Callista melirik dengan tajam pria itu, Richard menjauhkan dirinya dan masih menatap wanita di depannya ini. Bergabung dengan ValHolitz? Yang benar saja, pikir Callista. Tawaran itu mengejutkannya, bahkan sempat membuat Callista membelalakkan mata. Bagaimana bisa orang seperti dia menjadi anggota ValHolitz? Apa yang akan dilakukannya kalau benar hal itu terjadi? Tidak mau membayangkan hal mengerikan tersebut, Callista pun hendak berbicara. Namun Richard segera menyela.
Pria ini berkata, “Kalau kau bergabung, aku yakin kau tidak akan kesulitan seperti sekarang ini. Bisa saja kau mendapatkan sesuatu yang tidak kau ketahui, mungkin juga kau bisa membunuhku dengan mudah. Aku menawarkan sesuatu yang cukup bagus, kan? Kalau kau bersedia, aku akan memberikan tugas yang cocok untukmu. Bisa saja kau ditempatkan sebagai asistenku, dengan begitu, balas dendammu kepadaku akan cepat selesai, kan?”
“Kau benar. Aku bisa bergabung dengan ValHolitz, apalagi kau sendir
Callista melirik Richard, tampak jelas kalau pria ini sedang menahan amarah. Dia mengira kalau Richard berbicara dengan Vermont cukup panas dan sempat adanya pertengkaran. Entah apa yang mereka bicarakan, pasti ada hubungannya dengan wanita yang diperkenalkan asisten Vermont kepada dirinya itu. Kalau tidak, kenapa Richard sampai meninggalkan mereka seraya menahan emosi? Normalnya pasti akan diajak berbicara oleh mereka.Pintu lift pun terbuka, Richard berjalan keluar lift disusul oleh callista. Seraya berjalan pria itu berkata kalau dia ingin berbicara dengan Callista di dalam mobil sembari mengantarkannya pulang. Namun Callista menolak karena dia membawa mobil sendiri ke kawasan ini. Tidak mungkin dirinya meninggalkan kendaraan tersebut. Richard mengusulkan kalau mereka akan berkeliling kawasan ValHolitz setelah itu mengantarnya ke tempat parkir mobil Callista.Mau tidak mau Callista menyetujui karena dia pun mengerti dengan situasi saat ini. Sang bos mafia tengah ber
Malam ini Richard tampak tampan, dia mengenakan setelan jas berwarna navy. Kebetulan sekarang dia akan pergi ke sebuah pesta yang diadakan oleh rekan bisnisnya. Seusai merapikan diri, dia beranjak dari ruangannya menuju ke mobil yang terparkir di luar gedung. Sebelum pergi, Richard sempat menghampiri salah satu anak buah terbaiknya lalu menghajar wajah pria itu tanpa mengatakan apapun. Tentu saja orang tersebut marah dan meminta penjelasan, dia hanya berkata kalau sang anak buah dilarang berkeliaran seenaknya di gedung ini dan hanya boleh berada di satu ruangan. Kemudian barulah dia pergi dari markas bersama Oscar menuju ke lokasi pesta.“Apakah kau akan tetap membiarkannya seperti ini, Bos?” tanya Oscar seraya melirik melalui pantulan spion tengah mobil ke arah bosnya yang duduk di jok belakang.“Untuk sementara waktu, akan ku biarkan seperti ini. Aku harus mengurusi urusan utamaku karena ini menyangkut masa depan. Ayahku sangat keras kepala, kalau k
Richard terdiam setelah mendengar perintah itu dari sang ayah. Vermont hanya mengatakan satu kalimat tersebut dan langsung mengakhiri panggilan teleponnya. Makan malam bersama? Yang benar saja! Pikir Richard. Pasti Vermont sedang merencanakan sesuatu, Richard pun memberikan pesan kepada sang ayah kalau dia menolak membawa tunangannya untuk makan malam. Dia beralasan kalau tunangan dia cukup sibuk sehingga tidak memiliki waktu, tapi sayangnya Vermont memaksa. Kalau tidak, maka dirinya sendiri yang akan datang ke tempat kerja Callista. Hal ini membuat Richard sedikit panik. Dengan terpaksa dia menerima ajakan sang ayah.“Ck! Keras kepala sekali,” gumamnya setelah pesan yang dia kirimkan tidak lagi dibalas Vermont. Bersamaan dengan itu, mereka sampai di markas ValHolitz. Segeralah Richard menuju ke ruangannya dan bersantai di sana.Satu jam kemudian, Oscar masuk ke dalam ruangannya dan melaporkan kalau beberapa anak buah ValHolitz dihajar habis-habisan sampai
Kini Callista terduduk di salah satu kursi café. Wajahnya tampak memandangi pemandangan luar yang terlihat mendung. Di atas meja terdapat dua cangkir kopi hangat serta sepiring camilan. Sementara di depan dia, terduduklah seorang pria tampan yang kini memandangi Callista.Karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi tentang sang mantan suami, dengan terpaksa Callista datang menemui Richard. Kini keduanya berada di dalam café dan tengah terdiam semenjak datangnya pesanan mereka. Callista menunggu Richard mengatakan sesuatu, begitu sebaliknya.Terdengar decakan dari mulut Callista karena kesal Richard tidak segera memulai. Dia bertanya, “Apakah kau akan diam saja sampai café ini tutup? Ayolah! Katanya kau akan memberi tahu aku tentang dia, kenapa sekarang malah diam saja? Kau ingin membuatku naik pitam?”“Maaf. Aku rasa aku belum siap untuk memberitahumu tentangnya, ta-““Yang benar
“Ayolah! Ku kira kau mengalami hal itu,” kata Justin.“Mana mungkin, Bodoh!” balas Callista. Justin hanya memutarkan kedua bola matanya. Tiba-tiba saja Fritz menuliskan sesuatu lalu menunjukkan hasil tulisannya kepada Justin. Di sana Fritz menjelaskan kalau hal tersebut memang pernah terjadi, tapi tidak sampai membuat Callista melarikan diri dengan cara terjun dari ketinggian. Teman-teman Callista yang berada di tim lain menyelamatkan dia bersama dengan Fritz, mereka melawan musuh lalu membantu Callista melarikan diri.Fritz mengungkapkan kalau kejadian itu adalah kejadian yang paling tidak ingin diceritakan oleh Callista, tapi entah kenapa hari ini malah diceritakan. Fritz juga tidak memahami hal itu. Seusai membaca tulisan tersebut, Justin menatap Callista yang kini sedang memandanginya juga. Callista merebut kertas yang dibaca Justin dan membacanya.“Sialan kau, Fritz!” Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Callista lalu
Tim Chasseurs berkumpul di salah satu ruangan di markas Forezsther. Kini mereka sedang mendengarkan cerita Letizia yang sudah mengingat semuanya. Amnesia sementara wanita itu sudah pulih, sekarang dia sudah sembuh. Banyak hal yang dia ingat, termasuk sebelum kecelakaan berlangsung.Letizia mengungkapkan kalau ketika dirinya hendak pingsan, ada seseorang yang berdiri tidak jauh dari mobil tim Chasseurs dan sedang menyeringai ke arah seseorang yang ada di mobil. Orang tersebut tidak asing bagi Letizia, sayangnya dia tidak melihat dengan jelas karena saat itu pandangannya buram ditambah banyak orang yang mulai berdatangan.Wanita itu meminta maaf karena sudah merepotkan semua orang, termasuk Callista yang notabenenya selalu berusaha untuk mengembalikan ingatan Letizia. Selain Callista, anggota tim Chasseurs juga sempat membantu. Dia kembali meminta maaf sudah membuat banyak orang kesulitan karena dirinya. Kali ini dia akan membalas budi dengan membantu mereka sebisa mungk
“Hah? Aku sudah menyuruh mereka ke sini untuk memperkenalkan mereka denganmu, bahkan menjelaskan bagaimana kemampuan dan tugas mereka, tapi kau tidak tertarik? Yang benar saja, Zouch! Siapapun pasti akan mau bergabung dengan tim The Crow Hunters, apalagi mereka semua adalah pria-pria tampan yang berbakat. Kau akan diratukan kalau kau menjadi salah satu anggota tim ini. Namun kau malah menolak!” omel Alberto membuat Callista memalingkan wajahnya dengan malas. Dia enggan berdebat dan hanya diam saja ketika sang bos mengomeli.“Kau sendiri yang menawarkan tim itu, bukan keinginanku untuk mengenal mereka,” gumam Callista.“Kenapa kau diam saja? Biasanya kau ak-““Ku dengar kemampuanmu hampir mirip dengan kami dan kita bisa menjadi tim yang hebat, tapi kenapa kau menolak? Apakah ada alasan khusus yang membuatmu enggan untuk bergabung?” tanya Ninetto membuat Callista meliriknya. Dia menukas omelan sang bos yang tidak pen
Fritz terkejut mendengar jawaban Callista. Dia tidak menyangka kalau musuh lama mereka bekerja di Forezsther, bahkan menjadi kaki tangan bos mereka sendiri. Callista juga tidak tahu sejak kapan Ethan bekerja di sana. Hal ini mengejutkannya sampai-sampai tidak bisa berkata-kata. Hanya kebingungan serta kekhawatiran yang dirasakan oleh dua insan ini ketika mengetahui kenyataan itu.Fritz menatap Callista dan mempertanyakan kebenarannya. Callista menjelaskan apa yang terjadi tadi siang di ruang kerja Alberto dan kehadiran tentang tim The Crow Hunters. Sebenarnya Callista tidak asing dengan nama kelompok itu, ketika bekerja di Forezsther pada masa lalu, dia pernah mendengar namanya, begitu pula dengan Fritz. Namun mereka tidak pernah melihat wajah orang-orang dari tim itu. Para anggota dari tim The Crow Hunters cukup misterius, mereka tidak pernah melihat bagaimana wajahnya. Hari ini Callista bisa melihat dan tahu siapa saja para anggota tim tersebut.Callista berkata kala