“Kebetulan sekali kita bertemu, Richard. Baru saja aku ingin menghubungimu,” kata Callista membuat pria itu mengangkat kedua alisnya.
“Menghubungiku? Memangnya ada apa?” tanya Richard.
“Kau masih ingat kalau aku sedang mencari pelaku yang sudah membunuh suamiku, kan?” tanya balik Callista. Richard menganggukkan kepalanya. Callista melanjutkan, “Aku sudah memiliki petunjuk besar yang mengarahkannya kepada si pelaku.”
Tampak Richard membelalakkan matanya. Tentu saja Callista menyadari kalau pria itu terkejut. Entah kenapa Callista merasa kalau Richard mengetahui sesuatu, buktinya saja dia sampai berekspresi seperti itu ketika Callista berkata begitu. Apakah Richard benar-benar terlibat dengan kejadian penembakan itu? Tanya Callista dalam hati.
“Ke-kemajuan yang bagus kalau begitu,” kata Richard. Callista mengangguk.
“Ya, mungkin petunjuk itu bisa membuatku tahu siapa pelaku penembakan.
“Ehm … aku … aku ha-““Jangan memasang wajah seperti itu! Tunjukkanlah seringaianmu, tatapan tajammu dan niat membunuhmu kepadaku! Tidak usah berpura-pura lagi!” tukasnya untuk kesekian kali. Dia sudah muak melihat wajah Richard yang terus berpura-pura seperti itu. Bahkan tidak menunjukkan diri sebagai sosok seorang bos mafia.Tentu saja hal tersebut membuat Callista semakin kesal. Apalagi dia bisa merasakan kalau Richard tidak memiliki niat untuk membunuhnya. Banyak pertanyaan yang ada di benak dia tentang pria di depannya ini. Namun dia harus menahan diri untuk tidak mempertanyakannya sekaligus. Dia yakin tempat ini aman dan tidak mungkin anak buah ValHolitz bisa datang ke sini. Apalagi dia tahu kalau Richard sama sekali tidak mengeluarkan alat komunikasi untuk menghubungi anak-anak buahnya.Sayang sekali, Richard masih memasang ekspresi datarnya. Pria ini berkata, “Aku rasa kau tidak perlu tahu apa alasanku berusaha
Callista berdecak kesal untuk kesekian kalinya. Dia gagal menembakkan peluru dan malah menembak lantai. Lagi-lagi Richard menghindar, seakan-akan sudah tahu akan mengarah ke mana peluru itu mendarat. Tidak heran rasanya kalau pria di depannya Callista ini bisa melakukan hal tersebut. Pasti Richard sudah banyak melakukan pertarungan dengan senjata api. Richard adalah seorang bos mafia, pengalamannya jauh lebih banyak daripada Callista. Kalau hanya dua atau tiga peluru pasti tidak akan mengenainya.“Jangan memikirkan sebuah rencana untuk menembakku. Sebanyak apapun kau mengeluarkan peluru, benda itu hanya akan berakhir di lantai atau justru berserakan di tempat ini. Menyerahlah, Zouch! Dalam pertarungan tadi, kau sudah kalah dan harus menepati apa yang aku minta,” kata sang bos mafia seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Ucapan pria itu membuat Callista kesal. Kali ini Richard meremehkan Callista dengan terang-terangan.Baru saja Callista ingin men
Beberapa Minggu kemudian, tepatnya sudah sebulan lebih dua Minggu Callista berhenti untuk mencari tahu tentang Fernando Foligno. Bahkan pencariannya tentang pelaku penembakan sudah buntu. Dia tidak bisa lagi menemukan informasi lain, kebanyakan orang yang ditanyanya tidak mengetahui nama pria itu. Jelas saja karena Fernando menggunakan nama yang berbeda. Padahal Callista sudah menunjukkan foto wajah sang mantan suami, tapi tetap saja tidak mendapatkan informasi apapun.Kegiatannya hanyalah menjalankan misi bersama tim Chasseurs. Tentu saja dia terus menahan emosinya ketika masih bertengkar dengan Vittoria. Justin juga menjadi penengah antar keduanya. Di sisi lain, Callista menjadi pelatih untuk mengembalikan kepandaian Letizia dalam membunuh. Hal ini harus dia lakukan karena semenjak hari di mana Vittoria mengatakan hal-hal kejam, Callista mulai menyadarinya. Apalagi kecelakaan itu ditujukan kepada dia dan dirinya merasa bertanggung jawab. Dia sendiri yang meminta kepada sang
Hari ini tim Chasseurs diperintahkan untuk berkumpul di markas mereka. Kini Callista berjalan menuju ke markas bersama dengan Letizia. Wanita itu sudah mahir dalam melakukan tugasnya sebagai seorang pembunuh bayaran dari Forezsther. Callista berhasil membuatnya menjadi pembunuh lagi setelah beberapa kali melakukan pelatihan serta misi kecil. Berkat Callista, Letizia mengingat kembali jati dirinya walau tidak seperti dulu. Setidaknya pelatihan yang diberikan Callista membuahkan hasil dan menjadikan Letizia sebagai anak buah Forezsther lagi.Kali ini Letizia akan ikut misi besar bersama tim Chasseurs dengan alasan agar kemampuannya bisa lebih berguna lagi. Atas perintah Alberto, Letizia diminta untuk bergabung. Begitupun dengan Fritz Ryker. Kini tim Chasseurs dan dua orang tambahan akan berkumpul setelah satu bulan lamanya mereka tidak menjalankan misi bersama.Hal ini mengkhawatirkan Callista, khawatir kejadian yang sama terulang kembali. Namun Justin mencoba meyakinkan
Tim Chasseurs sudah berhasil masuk ke dalam gedung besar di mana pelelangan diadakan. Tiga wanita dari tim ini berjaga di beberapa titik dan saling berjauhan. Sementara para pria duduk di kursi penonton serta berbaur dengan mafia. Sementara itu Federico berada di dalam mobil tim Chasseurs yang berada cukup jauh dari gedung, Federico memantau teman-temannya melalui kamera pengawas yang ada di dalam bangunan tersebut serta kamera kecil yang dipakai anggota tim yang lain. Dengan begitu Federico bisa memantau semuanya.Di telinga mereka terdapat alat komunikasi yang saling tersambung satu sama lain dan berpusat ke laptop Federico. Mereka semua bisa memberikan informasi melalui benda tersebut tanpa harus bersusah payah memberikan kode melalui gerakan tubuh. Namun berbeda kepada Fritz, karena pria itu tidak bisa bicara, maka mereka harus mengerti kode tubuh yang mungkin akan diberikan Fritz kepada mereka kalau terjadi sesuatu.Callista yang berdiri di salah satu titik terus
Callista berlari ke dalam gang dan berusaha menghindari kejaran beberapa mafia. Sebelumnya dia mencoba untuk melawan mereka agar berhenti mengejarnya, tapi mereka cukup kuat hingga Callista dapat dikalahkan. Karena tidak mau lagi dihajar sampai babak belur, dia memilih untuk melarikan diri. Justin juga memperingati kalau anggota tim Chasseurs tidak boleh melawan lagi. Kalau para anggota melawan lagi dan kalah, tidak menutup kemungkinan akan dibawa ke hadapan bos mafia-mafia yang mengejar itu. Hal tersebut sangat merepotkan, apalagi kalau sampai Alberto tahu. Entah hukuman apa yang akan diberikan Alberto kepada anggota tim Chasseurs.Melarikan diri menjadi jalan satu-satunya untuk mereka selamat. Selagi para pengejar tidak menggunakan senjata api, maka mereka aman dan hanya perlu berlari sejauh mungkin. Di lokasi pertemuan, Federico juga sedang menunggu. Mereka harus sampai ke sana bagaimanapun caranya.Namun perjalanan melarikan diri ini tidaklah mudah bagi Callista, a
Akhirnya Callista berhasil sampai ke lokasi pertemuan. Ternyata semua anggota sudah ada di mobil dan mereka selamat. Callista pun mengatur napasnya yang sesak bersamaan dengan melajunya mobil ini menuju ke markas pusat Forezsther. Namun suasana di ruangan mobil sangat berbeda dengan sebelum semuanya turun. Merasa ada hal aneh, Callista membuka matanya dan melihat anggota yang lain. Mereka semua menatapnya.“Ada apa?” tanya Callista.“Kau masih ingat kalau di telingamu terdapat alat komunikasi yang tersambung ke semua orang, kan, Zouch? Jadi, kami mendengar apa yang terjadi kepadamu sebelum kau kemari,” jawab Federico tanpa menoleh. Pria itu tengah fokus menyetir. Callista baru ingat dengan hal ini, dia pun berdecak kesal seraya melihat ke arah lain.“Menikah dengan Bos ValHolitz? Bahkan sekarang menjadi pacarnya? Yang benar saja!” omel Vittoria.“Aku juga terkejut dengan pria egois itu. Tanpa pikir panjang memutus
Teriakan Alberto membuat dua insan di depannya terkejut, terutama Justin yang baru mengetahui hal ini. Dia sama sekali tidak tahu bagaimana kehidupan Callista sejak bergabung dengan Forezsther, ditambah Callista juga tidak mengatakan apapun tentang masa lalunya. Wajar saja kalau dia menjadi sangat terkejut ketika mendengar teriakan dari Alberto.Sementara Callista mengepalkan kedua tangannya dan berusaha menahan emosi. Dalam keadaan seperti ini, Alberto malah membahas hal masa lalu yang sama sekali tidak ingin dia ingat. Tidak seharusnya pria itu membahasnya, apalagi ada orang asing di ruangan ini yang mendengar apa yang dikatakan sang bos.“Kau yang memulai, Zouch! Jangan salahkan aku kalau aku berkata begitu kepadamu! Jika tidak aku ingatkan, mungkin kau sudah lupa bagaimana berjasanya aku di masa lalumu. Secara tidak langsung, aku adalah orang tua angkatmu. Walau tidak resmi, aku tetap memiliki hak untuk mengaturmu, apalagi kau ini anak buahku. Sudah aku tegas