Chapter: 8. Terimakasih, Cukup kah?"Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat
Terakhir Diperbarui: 2024-12-18
Chapter: 7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka“Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.
Terakhir Diperbarui: 2024-12-18
Chapter: 6. Bunuh Saja Pembohong Itu!‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru
Terakhir Diperbarui: 2024-12-18
Chapter: 5. Jangan BerbohongBab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva
Terakhir Diperbarui: 2024-12-13
Chapter: 4. Lima Belas HariAlvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus
Terakhir Diperbarui: 2024-12-13
Chapter: 3. Satu Syarat Raisa"T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe
Terakhir Diperbarui: 2024-12-13