Home / Romansa / TAWANAN HASRAT SANG MAFIA / Bab 6 - Kamu Tidak Menstruasi?

Share

Bab 6 - Kamu Tidak Menstruasi?

Author: Farsheed Mo
last update Huling Na-update: 2024-12-18 11:52:37

“Kamu tidak menstruasi?”

Tatapan Alvaro berubah tidak lagi menatap penuh gairah, tetapi telah berubah menjadi penuh amarah.

“Beraninya kamu!!”

Dia menarik diri dan menatap langsung ke matanya, memastikan Elena tak punya ruang untuk mengelak. Terlihat jelas bahwa dia sangat membenci kebohongan yang dilakukan wanita di depannya.

“T-tuan, saya…”

“Diam !” potong Alvaro kencang.

“T-tidak, Tuan. Saya hanya…”

“Berhenti bicara!” Alvaro meraih kedua bahu Elena dan mencengkeramnya kuat-kuat.

“Berani mempermainkanku?” desisnya, setengah mengancam. “Kau lupa siapa aku?!”

“Saya tidak berniat mempermainkan Anda, Tuan,” jawab Elena dengan suara gemetar.

Namun, Alvaro tidak berhenti. Dalam satu gerakan cepat, ia meraih syal yang tergeletak di kursi.

Elena mencoba mundur, tetapi ruangnya terbatas. Sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, syal itu sudah melilit pergelangan tangannya.

“Tuan, apa yang akan Anda lakukan? lepaskan saya!” jerit Elena, ketakutan..

Dengan satu tarikan kuat, Alvaro mengikat tangan Elena ke tiang tempat tidur. Kedua tangannya kini terkunci di atas kepalanya, membuat tubuhnya semakin tak bisa bergerak leluasa. Apalagi kini Alvaro sudah menindih tubuhnya.

Alvaro mulai membuka kancing kemejanya dengan gerakan cepat, lalu melemparnya sembarangan. Kini dadanya yang bidang, terekspos secara jelas di depan Elena.

Elena mendelik, panik, berusaha meronta.

“Berhenti melawan!” katanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Elena, nafasnya tersengal-sengal, jelas sekali menahan hasrat yang mulai naik.

Wanita itu memalingkan wajahnya, menjauh.

Alvaro mencengkeram dagu Elena dan mempermainkan jarinya di area bibir wanita itu, mengelus pelan, penuh tekanan dengan tatapan mata tajam terlihat seolah ingin sekali melumat bibir itu.

“Terima hukuman,” bisik Alvaro, penuh tekanan di setiap kata-katanya. Dia mendekatkan wajahnya ke leher Elena. Mengecup, bahkan menyesap area itu dan meninggalkan jejak kemerahan di sana.

Seringaian muncul di bibirnya, seolah menikmati maha karya yang sudah dibuatnya.

Krak!

Satu hentakan keras, gaun Elena sudah terbelah menjadi dua. Elena semakin panik, matanya memerah menahan tangis. Dia masih mencoba untuk melawan meski berakhir sia-sia.

Kini, Bra hitam di kulit putih Elena terekspos jelas, menggoda mata Alvaro untuk menyentuhnya lebih jauh. Itu membuat sesuatu di balik celana Alvaro menegang.

Dengan tak sabar, dia menarik Bra hitam itu, hingga sesuatu yang tersimpan di dalamnya menyembul keluar. Putih, kenyal, dan begitu indah. Membuat hasrat Alvaro semakin naik ke ubun-ubun.

Tangannya mulai menjelajah area gundukan itu. Berlama-lama di sana, seolah sengaja mempermainkannya. Untuk menunjukkan siapa yang berkuasa atas tubuh itu. Membuat sang empunya menggelinjang.

Alvaro mulai melumat bibir Elena dengan kasar, tak bisa memberontak, wanita itu menggigit bibir Alvaro hingga berdarah membuat pria itu menggeram dan melepas tautannya. Tetapi perlawanan Elena itu semakin mengobarkan hasrat Alvaro.

“Berhenti menantangku,” desisnya. Matanya tajam mengancam.

Elena tidak menjawab, menatapnya dengan campuran ketakutan dan keberanian

Pria itu kembali meraih bibir Elena, melumatnya dengan kasar, perlahan dan semakin dalam. Bibirnya menguasai bibir Elena, seolah berusaha menegaskan bahwa dia tidak bisa dilawan.

Bibirnya turun ke area leher dan kemudian berhenti di daerah dada. Tangannya kirinya tak pernah lepas meremas dan mempermainkan gundukan kenyal yang sedari tadi dia genggam. Sedang tangan satunya sibuk menjelajah area bawah tubuh Elena.

“Tolong berhenti,” isak Elena tertahan, dia menggigit bibir, dengan air mata mulai mengalir dengan deras.

Dibutakan oleh hasratnya yang sejak lama dia tahan pada Elena, membuat Alvaro terlihat rakus, meraup setiap inci tubuh Elena. Seolah tak ada yang bisa menghentikannya untuk menikmati tubuh yang sudah dibelinya dengan mahal itu.

Hingga…dia merasakan tubuh Elena bergetar dengan hebat, Alvaro menghentikan aksinya.

Dia menjauhkan diri dan tersentak, begitu melihat bekas luka di paha putih Elena. Luka itu tercetak jelas di sana, sorot mata Alvaro menjadi berubah. Ia menatap luka itu lekat-lekat. Tangannya terulur, seakan ingin menyentuhnya, tetapi ia berhenti. Sesuatu di hatinya, membuatnya tak sanggup menyentuh luka itu.

Alvaro kemudian melihat wajah Elena, wanita itu menutup matanya rapat-rapat, air matanya semakin deras dengan tubuh yang masih gemetar dengan hebat.

Kenangan buruk menyeruak di benak Elena. Wajah-wajah orang yang dulu menyakitinya, menari di pelupuk mata. Trauma masa lalu yang ia kubur dalam-dalam, kini muncul kembali. Membuat tubuhnya ketakutan.

Alvaro menjadi gamang untuk melanjutkan aksinya. Ia menghela napas panjang, lalu tangannya dengan cepat melepaskan ikatan syal di pergelangan tangan Elena.

Begitu bebas, Elena langsung memeluk tubuhnya sendiri, menggigil hebat. Ia tidak berani menatap Alvaro, meski Alvaro sudah melepas tangannya.

Hidup hanya dengan ibunya, membuat Elena seringkali mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain. Wajahnya yang cantik, tubuh yang bagus membuat banyak pria jahat berniat buruk padanya. Pernah dia dilecehkan dan hampir diperkosa, beruntung Vincent menyelamatkannya.

Karena itulah, dia menganggap Vincent sebagai sosok pahlawan dalam hidupnya dan setuju saat Vincent menawarkan kesepakatan untuk menikah. Tetapi tak disangka dia malah menjualnya untuk membayar hutang dan berakhir menjadi tawanan Alvaro.

Alvaro berdiri di tepi tempat tidur, menatap Elena sesaat sambil mengenakan kembali kemejanya. Dia melihat tubuh Elena, yang belum puas dijamahnya. Pria itu memilih untuk pergi, sebelum berubah pikiran kembali.

“Istirahatlah, Sebelum kau pergi dari sini.” katanya akhirnya, suaranya begitu pelan.

Mendengar itu, Elena tertegun. Ada perasaan lega, tetapi juga bingung.

"Kenapa dia berhenti?" pikirnya. Tiba-tiba hatinya terasa kosong, Dia kembali terisak karena merasa hina, kotor dan tak berharga.

Sementara itu, Alvaro berjalan menuju ruang kerjanya, menyalakan lampu dan langsung menuju meja besar di tengah ruangan. Ia duduk di kursinya, kedua tangannya menggenggam tepi meja, nafasnya masih berat.

Shit!

Pikirannya kacau. Bayangan Elena dengan air mata yang mengalir deras, wajahnya yang ketakutan, membuatnya tak tega dan kembali gagal melampiaskan hasratnya.

Baru kali ini dalam sejarah, dia gagal saat melampiaskan hasratnya pada wanita, dua kali pula. Biasanya, para wanita berjajar dengan senang hati untuk ditidurinya dan justru dia yang tak berhasrat menyentuh mereka. Tetapi dengan Elena, Alvaro merasa berbeda.

Berawal dari penasaran, hingga dia berani menukar Elena dengan harga yang sangat mahal. Hal ini benar-benar membuatnya frustasi.

Ia mengambil segelas minuman dari meja, meneguknya dalam satu tarikan panjang. Tetapi alkohol itu tidak cukup untuk meredakan gejolak dalam dirinya.

Dia meletakkan gelas itu di meja dengan kasar, lalu bangkit. Dia masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram kepalanya dengan air dingin untuk menghilangkan hasrat yang sudah terlanjur naik itu.

Bayangan tubuh Elena yang sempat dia sentuh tadi, tak bisa lepas dari kepalanya. Kepalanya terasa semakin pening.

“Aku pasti mendapatkanmu!” desisnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 7- Mau Pergi? Jangan Harap!

    Elena duduk di tepi ranjangnya, memandang kosong ke arah kaca besar di kamar yang menghadap taman. Bayangan Alvaro dan apa yang telah dia lakukan tadi terus berputar di pikirannya. Tubuhnya menggigil, karena rasa jijik dan takut. Dia selalu menjaga kesuciannya, tetapi pria itu menginjak-injak harga dirinya. Mungkin kedatangannya memang sebagai pelunas hutang, tetapi dia tak berhak bersikap kasar seperti yang dilakukannya tadi. Dia pun sadar jika dirinya salah telah berbohong, tetapi itu kan karena dia terus mengancam kesuciannya. Hingga terpaksa dia harus berbohong. “Aku tidak akan membiarkan ini terus terjadi,” bisiknya dengan penuh tekad. Selama ini Elena sudah terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Vincent, yang tak segan menyerahkan dirinya ke pria seperti Alvaro. Jika dia terus terjebak di sini, entah apa yang bisa dilakukan pria itu kepadanya. Mengingat pria itu sangat berkuasa. Elena bergidik. Elena berdiri dan melangkah ke kaca besar itu. Dia memperhatikan pan

    Huling Na-update : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 8 - Tak Ada Jalan

    Keesokan harinya, Elena terbangun karena suara berisik dari jendela kamarnya. “Sudah bangun?” kata Alvaro yang sudah duduk di samping tempat tidurnya. Elena terkejut, dia langsung menutup tubuhnya dan bergeser menjauh dari pria itu. Alvaro melirik wanita itu, senyum tipis terbit di bibirnya. “Bisakan Anda tidak keluar masuk ke kamarku seenaknya?” protes Elena. Matanya mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, suara benda dipukul masih terdengar begitu jelas. “Ini rumahku! Ingat?” Suaranya pelan, dengan penekanan di setiap katanya. Seolah ingin mengingatkan posisinya di Mansion ini. Elena beringsut turun dari tempat tidur dan melihat ke arah jendela. Dia melihat beberapa pelayan sedang memasang palang di jendela kamarnya. Elena berusaha membuka jendela itu, tetapi tidak bisa. “Kenapa Anda melakukan ini? Apakah Anda mencoba mengurungku disini?” teriak Elena. Tetapi Alvaro hanya diam, pria itu dengan tenang menyesap cangkir berisi kopi kesukaannya. “Tuan Alvaro,

    Huling Na-update : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 9- Pulang Sekarang!

    Netra Elena terbelalak, begitu melihat siapa yang kini berdiri di depannya. Viviana, ibu mertuanya kini menatapnya dengan jijik seolah dirinya barang kotor yang tak seharusnya ada di tempat ini. “Kenapa kamu di sini? Oh aku tahu, kamu pasti sedang menghabiskan uang anakku ya?” “Tidak Bu, aku…” Elena bingung, dia tak tahu harus menjawab apa di depan ibu mertuanya itu. Dia tak mungkin mengatakan jika dia menemani Alvaro. Pasti Viviana akan berpikir macam-macam mengingat temperamennya yang buruk. “Dasar menantu tak tahu diri. Hidup di atas belas kasihan anakku, tapi tidak pernah tahu cara berterima kasih!” Dengan cepat Viviana sudah menjambak rambut Elena, “Pergi dari sini! Pulang!” “Aduh sakit Bu! Lepaskan!” kata Elena, sambil menghentak tangan ibu mertuanya. Elena menggosok rambutnya yang terasa sakit karena jambakan ibu mertuanya. “Beraninya kamu melawan aku! Aku akan bilang ke Vincent, untuk menceraikanmu!” Elena muak sekali dengan ucapan Viviana, Ibu mertuanya

    Huling Na-update : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 10 - Calon Istri

    Alvaro turun dari mobil sport-nya dengan langkah santai, begitu membuka pintu rumah besar bergaya klasik itu, suara berat penuh amarah langsung menyambutnya.“Alvaro! Sampai kapan kamu mau jadi bujang lapuk?! Apa kamu menunggu aku mati dulu baru bawa calon istrimu?!”Ayahnya, Don Moretti, berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan berkacak pinggang. Wajahnya merah padam.“Ayah, tenanglah, Kau mau memberitahu semua orang?”Pria tua itu berjalan tertatih dengan tongkatnya, disampingnya kepala pelayan setia mendampingi.“Aku bisa sendiri,” katanya pada kepala pelayan, saat ingin membantunya duduk. Kepala pelayan terlihat membungkuk dan kembali ke sudut ruangan. “Tanpa kuberitahu, semua orang sudah tahu! Apa gunanya uangmu itu, jika menikah saja tidak! Apa kamu mau mempermalukan keluarga Moretti? Hah?!” lanjut Tuan Moretti, suaranya menggema seluruh ruangan. Alvaro menghela nafas panjang, berusaha menahan diri. “Ayah, tenang dulu. Aku hanya tidak mau asal pilih wanita. Ini soal masa de

    Huling Na-update : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 11 - Biaya Operasi

    Elena terbangun dari pingsan, dia mengerjapkan mata sesaat sembari mengingat apa yang telah terjadi padanya. Dia mengedarkan pandangan, mendapati dirinya berada di ruangan yang asing, dia bertanya-tanya. “Di mana aku?” tanyanya. Tetapi tak ada seorang pun bersamanya saat ini. Sehingga dia mengubah posisinya. “Au! Sakit,” keluh Elena, sambil memegang bagian belakang kepalanya. Dia melihat sisi kanan dan kirinya. Dia melihat kalender di atas nakas di sampingnya. Netra Elena membulat, saat membaca nama rumah sakit di kalender itu. “Ibu!” serunya. Sejak menjadi tawanan di Mansion Alvaro, dia belum pernah menjenguk ibunya sama sekali. Dia kembali melihat sekitar dengan cemas. Pria itu tak ada disini. Perlahan dia menurunkan kakinya ke lantai. Lalu berjalan ke arah pintu untuk melihat situasi. “Ini kesempatan,” gumamnya. Sebuah senyum terukir di bibirnya. Elena pun membuka pintu dan pergi. Di ruangan lain, Alvaro sedang menemui Dokter yang bertanggung jawab merawat Elena. “T

    Huling Na-update : 2025-01-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 12 - Lepaskan Pakaian!

    “Jangan permainkan aku! Jika tidak membantu, kembalikan ponselku.”"Berapa biayanya?" tanya Alvaro tiba-tiba, suaranya tenang namun penuh intimidasi.Elena menatapnya ragu, bibirnya sedikit bergetar. "500 juta," jawabnya lirih, hampir tak terdengar."Aku bisa bantu," katanya santai.Mata Elena membulat. Sesaat dia punya harapan, tapi itu segera hilang saat melihat tatapan pria itu yang penuh arti. Dia tahu, Alvaro tidak mungkin membantu tanpa imbalan."Apa maumu?" tanya Elena, suaranya gemetar namun berusaha tegar.Alvaro menatapnya dengan tajam, lalu berjalan memutar. Dia menghentikan langkah tepat di belakang Elena. "Berhenti melawanku,” bisik pria itu di telinga Elena. “Turuti perintahku, tanpa kecuali!" lanjutnya.Netra Elena bergetar. Menurut pada pria ini, itu berarti menyerahkan dirinya secara sukarela. “Tidak!” jawab Elena, tegas. “Berikan ponsel saya!” Elena menengadahkan tangannya, di depan Alvaro. Alvaro tersenyum sinis lalu kembali ke kursi kebesarannya. Dia membuka laci

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 13 - Janji Elena

    Elena berdiri terpaku di tengah ruangan, tangannya gemetar saat meraih resleting gaun yang berada di punggungnya. Tubuhnya kaku, keringat dingin membasahi pelipisnya.Malu, takut, tapi Ini demi nyawa ibunya.Perlahan, dia menurunkan resleting gaunnya. Udara dingin segera menyentuh kulit punggungnya, membuatnya bergidik. Gaun itu mulai melorot dari bahunya, hingga akhirnya jatuh ke lantai, menumpuk di kakinya. Kini tubuhnya hanya tertutup pakaian dalam.Dia pejamkan matanya rapat-rapat, tak sanggup menatap pria yang kini berjalan mendekatinya. Nafasnya terdengar berat, hatinya berdebar kencang. Setiap langkah pria itu terdengar jelas.Dia tahu pria itu sudah berdiri di depannya, hanya berjarak beberapa inci darinya. Tangan Alvaro yang besar dan kuat terulur perlahan, menyentuh pipinya dengan lembut. Elena terkejut, namun tak berani membuka matanya. Dia hanya bisa berdiri di sana, dengan tubuh gemetar karena rasa takut menanti apa yang akan dilakukan Alvaro padanya.Jari-jari Alvaro ya

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 14 - Kompromi

    Elena membeku, tubuhnya terasa berat. Kata-kata Jose masih menggema di telinganya, menyesakkan dada. Kejadian di kamar Alvaro beberapa jam lalu berputar di benaknya, menyisakan perasaan takut dan bingung. Tapi, tak ada waktu untuk menghindar. Pria itu menunggunya.“Baik, saya akan segera ke sana,” jawabnya pelan, mencoba menenangkan diri.Elena bangkit perlahan, menggenggam erat gaun tidur tipis yang membalut tubuhnya. Naluri ingin lari begitu kuat, tapi dia tahu itu mustahil. Dia sudah berjanji. Setelah menarik napas panjang, dia melangkah keluar dengan langkah ragu.Mansion terasa sunyi, langkah kakinya bergema di koridor panjang. Setiap detik serasa menekan. Di depan pintu kamar Alvaro, dia berhenti. Tangannya terulur, tapi gemetar saat hampir menyentuh gagang pintu.“Masuk,” suara Alvaro tiba-tiba terdengar dari dalam, membuatnya terkejut. Seolah pria itu tahu dia ada di sana.Elena mendorong pintu dengan hati-hati. Di dalam, Alvaro duduk santai di sofa. Kemeja putihnya terbuka di

    Huling Na-update : 2025-01-17

Pinakabagong kabanata

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 76 - Jalankan Rencana

    “Kamu yakin? Tidak takut?”“Aku sudah lama membiarkannya, ini saatnya menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa dia injak seenaknya.”Alvaro hanya tersenyum tipis mendengar kalimat yang keluar dari bibir wanita di sampingnya itu. Begitu mobil berhenti di depan gedung perusahaan, Alvaro segera keluar lebih dulu. Dengan langkah tenang, ia membuka pintu untuk Elena, membuat wanita itu menatapnya sesaat.“Keluar,” ucap Alvaro singkat.Elena menghela napas, lalu turun dari mobil. Saat mereka melangkah masuk, Jose dan beberapa pengawal berjalan di belakang mereka.Begitu sampai di lantai tertinggi gedung ini. Sebelum masuk ke ruangan Alvaro. “Jose.”“Ya, Tuan?”“Ajari dia pekerjaanmu.”Jose menatap Elena sekilas sebelum kembali menatap Alvaro, memastikan ia tidak salah dengar. “Maksud Tuan, saya harus mengajarkan pekerjaan saya kepada Nyonya?”Alvaro mengangguk tanpa ragu. “Ya.”Elena mengernyit. “Tunggu, maksudmu aku bekerja dengan Jose?”Alvaro yang semula hendak melangkah ke ruangannya,

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 75 - Rencana Pembalasan

    Keesokan paginya, Elena terbangun dalam pelukan Alvaro. Pria itu mendekapnya. Karena masih kesal semalam, Elena perlahan beringsut mengubah posisi menjadi membelakangi. Namun, tak disangka Alvaro menyadari gerakannya. Sehingga saat dia berhasil mengubah posisi. Alvaro kembali mendekapnya dari belakang. “Masih marah?” Bisiknya pelan. Elena diam, tak ingin bicara. Alvaro semakin mendekatkan tubuh Elena dalam pelukannya. “Sudah pagi, aku harus pergi.”“Kemana pagi-pagi?”“Bekerja, aku sadar aku cuma wanita simpanan yang bisa kamu buang kapan saja.”Elena hendak bangun, tetapi tubuhnya ditarik kembali oleh Alvaro. “Kita pergi bersama.”“Tidak perlu,” ucap Elena, ketus.Akhirnya Alvaro menyerah, dan membiarkan Elena pergi dari pelukannya. Berdebat dengan wanita itu saat marah tak akan bisa menang. Karena itu, dia memberikan Elena waktu untuk meredakan kemarahannya. Saat melihat Elena masuk ke dalam kamar mandi, Alvaro mengambil ponselnya di atas nakas. “Bagaimana?”“Kami sudah dapat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 74 - Jadi Ini Ulahnya?

    Pyar!Botol bir di tangannya dihantamkan ke meja kaca, pecahannya berhamburan ke lantai. Wanita-wanita di samping pria itu menjerit kecil dan mundur, sementara para pengawal langsung menodongkan pistol ke arahnya.Alvaro tetap berdiri tegak, menatap pria tua itu dengan mata dingin.Tidak ada yang berani menarik pelatuk lebih dulu.Mereka tahu siapa Alvaro.Pria yang berdiri di depan mereka bukan sekadar seorang pengusaha muda yang sedang naik daun. Dia adalah sosok yang namanya bergema di dunia bisnis. Orang yang tidak akan ragu mengotori tangannya jika diperlukan.Pria tua itu menghela napas panjang, lalu memberikan isyarat dengan satu gerakan tangan. Seketika, para pengawalnya menurunkan pistol mereka, meskipun tatapan mereka masih penuh kewaspadaan."Jadi benar, kau lemah karena wanita itu?"Alvaro mencengkeram kerahnya dan menariknya mendekat."Omong kosong!" suaranya rendah, penuh ancaman. "Aku tak butuh bisnismu."Pria itu mengangkat kedua tangannya ke atas, seolah memberi isya

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 73 - Perangkap Delisa

    Delisa menatap layar ponselnya dengan sorot mata penuh kebencian. Foto-foto Alvaro dan Elena dari informan yang disewanya terpampang di atas meja.“Seharusnya aku yang ada di sana… Seharusnya aku yang dia tatap seperti itu…” gumamnya dengan suara bergetar.Tangannya mengepal erat. Sudah cukup lama menahan diri, berharap Alvaro akhirnya melihatnya, memilihnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya—Elena muncul dan merebut tempat yang seharusnya menjadi miliknya.Tidak lagi.Jika Alvaro tidak bisa menjadi miliknya, maka Elena juga tidak boleh memilikinya.Delisa tahu bahwa Alvaro bukan pria yang mudah dipermainkan. Dia tidak bisa langsung menyerang Elena secara fisik, itu terlalu berisiko. Jadi, ia memutuskan untuk menyerang dari sisi lain, yaitu kepercayaan Alvaro.“Dasar wanita jalang, kita lihat apakah Alvaro masih mau denganmu.”Malam itu juga, Delisa menghubungi seorang. “Aku punya pekerjaan untukmu,” katanya dengan nada dingin.Pria di seberang telepon tertawa kecil.“Baik.”***Ha

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 72 - Ada yang Cemburu

    Elena memutar bola matanya, berusaha mengabaikan cara Alvaro menatapnya. Ia tahu pria itu sedang mencoba menggodanya lagi, dan ia tidak akan membiarkan dirinya terjebak begitu saja.Elena mengernyit. “Al, pinggangku hampir patah karena ulahmu. Tidak lagi, lagi pula lukamu belum sembuh benar. Kamu ingin aku mengganti perbanmu lagi?”Alvaro menarik napas pelan, lalu dengan satu tarikan lembut, ia membuat Elena kembali terduduk di tepi ranjang, tepat di sampingnya. Tatapan matanya yang intens membuat Elena sulit untuk berpaling."Ini salahmu.""Salahku? Bagaimana bisa?"Alvaro mulai meraba bibir Elena lembut, “kamu membuatku candu."Elena menelan ludah, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Ia ingin marah tetapi entah kenapa dia merasa tersanjung dengan pujian pria itu. Melihat Elena hanya diam, Alvaro tersenyum tipis, lalu mengangkat tangannya untuk menyelipkan helai rambut yang jatuh di wajahnya. “Aku tahu kamu khawatir.”Elena mendesah, akhirnya memalingkan wajahnya. “Kamu

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 71 - Jangan Mulai Lagi

    Alvaro menatap Elena dengan intens, seolah mencoba membaca pikirannya. Tatapannya tajam, penuh rasa ingin tahu, tetapi Elena tetap berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. “Iya, dia mengkhawatirkanmu,” ucapnya santai. “Dia bertanya tentang keadaanmu dan memintaku untuk menjagamu.” “Hanya itu?” tanyanya kembali. Seolah-olah dia tak puas dengan jawaban yang diberikan Elena barusan. Alvaro terdiam sesaat, menatapnya tanpa ekspresi yang jelas. Suasana di antara mereka sedikit canggung, seakan ada sesuatu yang menggantung di udara, tetapi Elena berusaha mengabaikannya. “Beristirahatlah,” katanya akhirnya, bangkit dari tempat tidur. “Aku akan menyiapkan makanan untuk kita.” Namun, sebelum ia bisa melangkah pergi, Alvaro tiba-tiba meraih pergelangan tangannya dan menariknya kembali ke tempat tidur dengan gerakan cepat. Elena tersentak saat mendapati dirinya terduduk di pangkuannya, wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Hawa panas tubuh Alvaro begitu dekat, membuat jantungnya ber

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 70 - Jangan Pergi

    Alvaro menatap Elena dengan lembut, sesuatu yang jarang terlihat darinya. Walau tubuhnya masih lemah, bibirnya melengkung dalam senyuman tipis.Pria itu menatapnya tanpa berkata-kata. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara mesin medis yang berbunyi pelan.Lalu, tiba-tiba, Alvaro mengulurkan tangannya yang lemah ke arah Elena. Jangan pergi dariku."Elena terdiam. Kata-kata Don kembali terngiang di benaknya. "Jika kau benar-benar mencintainya, tinggalkan dia."Tapi, saat menatap Alvaro yang masih menunggunya dengan tatapan serius, dia tahu… dia tidak bisa melakukannya.Perlahan, Elena menggenggam erat tangan Alvaro."Aku…tidak akan pergi," bisiknya.Dia menghela napas panjang sebelum akhirnya berdiri. "Aku akan keluar sebentar," katanya.Alvaro menatapnya sebentar, seolah enggan membiarkannya pergi, tapi akhirnya mengangguk. "Jangan lama-lama."Elena hanya tersenyum kecil sebelum melangkah keluar dari ruangan, menutup pintu di belakangnya dengan pelan.Begitu Elena pergi, Jose masuk ke

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 69 - Cinta adalah Kelemahan

    Elena membeku di tempat. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat matanya bertemu dengan sosok yang berdiri di depan pintu—seorang pria paruh baya dengan tatapan tajam, penuh wibawa.Don.Ayah Alvaro.“Mari kita bicara,” suara Don terdengar dalam dan penuh otoritas.Elena menelan ludah, tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Di dalam ruangan, Alvaro masih terbaring lemah. Dia tidak ingin pergi jauh, tapi tatapan Don memberinya isyarat bahwa dia tidak punya pilihan.“Baik,” jawabnya pelan.Don berbalik, melangkah dengan tenang menuju lorong rumah sakit. Elena ragu sejenak sebelum akhirnya mengikuti di belakangnya.Ketika mereka sampai di area yang lebih sepi, Don berhenti dan berbalik menatapnya.“Apa kamu mencintainya?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi.Elena mengerjap. Dia bisa merasakan ketegangan yang begitu kuat dari cara pria itu menatapnya."Aku..." Dia menarik napas, mencoba mengumpulkan keberanian.“Jika iya, tinggalkan dia.”Mata Elena terbelalak, hatinya seolah berhenti berd

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   Bab 68 - Kita Perlu Bicara

    Bab 68 - Elena tersentak, dia mendengar perintah Alvaro dengan jelas. Tetapi tubuhnya membeku di tempat. Semua terjadi begitu cepat, pria bersenjata lain langsung mengangkat pistol mereka.DOR!Tembakan pertama melesat, nyaris mengenai Alvaro yang dengan cekatan menjadikan tubuh pria yang tadi diserangnya sebagai perisai. Darah muncrat saat peluru menghantam dada pria itu, membuatnya limbung sebelum jatuh tak bernyawa.“Lari!” Alvaro mengulang perintahnya lebih keras, tapi Elena masih terpaku.Salah satu pria menodongkan pistol ke arahnya.DOR!Elena menjerit dan memejamkan mata, namun tubuhnya tetap utuh. Saat membuka mata, yang dilihatnya justru Alvaro—berdiri di depannya, dadanya tertembus peluru.Tubuh Alvaro tersentak ke belakang, nafasnya tercekat. Darah dengan cepat merembes dari luka di dada kirinya, mengalir membasahi kemeja yang dikenakannya.Elena menjerit, “ALVARO!”Tatapannya nanar saat melihat tubuh pria itu melemah. Alvaro masih berdiri, tapi lututnya tampak goyah. Tan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status