Malam ini Richard tampak tampan, dia mengenakan setelan jas berwarna navy. Kebetulan sekarang dia akan pergi ke sebuah pesta yang diadakan oleh rekan bisnisnya. Seusai merapikan diri, dia beranjak dari ruangannya menuju ke mobil yang terparkir di luar gedung. Sebelum pergi, Richard sempat menghampiri salah satu anak buah terbaiknya lalu menghajar wajah pria itu tanpa mengatakan apapun. Tentu saja orang tersebut marah dan meminta penjelasan, dia hanya berkata kalau sang anak buah dilarang berkeliaran seenaknya di gedung ini dan hanya boleh berada di satu ruangan. Kemudian barulah dia pergi dari markas bersama Oscar menuju ke lokasi pesta.
“Apakah kau akan tetap membiarkannya seperti ini, Bos?” tanya Oscar seraya melirik melalui pantulan spion tengah mobil ke arah bosnya yang duduk di jok belakang.
“Untuk sementara waktu, akan ku biarkan seperti ini. Aku harus mengurusi urusan utamaku karena ini menyangkut masa depan. Ayahku sangat keras kepala, kalau k
Richard terdiam setelah mendengar perintah itu dari sang ayah. Vermont hanya mengatakan satu kalimat tersebut dan langsung mengakhiri panggilan teleponnya. Makan malam bersama? Yang benar saja! Pikir Richard. Pasti Vermont sedang merencanakan sesuatu, Richard pun memberikan pesan kepada sang ayah kalau dia menolak membawa tunangannya untuk makan malam. Dia beralasan kalau tunangan dia cukup sibuk sehingga tidak memiliki waktu, tapi sayangnya Vermont memaksa. Kalau tidak, maka dirinya sendiri yang akan datang ke tempat kerja Callista. Hal ini membuat Richard sedikit panik. Dengan terpaksa dia menerima ajakan sang ayah.“Ck! Keras kepala sekali,” gumamnya setelah pesan yang dia kirimkan tidak lagi dibalas Vermont. Bersamaan dengan itu, mereka sampai di markas ValHolitz. Segeralah Richard menuju ke ruangannya dan bersantai di sana.Satu jam kemudian, Oscar masuk ke dalam ruangannya dan melaporkan kalau beberapa anak buah ValHolitz dihajar habis-habisan sampai
Kini Callista terduduk di salah satu kursi café. Wajahnya tampak memandangi pemandangan luar yang terlihat mendung. Di atas meja terdapat dua cangkir kopi hangat serta sepiring camilan. Sementara di depan dia, terduduklah seorang pria tampan yang kini memandangi Callista.Karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi tentang sang mantan suami, dengan terpaksa Callista datang menemui Richard. Kini keduanya berada di dalam café dan tengah terdiam semenjak datangnya pesanan mereka. Callista menunggu Richard mengatakan sesuatu, begitu sebaliknya.Terdengar decakan dari mulut Callista karena kesal Richard tidak segera memulai. Dia bertanya, “Apakah kau akan diam saja sampai café ini tutup? Ayolah! Katanya kau akan memberi tahu aku tentang dia, kenapa sekarang malah diam saja? Kau ingin membuatku naik pitam?”“Maaf. Aku rasa aku belum siap untuk memberitahumu tentangnya, ta-““Yang benar
“Ayolah! Ku kira kau mengalami hal itu,” kata Justin.“Mana mungkin, Bodoh!” balas Callista. Justin hanya memutarkan kedua bola matanya. Tiba-tiba saja Fritz menuliskan sesuatu lalu menunjukkan hasil tulisannya kepada Justin. Di sana Fritz menjelaskan kalau hal tersebut memang pernah terjadi, tapi tidak sampai membuat Callista melarikan diri dengan cara terjun dari ketinggian. Teman-teman Callista yang berada di tim lain menyelamatkan dia bersama dengan Fritz, mereka melawan musuh lalu membantu Callista melarikan diri.Fritz mengungkapkan kalau kejadian itu adalah kejadian yang paling tidak ingin diceritakan oleh Callista, tapi entah kenapa hari ini malah diceritakan. Fritz juga tidak memahami hal itu. Seusai membaca tulisan tersebut, Justin menatap Callista yang kini sedang memandanginya juga. Callista merebut kertas yang dibaca Justin dan membacanya.“Sialan kau, Fritz!” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Callista lalu
Tim Chasseurs berkumpul di salah satu ruangan di markas Forezsther. Kini mereka sedang mendengarkan cerita Letizia yang sudah mengingat semuanya. Amnesia sementara wanita itu sudah pulih, sekarang dia sudah sembuh. Banyak hal yang dia ingat, termasuk sebelum kecelakaan berlangsung.Letizia mengungkapkan kalau ketika dirinya hendak pingsan, ada seseorang yang berdiri tidak jauh dari mobil tim Chasseurs dan sedang menyeringai ke arah seseorang yang ada di mobil. Orang tersebut tidak asing bagi Letizia, sayangnya dia tidak melihat dengan jelas karena saat itu pandangannya buram ditambah banyak orang yang mulai berdatangan.Wanita itu meminta maaf karena sudah merepotkan semua orang, termasuk Callista yang notabenenya selalu berusaha untuk mengembalikan ingatan Letizia. Selain Callista, anggota tim Chasseurs juga sempat membantu. Dia kembali meminta maaf sudah membuat banyak orang kesulitan karena dirinya. Kali ini dia akan membalas budi dengan membantu mereka sebisa mungk
“Hah? Aku sudah menyuruh mereka ke sini untuk memperkenalkan mereka denganmu, bahkan menjelaskan bagaimana kemampuan dan tugas mereka, tapi kau tidak tertarik? Yang benar saja, Zouch! Siapapun pasti akan mau bergabung dengan tim The Crow Hunters, apalagi mereka semua adalah pria-pria tampan yang berbakat. Kau akan diratukan kalau kau menjadi salah satu anggota tim ini. Namun kau malah menolak!” omel Alberto membuat Callista memalingkan wajahnya dengan malas. Dia enggan berdebat dan hanya diam saja ketika sang bos mengomeli.“Kau sendiri yang menawarkan tim itu, bukan keinginanku untuk mengenal mereka,” gumam Callista.“Kenapa kau diam saja? Biasanya kau ak-““Ku dengar kemampuanmu hampir mirip dengan kami dan kita bisa menjadi tim yang hebat, tapi kenapa kau menolak? Apakah ada alasan khusus yang membuatmu enggan untuk bergabung?” tanya Ninetto membuat Callista meliriknya. Dia menukas omelan sang bos yang tidak pen
Fritz terkejut mendengar jawaban Callista. Dia tidak menyangka kalau musuh lama mereka bekerja di Forezsther, bahkan menjadi kaki tangan bos mereka sendiri. Callista juga tidak tahu sejak kapan Ethan bekerja di sana. Hal ini mengejutkannya sampai-sampai tidak bisa berkata-kata. Hanya kebingungan serta kekhawatiran yang dirasakan oleh dua insan ini ketika mengetahui kenyataan itu.Fritz menatap Callista dan mempertanyakan kebenarannya. Callista menjelaskan apa yang terjadi tadi siang di ruang kerja Alberto dan kehadiran tentang tim The Crow Hunters. Sebenarnya Callista tidak asing dengan nama kelompok itu, ketika bekerja di Forezsther pada masa lalu, dia pernah mendengar namanya, begitu pula dengan Fritz. Namun mereka tidak pernah melihat wajah orang-orang dari tim itu. Para anggota dari tim The Crow Hunters cukup misterius, mereka tidak pernah melihat bagaimana wajahnya. Hari ini Callista bisa melihat dan tahu siapa saja para anggota tim tersebut.Callista berkata kala
Callista tidak segera menerima panggilan dari Richard, dia sengaja membiarkan panggilan itu terus berbunyi. Dia mencoba untuk menyibukkan diri di dapur dengan membuat sereal. Namun panggilan masuk di handphonenya terus berbunyi sehingga sangat mengganggu. Callista pun mematikan volume benda tersebut agar tidak berisik.Seusai sarapan dengan tenang, dia pun kembali melihat handphonenya dan panggilan dari Richard sudah berhenti satu menit yang lalu. Callista hanya mendesis. Selain mendapatkan telepon, Richard juga mengirimnya pesan yang berisi kalau ada hal yang ingin dibicarakannya. Wanita ini enggan membalas, dirinya hanya membaca pesan tersebut.Hari ini Callista sudah berencana akan pergi ke pusat kota untuk membeli bahan masakan di dapur. Stok dapur sudah hampir habis. Callista pun berganti pakaian lalu sedikit merias diri setelah itu beranjak dari ruangan apartemennya. Seketika saja dia menghentikan langkah kaki saat melihat mobil mewah terparkir tepat di depan ged
Richard meringis kesakitan ketika perutnya dipukul oleh Callista. Wanita itu tidak terima kalau sang bos mafia mengatakan hal tentang apa yang terjadi kepada mereka. Untuk mencegah hal tersebut, dia memukulnya agar berhenti berbicara. Alih-alih berhenti, Richard malah mengomeli Callista seraya masuk ke dalam rumah. Dia hanya memalingkan wajah ke arah lain, enggan menatap pria di sampingnya itu.Karena sudah masuk ke dalam rumah, Richard memperingati untuk memberikan senyuman kepada orang lain yang ada di ruangan ini. Katanya sang ayah sudah menunggu di ruang makan. Dengan terpaksa Callista menyunggingkan senyumannya, dia tidak mau terlihat cemberut ketika seseorang melihat kehadirannya di sini.Callista tidak sengaja melihat seisi rumah ini yang tampak mewah dan klasik. Di dinding ada hiasan kepala hewan yang tampak seperti asli, dirinya juga menginjak karpet berbulu hewan serta tercium aroma darah yang sangat samar. Barang-barang di rumah ini terlihat mewah walau terk
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih