Beranda / Romansa / TAWANAN HASRAT SANG MAFIA / 6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

Share

6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

Penulis: Farsheed Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 11:52:37

‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa.

Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya.

“Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan.

Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk.

“Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. 

“Aku tidak suka mengulangi ucapanku.”

Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. 

Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah.

‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’

***

Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja.

Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya.

“Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.”

Raisa menoleh. Seorang wanita paruh baya dengan seragam rapi berdiri di ambang pintu ruang makan.

“Saya hanya ingin membantu,” ucap Raisa dengan canggung, tangannya masih memegang piring.

“Tugas ini sudah menjadi tanggung jawab saya dan staf lain, Nyonya,” balas wanita itu sopan, mendekat dan mengambil piring dari tangan Raisa. “Tuan Alvaro pasti tidak akan senang jika tahu Anda melakukan pekerjaan seperti ini.”

“Tidak apa-apa, saya sama sekali tidak keberatan.” Raisa mencoba bersikeras, tetapi wanita itu tetap bersikap tegas, meski suaranya tetap lembut.

“Maaf, Nyonya. Tapi saya benar-benar tidak bisa membiarkan Anda melakukannya. Tuan Alvaro sudah memberikan perintah, dia ingin kami memastikan kenyamanan Anda. Mohon, izinkan saya menyelesaikan tugas ini.”

Raisa merasa terpojok. Kata-kata wanita itu membuatnya sadar betapa dominannya Alvaro sampai bawahannya pun segan untuk melanggar perintah pria itu. 

Merasa sia-sia berdebat, Ia menyerah dan membiarkan piring-piring itu diambil pelayan itu.

Raisa memilih duduk di sofa, sambil membaca majalah di atas meja. Terbiasa melayani Reza dan melakukan semua pekerjaan sendiri, membuatnya merasa tidak nyaman. 

Hingga seorang pelayan datang mendekat, membawakan teh untuknya.

“Ini teh untuk anda,” kata pelayan itu, menyodorkan secangkir teh.

Raisa pun berterima kasih dan meletakkan teh itu di meja. 

“Tuan Alvaro belum pernah sama sekali membawa wanita ke rumah ini. Anda tentu wanita spesial untuk Tuan.”

Raisa menatap pelayan itu bingung. Kata ‘spesial’ mungkin kurang tepat untuk menggambarkan kondisinya saat ini. Karena dirinya di rumah ini hanyalah seorang tawanan Alvaro.

“Bu, ada masalah di belakang.” 

kata seorang pelayan lain yang tiba-tiba datang dari belakang. Pelayan itu terlihat panik, ketakutan.

“Ada apa?” 

“Ayo lihat dulu!”

Pelayan itu menarik tangan, pelayan di depan Raisa. Sepertinya dia telah melakukan kesalahan. Wajahnya terlihat sangat ketakutan.

“Ta..tapi aku harus mengirim teh ini ke ruang kerja, Tuan.”

Pelayan di depan Raisa bingung, tatapannya tertuju pada nampan dan Raisa bergantian. Seperti ada yang ingin dikatakan, namun merasa tidak enak. 

“Biar saya saja yang membawanya, ke Tuan.”

“Benarkah? Maaf merepotkan Nyonya, saya sangat berterima kasih sekali.”

Pelayan itu memberikan nampan pada Raisa, dia tampak ragu tetapi tak punya pilihan lain. 

“Ruang kerja Tuan, ada di sebelah kiri dari kamar Anda.”

Raisa mengangguk, sambil mengambil nampan dari pelayan itu. Pelayan itu pergi setelah berterima kasih. 

Perlahan, dia membawa nampan dengan secangkir teh yang masih mengepul, dengan mata melihat arah yang dia tuju. Dia tak mau salah masuk ruangan lagi dan membuat marah pria itu lagi. 

Raisa tersenyum, begitu melihat pintu seperti yang dikatakan pelayan tadi. Sebelum dia mengetuk pintu itu, Raisa mendengar kemarahan Alvaro dari dalam. 

“Bunuh saja pembohong itu!”

Nampan di tangan Raisa bergetar seketika, rasa takut membuatnya mundur dua langkah. Hingga membuat keseimbangannya tak terjaga. 

PYAR! 

Wajah Raisa membeku, saat dia melihat Alvaro keluar dari ruang kerja dengan wajah dingin dengan emosi yang terlihat jelas di wajahnya. Mata elang pria itu langsung membidik tajam ke Raisa. Membuat wanita itu semakin ketakutan. 

“Maaf, Tuan. Aku salah.” 

Bab terkait

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA    1. Permintaan Menyakitkan

    "Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" “Halo?! Fuck! Damn it!!”BRAK!!Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. ‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   2. Berikan Tubuhmu

    “Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?” Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka. “Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti. “Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.” Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual. Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya. “Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam. Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar. *** Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri. Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

    ‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   2. Berikan Tubuhmu

    “Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?” Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka. “Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti. “Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.” Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual. Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya. “Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam. Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar. *** Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri. Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil da

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA    1. Permintaan Menyakitkan

    "Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" “Halo?! Fuck! Damn it!!”BRAK!!Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. ‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untu

DMCA.com Protection Status