Bab 94Tepat pukul delapan pagi, Mas Hasan sudah sampai di rumah kost Fika. Ibu kost memperbolehkan kami para orang tua untuk masuk ke kamar anak-anak. Kamar kost yang disewa oleh Fika beda dengan yang ditempati oleh Nesya, meski letaknya berdampingan. Istilahnya kamar Fika Vip, sedangkan yang ditinggali oleh Nesya yang regular saja.Wajah Mas Hasan terlihat sangat sumringah, wangi dan cara berdandannya pun sudah sedikit beda."Maaf ya Sayang, sudah lama nungguin ya? Agak macet nih tadi, karena kan memang weekend," ucap Mas Hasan sambil menyalami kami. Malas sih sebenarnya aku mencium punggung tangannya saat ini, tetapi demi sandiwara yang akan segera usai ini, aku tentu harus melakukannya.Aku hanya diam sambil tersenyum saja, sembari melihat penampilan Mas Hasan yang sedikit banyak berubah. Rambutnya dan kumis sudah dipotong dipadu dengan dandanan yang membuatnya terlihat lebih muda."Papa kelihatan seger banget sih. Sepertinya bahagia banget gitu deh hari ini!" tukas Fika sembari
Bab 95Akhirnya kami pun sampai di sebuah rumah makan yang dituju. Selama di dalam mobil tadi, aku sering kali bisa melihat dari kaca sein jika Mas Hasan sering kali mencuri pandang pada Nesya. Sepertinya dia kagum sekali pada gadis muda yang tak cantik itu, atau mungkin karena nafsu hewani yang sudah memuncak."Kita duduk di lesehan sebelah sana saja ya Mas, biar lebih lapang!" ucapku sambil menunjuk ke sebuah balai-balai berpikiran besar yang biasanya digunakan atau disewa oleh orang untuk acara pertemuan atau seminar."Boleh," jawab Mas Hasan dengan wajah yang sumringah.Segera kugandeng tangan Mas Hasan menuju ke sana, ke balai yang ternyata juga sudah ada beberapa pembeli yang duduk disana. Kebetulan memang ada satu meja lesehan saja yang tersisa."Hey! Ngapain kok tiba-tiba wajah kamu cemberut gitu sih?" Fika tiba-tiba bergumam saat kami masih berjalan bersama."Eh nggak kok, Fika!" Jawab Nesya dengan diselingi tawa lirih.Saat ini aku dan Mas Hasan bergandengan tangan dan berja
Bab 96Mau tak mau tentu saja akhirnya Mas Hasan pun tetap berada di tempatnya duduk, sembari beberapa kali melirik pada Nesya."Kalian berdua jangan terlalu terlihat gelisah gitu deh, nikmati saja sajian ini. Lakuin seperti biasa, anggap saja ini bagian dari sandiwara busuk kalian berdua!" ucapku penuh emosi."Tapi Tan---" Enak saja si Nesya mau berbicara, segera saja kuraruh tangan di depan mulut dan mengisyaratkan agar si pengkhianat itu diam. Lalu, aku pun meminta pada sang pembawa acara untuk melanjutkan pertunjukan ini. Tentu saja kami berempat sekarang langsung menjadi pusat perhatian, karena memang pasti ini suasana rumah makan sedang sangat ramai dan memang suasana seperti ini lah yang aku harapkan."Baiklah, anggap saja ini sebuah hiburan yang akan menemani santap pagi Anda semua. Mari saya perkenalkan secara langsung dengan artis kita hari ini. Nesya, si gadis yang tak begitu cantik tapi bisa mengumpulkan banyak uang dengan cara menjual dirinya pada Pak Hasan, yang tak lai
Bab 97"Dek, tolong hentikan semua ini! Kasihan juga kan si Nesya! Mas Hasan pun mulai berbicara dengan lirih tapi penuh dengan penekanan. Nampak dia sangat tak nyaman dengan semua yang terjadi ini.Layar putih hanya terus mengeluarkan suara ketika Nesya menelepon Mas Hasan, dan ketika gadis manis itu bergumam memang telah menjadi gundik suamiku itu. "Kasihan? Kamu ternyata penuh welas asih ya Mas. Tetapi sayangnya tak pernah memikirkan nasib kami, jadi anggap aja ini sebagai sebuah konsekuensi karena telah bermain api denganku!" jawabku dengan wajah datar.Enak saja dia bilang kasihan, ternyata rasa cintanya begitu besar pada Nesya. Bisa ditebak sebenarnya dia saat ini ingin sekali membawa Nesya pergi, namun sayang dua bodyguard yang aku sewa terlalu besar itu membuat nyalinya menciut.Aku pun kemudian memberikan isyarat pada MC untuk menunjukkan yang berikutnya."Nah, semua sudah selesai mendengarkan acara telepon ria itu kan? Sudah bisa mengumpulkan bukan? Bagaimana kelakuan gadis
Bab 98Pov Author Setelah kepergian Bu Dewi dan Fika. Pengunjung yang lain pun belum juga bubar, tetapi mereka malah sibuk mengolok pasangan sampah itu."Pergi kalian dari sini, jangan ganggu kami!" teriak Pak Hasan yang emosi karena banyak dari mereka yang meng-zoom wajahnya.Tetapi ucapan lelaki itu malah membuat mereka emosi, dan langsung saat itu juga mereka menarik paksa Pak Hasan dan juga Nesya dari rumah makan itu."Pergi kalian dari sini! Karena hanya bawa sial saja!" teriak seseorang.Bogeman mentah dan pukulan tentu saja mereka berdua terima. Namanya juga warga +62, tak afdol rasanya jika tak menyentuh sedikit tubuh para sampah itu."Cepat masuk ke mobil, Nes!" ucap Pak Hasan yang ingin menyelamatkan gundiknya sembari berlari ke arah parkiran.Dengan cepat gadis muda itu pun langsung masuk mobil, senyum pun kembali bisa terlihat di wajahnya."Ayo cepat kita pergi dari sini Om. Orang-orang disini ngeselin banget!" tukas Nesya yang sudah merasa aman. Tetapi memang saat ini su
Bab 99Pov Author "Ma, baik-baik saja kan?" tanya Fika pada sang Mama saat mereka berdua sudah berada di sebuah taksi online.Dengan cepat Bu Dewi mengangguk adnan menyuguhkan sebuah senyuman pada sang putri. "Tenang Sayang, mama baik kok. Bahkan amat baik untuk saat ini," jawabnya sambil menggenggam tangan Fika.Seluas Senyum pun balik disungingkan oleh Fika, ada rasa lega dalam hati ketika melihat sang Mama terlihat biasa saja. Padahal dia takut jika sang Mama nanti akan down."Alhamdulillah kalau gitu Ma, Fika senang sekali," tukas Fika."Mama pun merasa sangat lega Sayang. Semua sudah berakhir, dan untuk saat ini kita lah yang menjadi pemenangnya!" ucap Bu Dewi yang kini menitikkan air mata bahagia."Harusnya memang seperti itu dong Ma. Tak hanya di negeri dongeng saja sebenarnya kebaikan itu pasti akan selalu memang di akhirnya! Jawab dengan jujur pertanyaan Fika ini. Apa Mama sudah bisa merelakan Papa?" Fika bertanya dengan hati-hati saat ini.Berkaca dari kejadian enam bulan y
Bab 100Pov Author Nesya memang masih belum merasa kalah saat ini, karena dia pikir masih memilih banyak simpanan terutama berupa perhiasan itu. Karena dia juga tak tahu jika si Fika telah mengganti perhiasan emas asli itu dengan perhiasan imitasi. Oleh karena itu dia masih sangat percaya diri saat ini.Baginya tak masalah dengan acara dipermalukan seperti tadi, yang penting masih punya banyak harta. Dan juga, dia memang dari awal ingin memiliki Pak Hasan, dan sekarang hal itu menjadi kenyataan.Karena bagi Nesya, Pak Hasan bisa memenuhi sosok yang dia harapkan selama ini. Sosok seorang Ayah, seorang guru, seorang teman dan juga seorang kekasih. Semua bisa Nesya dapatkan dari Pak Hasan."Kepo banget sih kamu! Yang pasti aku akan tunjukan pada kalian, jika aku dan Om Hasan masih bisa bangkit meski kalian sudah merampas semuanya!"Pertemuan kembali dengan Bu Dewi dan juga Fika kali ini sesungguhnya memang tak diharapkan oleh Nesya. Namun, tentu ketika saling bertatap muka seperti itu.
Bab 101Pov Author "Hey! Kamu mau menipu saya ya?!" Pemilik toko berucap dengan sangat emosi, hingga membuang semua perhiasan imitasi itu ke arah Fika.Sontak saja Fika dan semua orang yang ada di dalam toko emas itu pun menjadi kaget dengan sikap sang pemilik toko bermata sipit itu. Dan, Pak Hasan pun tak terima dengan perlakuan pada gundiknya itu."Apa-apaan ini? Nggak sopan banget sih?!" ucap Pak Hasan yang langsung bangkit dari duduknya.Bukannya merendah, tapi si pemilik toko malah membelalakkan mata saat ini."Buat apa aku sopan pada penipu seperti dia? Cepat pergi dari sini sebelum aku memanggil polisi dan membuat kalian berdua tidur di hotel prodeo!" tegas sang pemilik.Mendengar ucapan itu, Nesya dan juga Pak Hasan pun langsung melongo tak mengerti bahkan sama seperti para pembeli yang lain. Mereka mulai bertanya sambil berbisik."Semua perhiasan yang dia bawa ini palsu! Pantas dong jika aku marah? Seperti ya dia ini mau menipu aku. Atau mungkin saja wanita ini gila!" tukas