Beberapa Minggu kemudian, tepatnya sudah sebulan lebih dua Minggu Callista berhenti untuk mencari tahu tentang Fernando Foligno. Bahkan pencariannya tentang pelaku penembakan sudah buntu. Dia tidak bisa lagi menemukan informasi lain, kebanyakan orang yang ditanyanya tidak mengetahui nama pria itu. Jelas saja karena Fernando menggunakan nama yang berbeda. Padahal Callista sudah menunjukkan foto wajah sang mantan suami, tapi tetap saja tidak mendapatkan informasi apapun.
Kegiatannya hanyalah menjalankan misi bersama tim Chasseurs. Tentu saja dia terus menahan emosinya ketika masih bertengkar dengan Vittoria. Justin juga menjadi penengah antar keduanya. Di sisi lain, Callista menjadi pelatih untuk mengembalikan kepandaian Letizia dalam membunuh. Hal ini harus dia lakukan karena semenjak hari di mana Vittoria mengatakan hal-hal kejam, Callista mulai menyadarinya. Apalagi kecelakaan itu ditujukan kepada dia dan dirinya merasa bertanggung jawab. Dia sendiri yang meminta kepada sang
Hari ini tim Chasseurs diperintahkan untuk berkumpul di markas mereka. Kini Callista berjalan menuju ke markas bersama dengan Letizia. Wanita itu sudah mahir dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pembunuh bayaran dari Forezsther. Callista berhasil membuatnya menjadi pembunuh lagi setelah beberapa kali melakukan pelatihan serta misi kecil. Berkat Callista, Letizia mengingat kembali jati dirinya walau tidak seperti dulu. Setidaknya pelatihan yang diberikan Callista membuahkan hasil dan menjadikan Letizia sebagai anak buah Forezsther lagi.Kali ini Letizia akan ikut misi besar bersama tim Chasseurs dengan alasan agar kemampuannya bisa lebih berguna lagi. Atas perintah Alberto, Letizia diminta untuk bergabung. Begitupun dengan Fritz Ryker. Kini tim Chasseurs dan dua orang tambahan akan berkumpul setelah satu bulan lamanya mereka tidak menjalankan misi bersama.Hal ini mengkhawatirkan Callista, khawatir kejadian yang sama terulang kembali. Namun Justin mencoba meyakinkan
Tim Chasseurs sudah berhasil masuk ke dalam gedung besar di mana pelelangan diadakan. Tiga wanita dari tim ini berjaga di beberapa titik dan saling berjauhan. Sementara para pria duduk di kursi penonton serta berbaur dengan mafia. Sementara itu Federico berada di dalam mobil tim Chasseurs yang berada cukup jauh dari gedung, Federico memantau teman-temannya melalui kamera pengawas yang ada di dalam bangunan tersebut serta kamera kecil yang dipakai anggota tim yang lain. Dengan begitu Federico bisa memantau semuanya.Di telinga mereka terdapat alat komunikasi yang saling tersambung satu sama lain dan berpusat ke laptop Federico. Mereka semua bisa memberikan informasi melalui benda tersebut tanpa harus bersusah payah memberikan kode melalui gerakan tubuh. Namun berbeda kepada Fritz, karena pria itu tidak bisa bicara, maka mereka harus mengerti kode tubuh yang mungkin akan diberikan Fritz kepada mereka kalau terjadi sesuatu.Callista yang berdiri di salah satu titik terus
Callista berlari ke dalam gang dan berusaha menghindari kejaran beberapa mafia. Sebelumnya dia mencoba untuk melawan mereka agar berhenti mengejarnya, tapi mereka cukup kuat hingga Callista dapat dikalahkan. Karena tidak mau lagi dihajar sampai babak belur, dia memilih untuk melarikan diri. Justin juga memperingati kalau anggota tim Chasseurs tidak boleh melawan lagi. Kalau para anggota melawan lagi dan kalah, tidak menutup kemungkinan akan dibawa ke hadapan bos mafia-mafia yang mengejar itu. Hal tersebut sangat merepotkan, apalagi kalau sampai Alberto tahu. Entah hukuman apa yang akan diberikan Alberto kepada anggota tim Chasseurs.Melarikan diri menjadi jalan satu-satunya untuk mereka selamat. Selagi para pengejar tidak menggunakan senjata api, maka mereka aman dan hanya perlu berlari sejauh mungkin. Di lokasi pertemuan, Federico juga sedang menunggu. Mereka harus sampai ke sana bagaimanapun caranya.Namun perjalanan melarikan diri ini tidaklah mudah bagi Callista, a
Akhirnya Callista berhasil sampai ke lokasi pertemuan. Ternyata semua anggota sudah ada di mobil dan mereka selamat. Callista pun mengatur napasnya yang sesak bersamaan dengan melajunya mobil ini menuju ke markas pusat Forezsther. Namun suasana di ruangan mobil sangat berbeda dengan sebelum semuanya turun. Merasa ada hal aneh, Callista membuka matanya dan melihat anggota yang lain. Mereka semua menatapnya.“Ada apa?” tanya Callista.“Kau masih ingat kalau di telingamu terdapat alat komunikasi yang tersambung ke semua orang, kan, Zouch? Jadi, kami mendengar apa yang terjadi kepadamu sebelum kau kemari,” jawab Federico tanpa menoleh. Pria itu tengah fokus menyetir. Callista baru ingat dengan hal ini, dia pun berdecak kesal seraya melihat ke arah lain.“Menikah dengan Bos ValHolitz? Bahkan sekarang menjadi pacarnya? Yang benar saja!” omel Vittoria.“Aku juga terkejut dengan pria egois itu. Tanpa pikir panjang memutus
Teriakan Alberto membuat dua insan di depannya terkejut, terutama Justin yang baru mengetahui hal ini. Dia sama sekali tidak tahu bagaimana kehidupan Callista sejak bergabung dengan Forezsther, ditambah Callista juga tidak mengatakan apapun tentang masa lalunya. Wajar saja kalau dia menjadi sangat terkejut ketika mendengar teriakan dari Alberto.Sementara Callista mengepalkan kedua tangannya dan berusaha menahan emosi. Dalam keadaan seperti ini, Alberto malah membahas hal masa lalu yang sama sekali tidak ingin dia ingat. Tidak seharusnya pria itu membahasnya, apalagi ada orang asing di ruangan ini yang mendengar apa yang dikatakan sang bos.“Kau yang memulai, Zouch! Jangan salahkan aku kalau aku berkata begitu kepadamu! Jika tidak aku ingatkan, mungkin kau sudah lupa bagaimana berjasanya aku di masa lalumu. Secara tidak langsung, aku adalah orang tua angkatmu. Walau tidak resmi, aku tetap memiliki hak untuk mengaturmu, apalagi kau ini anak buahku. Sudah aku tegas
Fritz menggelengkan kepala. Dia tidak mau Callista melakukan hal seperti itu, apalagi kalau sampai memanfaatkan orang lain hanya demi tujuan egois. Tentu saja Callista hanya sekedar berkata karena kesal. Tidak mungkin wanita sepertinya merencanakan hal licik. Dia akan memikirkan cara lain yang jauh lebih bagus ketimbang menggunakan orang lain. Fritz yang mendengar perkataan tersebut pun bernapas lega.Melihat ruangan yang berantakan, Fritz pun bangkit dari duduknya lalu membereskan barang-barang yang berserakan. Callista hanya melihat apa yang dilakukan temannya itu. Dia merasa kalau amarahnya mulai mereda setelah Fritz datang. Dirinya yakin kalau Fritz pasti sudah mendengar apa yang terjadi di ruangan Alberto dari Justin, maka dari itu pria ini langsung datang setelah mendengarkan kabar itu dengan raut wajah panik. Callista tersenyum tipis, dia sangat senang memiliki teman seperti Fritz yang selalu ada ketika dibutuhkan. Padahal Callista sudah melakukan hal yang kejam, tapi
“Hah?! Apa kau bilang? Ingin membunuh bosku? Haha … jangan harap! Yang ada kaulah yang dibunuh olehnya,” tawa Gabriel. Terdengar pria itu meremehkan Callista. Wanita ini pun membalasnya dengan tawaan mengejek.“Hh! Apakah kau masih ingat bagaimana aku mengalahkanmu? Bahkan sampai hampir membuatmu kehilangan nyawa. Lelaki sepertimu saja mudah untuk aku taklukkan, apalagi seperti bosmu itu,” balas Callista. Dia tersenyum sinis setelahnya membuat Gabriel mengepalkan kedua tangan mencoba untuk menahan amarah. Perkataan Callista mengingatnya pria ini tentang hari di mana dirinya hampir dibunuh. Tentu saja dia menjadi benci sekali dengan Callista.“Kau kira kau bisa mengalahkanku? Ingatlah! Waktu itu aku hanya berpura-pura saja untuk mengalah dan menuntunmu datang ke markas. Tidak ku sangka, dengan bodohnya kau malah datang tanpa mengetahui siapa sebenarnya bos kami. Aku rasa kau ini bodoh, makanya mau dibodohi dengan mudah.” Callis
Callista melirik dengan tajam pria itu, Richard menjauhkan dirinya dan masih menatap wanita di depannya ini. Bergabung dengan ValHolitz? Yang benar saja, pikir Callista. Tawaran itu mengejutkannya, bahkan sempat membuat Callista membelalakkan mata. Bagaimana bisa orang seperti dia menjadi anggota ValHolitz? Apa yang akan dilakukannya kalau benar hal itu terjadi? Tidak mau membayangkan hal mengerikan tersebut, Callista pun hendak berbicara. Namun Richard segera menyela.Pria ini berkata, “Kalau kau bergabung, aku yakin kau tidak akan kesulitan seperti sekarang ini. Bisa saja kau mendapatkan sesuatu yang tidak kau ketahui, mungkin juga kau bisa membunuhku dengan mudah. Aku menawarkan sesuatu yang cukup bagus, kan? Kalau kau bersedia, aku akan memberikan tugas yang cocok untukmu. Bisa saja kau ditempatkan sebagai asistenku, dengan begitu, balas dendammu kepadaku akan cepat selesai, kan?”“Kau benar. Aku bisa bergabung dengan ValHolitz, apalagi kau sendir
Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah
Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu
Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.
Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo
“Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.
Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb
Seusai berkata begitu, Richard pun melepaskan Callista. Wanita tersebut segera menjauhi Richard dan menatapnya dengan tajam. Meski dia tahu kalau dirinya akan kalah, Callista tetap ingin menyerang Richard karena baginya ini adalah kesempatan. Sayang sekali, Richard jauh lebih kuat daripada dia.“Jika kau melakukan hal itu di kantorku, para anak buahku tidak akan tinggal diam. Kau akan diserang oleh mereka, Callista! Lebih baik tahan dirimu sebelum waktunya tiba, lagi pula ketika penyerangan nanti, aku akan turun tangan langsung untuk menyerang kalian bersama dengan para anak buahku. Aku tak akan melarikan diri,” kata Richard lagi.“Harusnya aku membunuhmu waktu itu,” geram Callista membuat Richard tertawa pelan.“Sekarang kau menyesal tidak membunuhku?” tanya Richard. Callista tidak menjawab pertanyaan itu, wanita tersebut hanya menatap Richard dengan tajam. “Entah apa alasanmu, tapi kau memberikan aku kesempatan. Dengan
Callista terdiam, berusaha untuk mengingat tentang pasangan yang sudah dibunuhnya. Melihat Callista yang kebingungan, Richard pun mengambil dokumen dari dalam laci mejanya lalu memberikannya kepada wanita itu. Callista melihat isi dari dokumen tersebut yang menampilkan informasi tentang dua pasangan yang mereka bicarakan.“Mereka adalah kedua orang tua Kristian yang bekerja sebagai agen rahasia untuk beberapa kelompok mafia. Mereka hanya tinggal berdua di apartemen itu. Kau pergi ke sana untuk membunuh keduanya. Kebetulan Fernando berada di tempat lain dan ketika melihat orang tuanya, mereka sudah tiada dengan luka tusukan di mana-mana. Sempat ada perlawanan, terbukti dari beberapa barang yang hancur. Sekarang kau sudah mengingatnya?” ungkap Richard seraya melihat ke arah Callista.Wanita menganggukkan kepalanya. “Ya, aku baru ingat dengan misi itu. Misi yang diberikan oleh bosku karena mereka pernah bekerja dengannya dan berkhianat. Karena pengkhiana
“Hah?! Apa maksudmu?” tanya Callista.“Aku hanya ingin tahu, siapa yang akan kau bela ketika peperangan itu terjadi,” jawabnya.“Cih! Kau masih saja memikirkan hal seperti ini, bukankah seharusnya kau mengkhawatirkan kelompokmu sendiri? Ditambah kau sudah menyatakan perang kepadaku yang notabenenya adalah anggota Forezsther. Mungkin kau juga sudah memberi tahu Alberto,” kata Callista.Richard mengernyitkan dahi keheranan. Kemarin sang istri tampak berbeda seperti biasanya, tapi sekarang malah bersikap sama. Perubahan Callista membuat Richard menjadi bingung. Pria itu pun membalas, “Aku lebih khawatir kau akan menjadi korban atas peperangan yang akan terjadi. Akan jauh lebih baik kalau kau tidak terlibat dan tak perlu ikut perang. Ka-““Jangan naif, Bos Mafia! Sekeras apapun aku menyangkal, aku tetaplah anggota Forezsther dan tak mungkin bagiku untuk bersembunyi. Berjuang bersama temanku akan jauh lebih