedetik kemudian, suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Memanggil seluruh pelayan yang ada di rumah itu.

Kurang dari satu menit, semua pelayan langsung datang dan berbaris di depan mereka sambil menunduk.

Di sisi lain, Elena yang melihat adegan itu merasa sangat ketakutan. Apalagi ditambah dengan rasa sakit di kakinya.

“Siapa yang membiarkan Elena membawa nampan teh? Apa kalian sudah bosan hidup?!” Alvaro berteriak marah.

Melihat itu, tak ada seorang pelayan pun yang menjawab. Alih-alih bersuara, mereka menunduk dalam dengan wajah pucat.

Setelah beberapa detik, salah seorang pelayan maju ke depan dan berlutut sambil berkata dengan suara gemetar.

“Saya, Tuan! Tolong ampuni saya karena telah bersikap lalai!”

Mendengar itu, wajah Alvaro semakin menggelap. Tanpa menunggu waktu lama, dia berteriak memanggil nama seseorang yang pernah Elena dengar.

“Jose!”

Segera setelah itu, seorang pria bertubuh tinggi datang dengan eskpresi tenang. Elena menebaknya sebagai tangan kanan Alvaro, karena hanya pria itu yang berani memandang wajah Alvaro tanpa perlu menunduk ketakutan.

“Ada apa, Tuan?” Jose bertanya. Apalagi setelah melihat semua pelayan berbaris rapi dan sosok Elena yang berbaring di atas sofa.

“Pecat mereka semua!”

Elena merasa terkejut setengah mati. Sebab, dia sama sekali tak menyangka kalau Alvaro akan memecat mereka hanya karena ia menumpahkan seteko teh.

Setelah perintah itu diturunkan, hampir semua pelayan di hadapan Alvaro menunjukkan ekspresi tercengang.

Beberapa bahkan sudah jatuh terduduk dengan wajah berurai air mata, termasuk pelayan yang membiarkan Elena membawa nampan. Wanita itu sudah duduk lemas dengan mata membelalak.

“Tolong jangan pecat mereka, Tuan!” Tanpa sadar, Elena bangun dan menggenggam tangan Alvaro untuk memohon.

“Saya lah yang akh–! Menawarkan diri untuk membantu. Pelayan itu sama sekali tak bersalah!”

Ringisan itu, Alvaro memicingkan matanya dan kembali melihat ke arah kaki Elena.

Sedetik kemudian, di hadapan semua orang tubuh Elena sudah lebih dulu diangkat ala bridal style oleh Alvaro.

Pria itu dengan kuat membopongnya ke kasur kamar pria itu dan membaringkannya di sana. Tatapan Alvaro mengeras saat melihat beberapa bagian dari kaki Elena memerah dan mulai melepuh.

“Tunggu di sini dan jangan melakukan apa pun!”

Pria itu lantas keluar dari ruangan dan kembali dengan sebuah kotak P3K. Kemudian, dengan hati-hati pria itu mengangkat kaki Elena dan melihat lebih rinci bagian-bagian mana saja yang melepuh.

“Tahan rasa sakitnya.”

Elena mengangguk dan mencengkram bantal sofa lebih kencang. Sebab, sedetik kemudian, Alvaro telah mengoleskan salep khusus luka bakar di kakinya.

Seolah sudah biasa, pria itu mengoles dengan lembut dan dalam arah yang sama. Bahkan, mata Alvaro sama sekali tak lepas dari luka-luka Elena hingga membuat wanita itu terpaku.

Perilaku ini sangat mengejutkan, terutama bagi Elena yang kenyang mendengar berita tentang betapa kejamnya Alvaro di dunia hitam.

Bagaimana bisa, pria yang terkenal bertangan dingin, kejam dan tak kenal ampun itu bersimpuh di depannya untuk mengoles obat untuknya?

Tanpa sadar, Elena membandingkan perilaku Alvaro dengan Vincent yang jauh berbeda.

Jangankan merawat luka Elena yang terkena air panas, saat tangannya patah pun Vincent tak sekali pun memberi perhatian.

Pria itu malah sibuk mengurus bisnis investasinya yang berujung merugi dan menjualnya ke pria lain.

Daripada mengobati, selama ini Vincent lebih sering memberi Elena luka, tanpa peduli bagaimana rasa sakitnya, apalagi mengobati luka itu. Sesaat, Elena menatap pria itu dengan perasaan tersentuh.

Setelah semua area yang terluka telah diberikan salep, Alvaro kembali meletakkan kaki Elena.

Namun, gerakan itu malah menyingkap luka lain yang tercetak di paha Elena.

“Luka apa ini?”

“Ah! Bukan apa-apa, Tuan.” Elena buru-buru menarik turun gaunnya dan menutupi luka itu kembali. “Terima kasih sudah merawat saya.”

Alvaro menatap Elena lama, tetapi kali ini tatapan itu terlihat berbeda. “Lain kali berhati-hatilah.”

Melihat Elena mengangguk, Alvaro berdiri dan hendak pergi. Namun, sebelum pria itu benar-benar berdiri, Elena menahan tangan pria itu dan menatap kedua matanya intens.

“Tuan..”

“Ada apa?” Alvaro menjawab.

“Tolong maafkan para pelayan itu. Sayalah yang bersikeras membantu. Jadi, Anda bisa menghukum saya dan saya akan menerimanya,” kata Elena.

Tatapan mata penuh tekad itu membuat Alvaro kembali membuat wajahnya sejajar dengan Elena.

Lalu, tiba-tiba saja sebuah seringai tersungging di bibir pria itu hingga membuat Elena menyesali perkataannya pada Alvaro.

“Apa pun itu?” kata Alvaro dengan penuh penekanan.

Alvaro mendekat tanpa memberikan kesempatan Elena untuk menghindar. Dengan cepat tangannya memegang wajahnya, memaksa Elena menatapnya.

Sebelum sempat berkata apa-apa, bibir Alvaro menyentuh bibirnya dengan paksa.

Ciuman itu sungguh mengejutkan.

Elena mencoba melawan dengan mendorong dada Alvaro, tapi pelukan pria itu begitu kuat.

Sentuhan itu perlahan berubah, dari kaku menjadi sangat lembut, tetapi tetap mendominasi. Bibir Alvaro bergerak penuh dan memabukkan, membuat Elena kehilangan kendali.

Tangannya yang tadi melawan, perlahan terkulai lemas, pasrah. Membuat Alvaro memperdalam ciuman itu, menarik Elena lebih dekat.

Hisapan dan tautan dari Alvaro membuat Elena terbuai hingga tanpa sadar berbalik mencengkeram rambut pria itu, menarik kepala Alvaro lebih rendah ke arahnya.

Tindakan itu tanpa sadar membangkitkan singa tidur dalam diri Alvaro dan membuat pria itu menggeram.

“Kamu yang memancingku, Elena.”

Perkataan Alvaro membuat Elena tersentak dan tersadar kalau apa yang dia lakukan salah.

Namun, sudah terlambat karena pria itu lebih dulu mengunci pergelangan tangannya dan menindihnya di atas ranjang pria itu.

“Tu-tuan!” Elena berteriak dengan panik. Bagaimana bisa dia terbuai dan malah menyerahkan dirinya pada Alvaro?!

“Sa-saya tidak bisa melakukannya sekarang! Sedang datang bulan..”

“Sebenarnya aku curiga..” Desisan Alvaro membuat tubuh Elena menegang.

Belum sempat Elena bertanya lebih lanjut, tubuhnya menggelinjang hebat kala Alvaro telah lebih dulu memegang bokongnya dan menekan bagian intinya.

“Kenapa tidak ada yang mengganjal di area ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 6 - Kamu Tidak Menstruasi?

    “Kamu tidak menstruasi?” Tatapan Alvaro berubah tidak lagi menatap penuh gairah, tetapi telah berubah menjadi penuh amarah. “Beraninya kamu!!” Dia menarik diri dan menatap langsung ke matanya, memastikan Elena tak punya ruang untuk mengelak. Terlihat jelas bahwa dia sangat membenci kebohongan yang dilakukan wanita di depannya. “T-tuan, saya…” “Diam !” potong Alvaro kencang. “T-tidak, Tuan. Saya hanya…” “Berhenti bicara!” Alvaro meraih kedua bahu Elena dan mencengkeramnya kuat-kuat. “Berani mempermainkanku?” desisnya, setengah mengancam. “Kau lupa siapa aku?!” “Saya tidak berniat mempermainkan Anda, Tuan,” jawab Elena dengan suara gemetar. Namun, Alvaro tidak berhenti. Dalam satu gerakan cepat, ia meraih syal yang tergeletak di kursi. Elena mencoba mundur, tetapi ruangnya terbatas. Sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, syal itu sudah melilit pergelangan tangannya. “Tuan, apa yang akan Anda lakukan? lepaskan saya!” jerit Elena, ketakutan.. Dengan satu tar

    Last Updated : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 7- Mau Pergi? Jangan Harap!

    Elena duduk di tepi ranjangnya, memandang kosong ke arah kaca besar di kamar yang menghadap taman. Bayangan Alvaro dan apa yang telah dia lakukan tadi terus berputar di pikirannya. Tubuhnya menggigil, karena rasa jijik dan takut. Dia selalu menjaga kesuciannya, tetapi pria itu menginjak-injak harga dirinya. Mungkin kedatangannya memang sebagai pelunas hutang, tetapi dia tak berhak bersikap kasar seperti yang dilakukannya tadi. Dia pun sadar jika dirinya salah telah berbohong, tetapi itu kan karena dia terus mengancam kesuciannya. Hingga terpaksa dia harus berbohong. “Aku tidak akan membiarkan ini terus terjadi,” bisiknya dengan penuh tekad. Selama ini Elena sudah terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Vincent, yang tak segan menyerahkan dirinya ke pria seperti Alvaro. Jika dia terus terjebak di sini, entah apa yang bisa dilakukan pria itu kepadanya. Mengingat pria itu sangat berkuasa. Elena bergidik. Elena berdiri dan melangkah ke kaca besar itu. Dia memperhatikan pan

    Last Updated : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 8 - Tak Ada Jalan

    Keesokan harinya, Elena terbangun karena suara berisik dari jendela kamarnya. “Sudah bangun?” kata Alvaro yang sudah duduk di samping tempat tidurnya. Elena terkejut, dia langsung menutup tubuhnya dan bergeser menjauh dari pria itu. Alvaro melirik wanita itu, senyum tipis terbit di bibirnya. “Bisakan Anda tidak keluar masuk ke kamarku seenaknya?” protes Elena. Matanya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, suara benda dipukul masih terdengar begitu jelas. “Ini rumahku! Ingat?” Suaranya pelan, dengan penekanan di setiap katanya. Seolah ingin mengingatkan posisinya di Mansion ini. Elena beringsut turun dari tempat tidur dan melihat ke arah jendela. Dia melihat beberapa pelayan sedang memasang palang di jendela kamarnya. Elena berusaha membuka jendela itu, tetapi tidak bisa. “Kenapa Anda melakukan ini? Apakah Anda mencoba mengurungku disini?” teriak Elena. Tetapi Alvaro hanya diam, pria itu dengan tenang menyesap cangkir berisi kopi kesukaannya. “Tuan Alvaro,

    Last Updated : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 9- Pulang Sekarang!

    Netra Elena terbelalak, begitu melihat siapa yang kini berdiri di depannya. Viviana, ibu mertuanya kini menatapnya dengan jijik seolah dirinya barang kotor yang tak seharusnya ada di tempat ini. “Kenapa kamu di sini? Oh aku tahu, kamu pasti sedang menghabiskan uang anakku ya?” “Tidak Bu, aku…” Elena bingung, dia tak tahu harus menjawab apa di depan ibu mertuanya itu. Dia tak mungkin mengatakan jika dia menemani Alvaro. Pasti Viviana akan berpikir macam-macam mengingat temperamennya yang buruk. “Dasar menantu tak tahu diri. Hidup di atas belas kasihan anakku, tapi tidak pernah tahu cara berterima kasih!” Dengan cepat Viviana sudah menjambak rambut Elena, “Pergi dari sini! Pulang!” “Aduh sakit Bu! Lepaskan!” kata Elena, sambil menghentak tangan ibu mertuanya. Elena menggosok rambutnya yang terasa sakit karena jambakan ibu mertuanya. “Beraninya kamu melawan aku! Aku akan bilang ke Vincent, untuk menceraikanmu!” Elena muak sekali dengan ucapan Viviana, Ibu mertuanya

    Last Updated : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 10 - Calon Istri

    Alvaro turun dari mobil sport-nya dengan langkah santai, begitu membuka pintu rumah besar bergaya klasik itu, suara berat penuh amarah langsung menyambutnya.“Alvaro! Sampai kapan kamu mau jadi bujang lapuk?! Apa kamu menunggu aku mati dulu baru bawa calon istrimu?!”Ayahnya, Don Moretti, berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan berkacak pinggang. Wajahnya merah padam.“Ayah, tenanglah, Kau mau memberitahu semua orang?”Pria tua itu berjalan tertatih dengan tongkatnya, disampingnya kepala pelayan setia mendampingi.“Aku bisa sendiri,” katanya pada kepala pelayan, saat ingin membantunya duduk. Kepala pelayan terlihat membungkuk dan kembali ke sudut ruangan. “Tanpa kuberitahu, semua orang sudah tahu! Apa gunanya uangmu itu, jika menikah saja tidak! Apa kamu mau mempermalukan keluarga Moretti? Hah?!” lanjut Tuan Moretti, suaranya menggema seluruh ruangan. Alvaro menghela nafas panjang, berusaha menahan diri. “Ayah, tenang dulu. Aku hanya tidak mau asal pilih wanita. Ini soal masa de

    Last Updated : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 11 - Biaya Operasi

    Elena terbangun dari pingsan, dia mengerjapkan mata sesaat sembari mengingat apa yang telah terjadi padanya. Dia mengedarkan pandangan, mendapati dirinya berada di ruangan yang asing, dia bertanya-tanya. “Di mana aku?” tanyanya. Tetapi tak ada seorang pun bersamanya saat ini. Sehingga dia mengubah posisinya. “Au! Sakit,” keluh Elena, sambil memegang bagian belakang kepalanya. Dia melihat sisi kanan dan kirinya. Dia melihat kalender di atas nakas di sampingnya. Netra Elena membulat, saat membaca nama rumah sakit di kalender itu. “Ibu!” serunya. Sejak menjadi tawanan di Mansion Alvaro, dia belum pernah menjenguk ibunya sama sekali. Dia kembali melihat sekitar dengan cemas. Pria itu tak ada disini. Perlahan dia menurunkan kakinya ke lantai. Lalu berjalan ke arah pintu untuk melihat situasi. “Ini kesempatan,” gumamnya. Sebuah senyum terukir di bibirnya. Elena pun membuka pintu dan pergi. Di ruangan lain, Alvaro sedang menemui Dokter yang bertanggung jawab merawat Elena. “T

    Last Updated : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 12 - Lepaskan Pakaian!

    “Jangan permainkan aku! Jika tidak membantu, kembalikan ponselku.”"Berapa biayanya?" tanya Alvaro tiba-tiba, suaranya tenang namun penuh intimidasi.Elena menatapnya ragu, bibirnya sedikit bergetar. "500 juta," jawabnya lirih, hampir tak terdengar."Aku bisa bantu," katanya santai.Mata Elena membulat. Sesaat dia punya harapan, tapi itu segera hilang saat melihat tatapan pria itu yang penuh arti. Dia tahu, Alvaro tidak mungkin membantu tanpa imbalan."Apa maumu?" tanya Elena, suaranya gemetar namun berusaha tegar.Alvaro menatapnya dengan tajam, lalu berjalan memutar. Dia menghentikan langkah tepat di belakang Elena. "Berhenti melawanku,” bisik pria itu di telinga Elena. “Turuti perintahku, tanpa kecuali!" lanjutnya.Netra Elena bergetar. Menurut pada pria ini, itu berarti menyerahkan dirinya secara sukarela. “Tidak!” jawab Elena, tegas. “Berikan ponsel saya!” Elena menengadahkan tangannya, di depan Alvaro. Alvaro tersenyum sinis lalu kembali ke kursi kebesarannya. Dia membuka laci

    Last Updated : 2025-01-15
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 13 - Janji Elena

    Elena berdiri terpaku di tengah ruangan, tangannya gemetar saat meraih resleting gaun yang berada di punggungnya. Tubuhnya kaku, keringat dingin membasahi pelipisnya.Malu, takut, tapi Ini demi nyawa ibunya.Perlahan, dia menurunkan resleting gaunnya. Udara dingin segera menyentuh kulit punggungnya, membuatnya bergidik. Gaun itu mulai melorot dari bahunya, hingga akhirnya jatuh ke lantai, menumpuk di kakinya. Kini tubuhnya hanya tertutup pakaian dalam.Dia pejamkan matanya rapat-rapat, tak sanggup menatap pria yang kini berjalan mendekatinya. Nafasnya terdengar berat, hatinya berdebar kencang. Setiap langkah pria itu terdengar jelas.Dia tahu pria itu sudah berdiri di depannya, hanya berjarak beberapa inci darinya. Tangan Alvaro yang besar dan kuat terulur perlahan, menyentuh pipinya dengan lembut. Elena terkejut, namun tak berani membuka matanya. Dia hanya bisa berdiri di sana, dengan tubuh gemetar karena rasa takut menanti apa yang akan dilakukan Alvaro padanya.Jari-jari Alvaro ya

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 82 - Mencari Bukti

    Alvaro menatap layar ponselnya lama. Pesan singkat dari Elena membuatnya semakin gelisah.“Shit!”Ia menghubungi Jose lagi. "Percepat penyelidikannya!”"Saya mendapat sesuatu Tuan. Ada satu ha yang menurut saya sangatl mencurigakan. Saya sudah mengecek log IT minggu lalu. dan saya menemukan ada aktivitas login dari perangkat berbeda, menggunakan VPN, ke akun Elena. Di luar jam kerja."“Siapa?”Wajah Alvaro menegang. “Masih kami telusuri. Tapi… ada satu nama yang muncul beberapa kali di sistem audit internal. Asisten Delisa—Rani. Aku rasa dia tahu sesuatu.”“Cari dia! buat bicara!”“Baik.”Alvaro mematikan panggilan. Dia menatap lurus ke depan dengan tajam. Tangannya menggenggam setir kemudi dengan erat.***Di salah satu ruangan kecil yang biasa digunakan untuk istirahat staf, Rani duduk gelisah. Ia memainkan flashdisk kecil di tangannya. Berkali-kali ia menoleh ke pintu. Wajahnya cemas.Sejak kejadian siang tadi, ia tak bisa berhenti merasa bersalah. Ia memang tidak tahu apa-apa d

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 81 - Tuduhan Palsu

    Langkah Elena terasa berat saat ia berjalan menuju ruang rapat direksi. Nafasnya memburu, telapak tangannya dingin. Suasana kantor yang biasanya ramai dan sibuk kini sunyi. Tatapan semua orang menyudutkan. Elena merasa yakin, ada sesuatu yang tidak beres. Sesampainya di depan pintu ruang rapat, Elena menarik napas panjang, lalu mengetuk pelan.“Masuk,” suara berat dari dalam menyambutnya.Dengan perlahan, Elena membuka pintu. Di dalam, sudah duduk tujuh orang petinggi perusahaan, termasuk kepala keuangan, kepala divisi hukum, dan yang membuat dadanya berdegup lebih keras, Alvaro sudah duduk kursi paling ujung. Mata elangnya langsung menangkap ke arahnya.Deg! jantung Elena langsung berdetak dua kali lebih cepat. Mata Delisa langsung bergerak ke samping Alvaro, di sana sudah duduk Delisa dengan ekspresi datar.“Silakan duduk.” ucap salah satu anggota dewan.Elena menurut. Ia duduk di kursi yang tampaknya memang telah disediakan khusus untuknya.“Bisa jelaskan kenapa namamu muncul dal

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 80 - Tawaran Menarik Delisa

    Elena baru saja sampai ketika seorang staf menghampirinya dan berkata bahwa Delisa—putri dari salah satu pemegang saham besar di perusahaan—memanggilnya ke ruangannya. Elena sempat ragu. Sejak insiden dengan Lucas, ia selalu waspada. Tapi tetap saja, ia tidak memiliki alasan menolak. Apalagi saat ini dia berada di perusahaan. Sesampainya di sana, Delisa menyambutnya dengan senyum lebar, seolah tak pernah terjadi apa pun. "Elena! Duduk, aku mau bicara sebentar," ucap Delisa lembut sambil menyilakan Elena duduk di sofa mewah yang tersedia di ruangannya. Elena sedikit kaku, tapi tetap duduk. “Aku dengar kamu jadi asisten Alvaro dengan Jose. Melihat karakter Alvaro, aku yakin kamu tidak belajar apapun dengannya, karena dia pasti tidak akan memberimu pekerjaan berat. Benar?” Elena hanya mengangguk kecil. Delisa tersenyum kecil, “kalau begitu, aku punya tawaran menarik untukmu.“” Elena semakin waspada, tetapi sebisa mungkin dia tak menampakkan kegelisahannya itu di depan Delisa. “

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 79 - Rencana Gagal

    BRAK!Sebuah vas bunga mahal jatuh dan pecah di lantai. Air dan kelopak bunga mawar putih berceceran, menyatu dengan pecahan kaca yang berserakan di atas karpet. Nafas Delisa memburu. Wajahnya merah karena marah, dan tatapannya penuh api.Di depannya, seorang pria muda dengan setelan jas hanya bisa berdiri kaku, menunduk, takut bicara lebih jauh.“Apa maksudmu Lucas gagal?!” bentak Delisa. Suaranya menggema di ruangan besar bergaya modern itu. “Lucas bahkan nggak menyentuh Elena?!”Pria itu menelan ludah. “Iya, Bu… Dia bilang, eh… dia nggak bisa melakukan itu. Katanya… Elena baik banget. Bahkan dia terlihat kayak orang jatuh cinta…”Delisa langsung membalikkan badan, menatap tajam ke arah pria itu. “Jatuh cinta?! Astaga!” serunya, melotot. “Aku nyuruh dia jebak Elena, bukan malah main perasaan! Apa otaknya udah benar-benar rusak?!”Ia berjalan mondar-mandir, tangan terkepal di sisi tubuhnya. Setiap langkahnya terdengar keras di lantai marmer.“Lucas itu udah kubayar mahal. Semua udah k

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 78 - Ternyata Lucas

    Elena melihat sekelilingnya, tak ada seoran pun di rumah ini selain dirinya dan Lucas. Melawan pria ini, tak akan menguntungkan. Karena itu, dia harus mengulur waktu sembari menunggu kesempatan atau pertolongan. Meskipun tak yakin akan ada pertolongan.“Lucas…aku ingatkan padamu. Kamu pasti tahu siapa Alvaro kan?” Elena mencoba terlihat tenang. Dia berjalan perlahan menuju sofa. Lucas tertawa pelan, nada suaranya seperti mengejek. Dia berjalan mendekat.“Tentu saja aku tahu siapa dia. Semua orang takut padanya.” Tatapannya membara, ada obsesi di sana.Elena mundur perlahan, menjaga jarak. Dia tahu jika dia panik, pria ini bisa makin tak terkendali. Jadi dia menenangkan napasnya, menatap Lucas dengan tenang meski tubuhnya mulai gemetar.“Kamu pikir Alvaro akan diam kalau tahu aku ada disini?” Suara Elena terdengar dingin dan tajam.Lucas menyeringai. “Itu sebabnya aku harus cepat. Sebelum dia datang.” Elena merasakan detak jantungnya melonjak. Tapi wajahnya tetap datar. Dia berpiki

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 77 - Masuk Perangkap

    “Terima kasih,” ucap Elena pada Alvaro.“Sudah selesai?” tanya Alvaro.Elena melihat komputer sekilas lalu mengangguk. Pria itu melihat jam tangannya sesaat. Saat akan bicara, Jose datang membisikkan sesuatu. “Aku ada rapat,” kata Alvaro. “Tidak apa, aku bisa pulang sendiri.”“Kabari setelah di rumah.”Elena mengangguk. Setelah itu, Alvaro pergi bersama Jose entah kemana. Elena meregangkan tangannya, setelah seharian berkutat dengan angka yang sangat membosankan. Dia menyimpan hasil kerjanya dan mematikan komputernya. Meskipun dia merasa lebih nyaman memasak tetapi dia harus bertahan beberapa bulan di pekerjaan ini. Karena dia ingin membuka sebuah toko kue, dari hasil pekerjaannya di sini. “Semangat Elena, kamu bisa!”Dia menuliskan sebuah pesan ke Alvaro sambil berjalan keluar kantor. Karena tidak melihat jalanan, dia tak tahu ada sebuah mobil yang berjalan begitu cepat ke arahnya. “Awas!” teriak seseorang.Suara itu membuat Elena terkejut, hingga menoleh ke sumber suara dan mo

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 76 - Jalankan Rencana

    “Kamu yakin? Tidak takut?”“Aku sudah lama membiarkannya, ini saatnya menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa dia injak seenaknya.”Alvaro hanya tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita di sampingnya itu. Begitu mobil berhenti di depan gedung perusahaan, Alvaro segera keluar lebih dulu. Dengan langkah tenang, ia membuka pintu untuk Elena, membuat wanita itu menatapnya sesaat.“Keluar,” ucap Alvaro singkat.Elena menghela napas, lalu turun dari mobil. Saat mereka melangkah masuk, Jose dan beberapa pengawal berjalan di belakang mereka.Begitu sampai di lantai tertinggi gedung ini. Sebelum masuk ke ruangan Alvaro. “Jose.”“Ya, Tuan?”“Ajari dia pekerjaanmu.”Jose menatap Elena sekilas sebelum kembali menatap Alvaro, memastikan ia tidak salah dengar. “Maksud Tuan, saya harus mengajarkan pekerjaan saya kepada Nyonya?”Alvaro mengangguk tanpa ragu. “Ya.”Elena mengernyit. “Tunggu, maksudmu aku bekerja dengan Jose?”Alvaro yang semula hendak melangkah ke ruangannya,

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 75 - Rencana Pembalasan

    Keesokan paginya, Elena terbangun dalam pelukan Alvaro. Pria itu mendekapnya. Karena masih kesal semalam, Elena perlahan beringsut mengubah posisi menjadi membelakangi. Namun, tak disangka Alvaro menyadari gerakannya. Sehingga saat dia berhasil mengubah posisi. Alvaro kembali mendekapnya dari belakang. “Masih marah?” Bisiknya pelan. Elena diam, tak ingin bicara. Alvaro semakin mendekatkan tubuh Elena dalam pelukannya. “Sudah pagi, aku harus pergi.”“Kemana pagi-pagi?”“Bekerja, aku sadar aku cuma wanita simpanan yang bisa kamu buang kapan saja.”Elena hendak bangun, tetapi tubuhnya ditarik kembali oleh Alvaro. “Kita pergi bersama.”“Tidak perlu,” ucap Elena, ketus.Akhirnya Alvaro menyerah, dan membiarkan Elena pergi dari pelukannya. Berdebat dengan wanita itu saat marah tak akan bisa menang. Karena itu, dia memberikan Elena waktu untuk meredakan kemarahannya. Saat melihat Elena masuk ke dalam kamar mandi, Alvaro mengambil ponselnya di atas nakas. “Bagaimana?”“Kami sudah dapat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 74 - Jadi Ini Ulahnya?

    Pyar!Botol bir di tangannya dihantamkan ke meja kaca, pecahannya berhamburan ke lantai. Wanita-wanita di samping pria itu menjerit kecil dan mundur, sementara para pengawal langsung menodongkan pistol ke arahnya.Alvaro tetap berdiri tegak, menatap pria tua itu dengan mata dingin.Tidak ada yang berani menarik pelatuk lebih dulu.Mereka tahu siapa Alvaro.Pria yang berdiri di depan mereka bukan sekadar seorang pengusaha muda yang sedang naik daun. Dia adalah sosok yang namanya bergema di dunia bisnis. Orang yang tidak akan ragu mengotori tangannya jika diperlukan.Pria tua itu menghela napas panjang, lalu memberikan isyarat dengan satu gerakan tangan. Seketika, para pengawalnya menurunkan pistol mereka, meskipun tatapan mereka masih penuh kewaspadaan."Jadi benar, kau lemah karena wanita itu?"Alvaro mencengkeram kerahnya dan menariknya mendekat."Omong kosong!" suaranya rendah, penuh ancaman. "Aku tak butuh bisnismu."Pria itu mengangkat kedua tangannya ke atas, seolah memberi isya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status