Share

2. Berikan Tubuhmu

Penulis: Farsheed Mo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 23:03:35

“Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?”

Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka.

“Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti.

“Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.”

Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual.

Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya.

“Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam.

Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar.

***

Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri.

Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil dan mempersilahkannya masuk.

‘Sepertinya mereka tahu, aku akan datang.’

Dia melangkah ragu, mengikuti arahan. Aroma parfum mahal bercampur dengan asap cerutu menyambutnya, begitu dia sampai di ruang tamu.

Di sana, duduk seorang pria yang hanya namanya saja sudah cukup untuk membuat sekujur tubuhnya gemetar.

Alvaro Moretti

Pria itu adalah bos mafia yang tidak hanya berkuasa di dunia bisnis kelas atas, tetapi juga di dunia hitam. Wajahnya tajam, tegas, dengan garis rahang yang kuat. Rambut hitamnya tersisir rapi ke belakang dengan sempurna.

Kemeja hitam yang dikenakannya terbuka di bagian atas, memperlihatkan kulit kecoklatan. Ia duduk di kursi kulit mewah, kakinya disilangkan dengan sorot mata tajam mengarah padanya.

Raisa menelan ludah, tubuhnya kaku. Seperti ada alarm bahaya dalam dirinya, yang melarangnya untuk mendekat.

“Raisa,” sapa pria itu. Suaranya berat dan tegas.

"Ya." Raisa membeku, lututnya terasa lemas seketika.

Alvaro mengangkat satu tangan, memberi isyarat padanya untuk mendekat. “Silakan duduk.”

Raisa menurut, berjalan ke sofa di depannya, dengan jantung berdegup kencang. Ia duduk dengan gelisah, menunduk dengan kedua tangannya saling meremas.

“Kamu cantik,” ujarnya tiba-tiba. Pria itu tersenyum kecil penuh arti.

“Saya kesini bukan untuk itu,” balas Raisa cepat.

Wanita itu mencoba menepis perasaan aneh yang mulai dirasakan. Tangannya saling menggenggam di pangkuan.

Pria itu tertawa kecil, bernada ejekan. Ia bersandar ke kursinya, tapi matanya tetap terpaku kearahnya.

“Katakan, untuk apa kamu datang kesini?”

“Saya ingin meminta waktu tambahan, untuk hutang Reza,” jawab Raisa, dengan keberanian yang tersisa.

Alvaro mengangkat alis, tersenyum, seolah-olah dia sedang menikmati sesuatu.

“Waktu tambahan?” ulangnya, mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas.

Pria itu mengubah posisi duduknya, kini dia mencondongkan tubuhnya ke depan. Sorot matanya semakin tajam ke arah Raisa.

“Lalu apa yang aku dapatkan, sebagai gantinya?”

Raisa terdiam, bingung harus menjawab apa. Dia tahu, pria itu tak akan memberi sesuatu secara cuma-cuma. Nafasnya memburu saat melihat, pria itu mulai bangkit.

Alvaro berjalan pelan mendekati Raisa, membuat nafas Raisa semakin berat. Ia berhenti tepat di depannya, cukup dekat sehingga dia bisa merasakan kehadiran pria itu.

“Aku bisa memberikan suamimu waktu tambahan,” kata Alvaro, suaranya rendah tetapi penuh kendali. “Tapi ada syaratnya,” lanjut Alvaro, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis yang sulit diartikan.

“Syarat?” kata Raisa spontan, akhirnya memberanikan diri menatap pria itu. “Apa syaratnya?”

Namun, Alvaro tidak segera menjawab. Sebaliknya, dia mengambil satu langkah kecil, mengurangi jarak di antara mereka hingga hanya beberapa inci yang memisahkan tubuh mereka. Raisa mendongak, matanya kini bertemu dengan tatapan tajam pria itu.

“Ah!” pekik Raisa.

Tiba-tiba, tangan besar Alvaro meraih pinggangnya, menariknya mendekat. Napas Raisa tersengal, tubuhnya semakin membeku. Kini Raisa bisa mencium wangi parfum pria itu.

Maskulin, mahal, dan memabukkan.

Alvaro diam, menatapnya dengan intensitas yang tak bisa dipahami.

“Lepaskan saya,” bisik Raisa dengan nada memohon, tetapi suaranya hanya membuat senyuman Alvaro semakin lebar.

Raisa berusaha memberontak, tetapi pelukan Alvaro terlalu kuat.

Pria itu perlahan menurunkan kepalanya, mendekati telinga. Nafasnya yang hangat, menyentuh kulit leher Raisa, membuat bulu kuduknya berdiri.

Mata Raisa melebar, wajahnya memucat. Saat mendengar kalimat bisikan dari pria itu.

“Berikan tubuhmu sebagai jaminan,” bisik Alvaro.

Bab terkait

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

    ‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA    1. Permintaan Menyakitkan

    "Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" “Halo?! Fuck! Damn it!!”BRAK!!Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. ‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13

Bab terbaru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   8. Terimakasih, Cukup kah?

    "Siapa kamu? Ini urusan kami! Kamu tidak punya hak untuk ikut campur!" Suara lantang ibu mertua Raisa menggema, membuat Raisa menegang. Dia menatap Alvaro, berharap pria itu tidak kehilangan kesabaran.Alvaro tetap berdiri dengan tenang, tetapi kilatan amarah jelas terlihat di matanya. Dengan gerakan tegas, dia melepaskan cengkeramannya dari tangan ibu mertua Raisa, membuat wanita itu sedikit terhuyung ke belakang.“Sebaiknya Anda pergi sekarang, sebelum ada yang mengusir Anda.”Suara Alvaro terdengar rendah tetapi penuh tekanan, Raisa tahu bahwa dia tak akan main-main dengan ucapannya. Tetapi bukan pergi, Ibu mertua Raisa malah semakin marah."Kurang ajar! Siapa kamu? Berani mengusirku. Aku pelanggan VIP di sini!" umpat ibu mertua Raisa tidak terima. Wajahnya memerah karena emosi.Raisa, yang berdiri di antara keduanya, merasa bingung. Kekhawatiran bercampur ketakutan menguasainya. Apa jadinya jika Alvaro benar-benar mengatakan yang sebenarnya? Tentang hutang Reza dan posisinya saat

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   7. Ini Salahku, Jangan Hukum Mereka

    “Pelayan!” suara bariton pria itu menggema di seluruh ruangan. Membuat semua pelayan yang ada di rumah itu langsung datang dan berbaris di depannya sekarang. Tangan Alvaro segera menarik tangan Raisa yang terlihat memerah akibat cairan panas dari teh tadi. Takut dan merasa tidak enak, kini dirasakan Raisa saat melihat pelayan yang tadi meminta tolong padanya. “Maaf Tuan, ada apa?” tanya pelayan itu. Sepertinya, dia adalah kepala pelayan di rumah ini. Wajahnya terlihat gugup, dengan pandangan mata sesekali ke arah Raisa. “Siapa yang membiarkan tamuku, membawa nampan teh? Apakah kalian sudah bosan kerja denganku!” “Jo! teriak Alvaro lagi. Asisten Alvaro yang selalu terlihat bersamanya, entah dari mana datang ter gupuh-gupuh. “Ada apa Tuan,” tanyanya, bingung. “Pecat mereka semua, sebelum itu, hukum mereka!” Raisa terkejut, dia tak menyangka jika masalah ini akan berdampak sebesar ini. Kini dia tahu, kenapa pelayan sangat takut dan begitu keras menolak, saat dia ingin membantu.

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   6. Bunuh Saja Pembohong Itu!

    ‘Apakah dia tahu kebohonganku?’ pikir Raisa. Tubuhnya bergetar, karena rasa takut yang berlebihan. Keringat dingin muncul di pelipisnya. “Apakah kamu mengerti?” Suara pria itu terdengar lagi, tenang namun penuh tekanan. Raisa menelan ludah. Ia tidak punya keberanian untuk melawan atau membantah. Dengan cepat, ia mengangguk. “Bagus.” Alvaro berjalan kembali ke sisi meja. “Aku tidak suka mengulangi ucapanku.” Setelah itu, Pria itu pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Raisa duduk terpaku, merasa lemas. Nafsu makannya sirna sudah. ‘Dia belum tahu tentang kebohonganku, jika tahu, mungkin dia akan berbuat lebih buruk dari sekarang.’ *** Merasa tak lagi berselera makan, Raisa bangkit dari kursinya. Ia merasa tak nyaman hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Dengan hati-hati, ia kumpulkan piring dan peralatan makan di meja. Saat tangannya meraih piring Alvaro, suara asisten rumah tangga menghentikannya. “Nyonya, Anda tidak perlu melakukan itu.” Raisa menoleh. Seorang wanita paru

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   5. Jangan Berbohong

    Bab 5 Jangan Pernah BerbohongRaisa berhenti seketika, berbalik perlahan. Matanya melebar saat mendapati Alvaro telah berdiri di depannya, menatapnya tajam seperti elang mengawasi mangsanya.“Aku... haus,” ucap Raisa pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Haus?” ulang Alvaro, nada suaranya penuh keraguan.Ia berjalan mendekat, langkahnya pelan, namun penuh ancaman.“Aku penasaran,” katanya lagi, matanya menyelidik.“Bagian tubuhmu yang mana yang merasa haus, sampai kamu masuk ke kamarku?”Raisa membeku. Pandangannya menyapu ruangan dan menyadari kesalahannya. Dia telah salah masuk.“Saya tidak tahu ini kamar Anda,” ucapnya terbata-bata. “Saya hanya ingin ke dapur.”“Benarkah?” Alvaro mendekat, tatapannya semakin menekan.Raisa mundur perlahan, hingga tubuhnya terhenti saat punggungnya menabrak tempat tidur. Ia bingung, tak tahu harus melawan atau menyerah.“Maafkan saya!” serunya panik, tangannya menghalangi dada Alvaro yang kini berdiri terlalu dekat.Dengan gerakan cepat, Alva

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   4. Lima Belas Hari

    Alvaro terdiam, menatap Raisa tajam. Matanya menyelidik, seolah ingin memastikan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu bukan kebohongan. Ruangan menjadi hening."Baik," akhirnya, suara rendah penuh peringatan. "Tapi ingat, jangan pernah coba main-main denganku."Raisa mengangguk cepat. Meski tubuhnya gemetar, dia berusaha tegar. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan pria itu."Aku beri waktu satu minggu," lanjut Alvaro dingin.“Lima belas hari!” potong Raisa tiba-tiba, nyalinya muncul entah dari mana.Alvaro berhenti, menatapnya dengan alis terangkat. "Lima belas hari? Kau bercanda?" Suaranya mulai meninggi.Raisa menelan ludah, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Saya…butuh waktu lebih lama, Tuan. Periode saya berbeda dari wanita lain," ucapnya, suaranya pelan.“Baik,” katanya akhirnya.Alvaro menghela nafas panjang, terlihat jelas dia sedang menahan diri. "Hari ke-15. Aku akan menunggumu, kau ingat itu!" Suara pria itu datar dan tajam. Telunjuknya menunjuk lurus

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   3. Satu Syarat Raisa

    "T-tidak mungkin," bisiknya, suaranya serak hampir tak terdengar. "Saya tidak bisa melakukan itu."Raisa berusaha mendorong tubuh Alvaro. Tetapi pelukan pria di tubuhnya begitu erat, tak memberinya kesempatan untuk bebas sedikitpun.Alvaro terkekeh, tatapannya dingin, dengan tangan tetap melingkar di pinggangnya."Tidak bisa?" ulangnya perlahan, suara berat dan merendahkan. "Bukankah kamu datang kesini, untuk membuatku senang?” Tatapan pria itu seperti menelanjanginya, seolah-olah dirinya adalah pelacur yang sedang menjajakan diri.Raisa menggigit bibir, berusaha menahan tangis yang sudah hampir meledak. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, seolah tak bisa terbendung lagi."Tuan Alvaro, saya mohon... pasti ada cara lain. Tolong, beri saya waktu tanpa harus..." suaranya tercekat, tak sanggup melanjutkan. "Apakah kamu sedang memohon kepadaku?" katanya tajam.Tangan pria itu mencengkram dagu Raisa. Lalu dengan mendekatkan wajahnya di telinga Raisa. Pria itu mulai berbicara pe

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA   2. Berikan Tubuhmu

    “Apa kamu yakin aku harus memakai gaun ini?” Raisa menggigit bibirnya, merasa tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakan. “Bukankah ini terlalu…seksi?” Tangannya menarik ujung gaun, mencoba menutupi lututnya. Satu tangan menutup bagian atas yang terlalu terbuka. “Tentu saja,” kata Reza, tersenyum penuh arti. “Kamu harus terlihat menggoda, agar Alvaro tertarik padamu.” Matanya melihat dari kepala hingga kaki, seperti memastikan penampilannya layak untuk dijual. Raisa membuang muka, menahan rasa marah yang tak bisa terucap. Saat ia hendak melangkah keluar, tangan Reza mencengkram pundaknya. “Jangan pulang tanpa hasil!” bisik Reza, mengancam. Dadanya sesak, tapi tak ada gunanya membantah. Dia hanya mengangguk pelan, sebelum akhirnya berjalan keluar. *** Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gerbang yang tinggi. Tak ada suara, hanya hembusan angin yang membuat bulu kuduk Raisa berdiri. Seorang pria berbadan besar berdiri di depan gerbang, membuka mobil da

  • TAWANAN HASRAT SANG MAFIA    1. Permintaan Menyakitkan

    "Apakah tidak ada keringanan?! Aku pasti akan segera melunasinya!" “Halo?! Fuck! Damn it!!”BRAK!!Teriakan Reza dan suara keramik pecah membuat Raisa berdiri dengan gelisah di depan pintu ruang kerja suaminya. Di tangannya ada nampan berisi secangkir teh yang masih mengepul, tapi dia ragu-ragu untuk masuk.Sebab, setelah beberapa kali dipanggil, pria itu tak kunjung memperbolehkannya masuk ataupun membukakan pintu. ‘Apa terjadi sesuatu?’ pikir Raisa. Belakangan waktu ini, suaminya memang terlihat menyimpan masalah besar karena sikapnya yang tidak tenang. Raisa tak tahu kenapa, karena Reza sama sekali tak pernah mengajaknya berdiskusi. Tepatnya, semenjak menikah dengan pria itu, Reza sama sekali tak pernah mengajaknya bicara.Pria itu hanya menemuinya saat hasrat sudah diujung tanduk.Ketika suara lemparan kursi terdengar, Raisa menggigit bibirnya pelan. "Reza?" panggil wanita itu lagi. Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban dari Reza. Oleh karena itu, Raisa pun memberanikan diri untu

DMCA.com Protection Status