Bab 93Pov AuthorPengkhianatan untuk kedua kali yang dilakukan oleh Pak Hasan, ternyata tak lagi membuat Bu Dewi menjadi down. Karena dia dan anaknya sudah belajar dari kejadian enam bulan yang lalu.Kesempatan yang ada sebelum nanti membuka semua kebusukan Pak Hasan dan Nesya, mereka telah memutuskan untuk mengamankan apa yang menjadi hak mereka.Meski memang dulu banyak harta telah mereka dapatkan dari Pak Hasan, karena memang lelaki ini kaya maka masih saja tersimpan banyak harta karun yang bisa dikeruk. Waktu enam bulan pun sudah bisa memberikan dia banyak uang lagi, karena memang dia seorang pebisnis dan kontraktor yang handal.Rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kedua setelah rumah pertama dulu telah dikuasai oleh Bu Dewi. Meski tinggal sedikit tetapi mereka masih berniat untuk mengambil semua harta Pak Hasan yang tersisa."Tak akan ada lagi kesempatan ketiga untuk kamu Mas! Kali ini kamu akan menderita sesungguhnya!" ucap Bu Dewi yang memang sudah emosi.Malam ini
Bab 94Tepat pukul delapan pagi, Mas Hasan sudah sampai di rumah kost Fika. Ibu kost memperbolehkan kami para orang tua untuk masuk ke kamar anak-anak. Kamar kost yang disewa oleh Fika beda dengan yang ditempati oleh Nesya, meski letaknya berdampingan. Istilahnya kamar Fika Vip, sedangkan yang ditinggali oleh Nesya yang regular saja.Wajah Mas Hasan terlihat sangat sumringah, wangi dan cara berdandannya pun sudah sedikit beda."Maaf ya Sayang, sudah lama nungguin ya? Agak macet nih tadi, karena kan memang weekend," ucap Mas Hasan sambil menyalami kami. Malas sih sebenarnya aku mencium punggung tangannya saat ini, tetapi demi sandiwara yang akan segera usai ini, aku tentu harus melakukannya.Aku hanya diam sambil tersenyum saja, sembari melihat penampilan Mas Hasan yang sedikit banyak berubah. Rambutnya dan kumis sudah dipotong dipadu dengan dandanan yang membuatnya terlihat lebih muda."Papa kelihatan seger banget sih. Sepertinya bahagia banget gitu deh hari ini!" tukas Fika sembari
Bab 95Akhirnya kami pun sampai di sebuah rumah makan yang dituju. Selama di dalam mobil tadi, aku sering kali bisa melihat dari kaca sein jika Mas Hasan sering kali mencuri pandang pada Nesya. Sepertinya dia kagum sekali pada gadis muda yang tak cantik itu, atau mungkin karena nafsu hewani yang sudah memuncak."Kita duduk di lesehan sebelah sana saja ya Mas, biar lebih lapang!" ucapku sambil menunjuk ke sebuah balai-balai berpikiran besar yang biasanya digunakan atau disewa oleh orang untuk acara pertemuan atau seminar."Boleh," jawab Mas Hasan dengan wajah yang sumringah.Segera kugandeng tangan Mas Hasan menuju ke sana, ke balai yang ternyata juga sudah ada beberapa pembeli yang duduk disana. Kebetulan memang ada satu meja lesehan saja yang tersisa."Hey! Ngapain kok tiba-tiba wajah kamu cemberut gitu sih?" Fika tiba-tiba bergumam saat kami masih berjalan bersama."Eh nggak kok, Fika!" Jawab Nesya dengan diselingi tawa lirih.Saat ini aku dan Mas Hasan bergandengan tangan dan berja
Bab 96Mau tak mau tentu saja akhirnya Mas Hasan pun tetap berada di tempatnya duduk, sembari beberapa kali melirik pada Nesya."Kalian berdua jangan terlalu terlihat gelisah gitu deh, nikmati saja sajian ini. Lakuin seperti biasa, anggap saja ini bagian dari sandiwara busuk kalian berdua!" ucapku penuh emosi."Tapi Tan---" Enak saja si Nesya mau berbicara, segera saja kuraruh tangan di depan mulut dan mengisyaratkan agar si pengkhianat itu diam. Lalu, aku pun meminta pada sang pembawa acara untuk melanjutkan pertunjukan ini. Tentu saja kami berempat sekarang langsung menjadi pusat perhatian, karena memang pasti ini suasana rumah makan sedang sangat ramai dan memang suasana seperti ini lah yang aku harapkan."Baiklah, anggap saja ini sebuah hiburan yang akan menemani santap pagi Anda semua. Mari saya perkenalkan secara langsung dengan artis kita hari ini. Nesya, si gadis yang tak begitu cantik tapi bisa mengumpulkan banyak uang dengan cara menjual dirinya pada Pak Hasan, yang tak lai
Bab 97"Dek, tolong hentikan semua ini! Kasihan juga kan si Nesya! Mas Hasan pun mulai berbicara dengan lirih tapi penuh dengan penekanan. Nampak dia sangat tak nyaman dengan semua yang terjadi ini.Layar putih hanya terus mengeluarkan suara ketika Nesya menelepon Mas Hasan, dan ketika gadis manis itu bergumam memang telah menjadi gundik suamiku itu. "Kasihan? Kamu ternyata penuh welas asih ya Mas. Tetapi sayangnya tak pernah memikirkan nasib kami, jadi anggap aja ini sebagai sebuah konsekuensi karena telah bermain api denganku!" jawabku dengan wajah datar.Enak saja dia bilang kasihan, ternyata rasa cintanya begitu besar pada Nesya. Bisa ditebak sebenarnya dia saat ini ingin sekali membawa Nesya pergi, namun sayang dua bodyguard yang aku sewa terlalu besar itu membuat nyalinya menciut.Aku pun kemudian memberikan isyarat pada MC untuk menunjukkan yang berikutnya."Nah, semua sudah selesai mendengarkan acara telepon ria itu kan? Sudah bisa mengumpulkan bukan? Bagaimana kelakuan gadis
Bab 98Pov Author Setelah kepergian Bu Dewi dan Fika. Pengunjung yang lain pun belum juga bubar, tetapi mereka malah sibuk mengolok pasangan sampah itu."Pergi kalian dari sini, jangan ganggu kami!" teriak Pak Hasan yang emosi karena banyak dari mereka yang meng-zoom wajahnya.Tetapi ucapan lelaki itu malah membuat mereka emosi, dan langsung saat itu juga mereka menarik paksa Pak Hasan dan juga Nesya dari rumah makan itu."Pergi kalian dari sini! Karena hanya bawa sial saja!" teriak seseorang.Bogeman mentah dan pukulan tentu saja mereka berdua terima. Namanya juga warga +62, tak afdol rasanya jika tak menyentuh sedikit tubuh para sampah itu."Cepat masuk ke mobil, Nes!" ucap Pak Hasan yang ingin menyelamatkan gundiknya sembari berlari ke arah parkiran.Dengan cepat gadis muda itu pun langsung masuk mobil, senyum pun kembali bisa terlihat di wajahnya."Ayo cepat kita pergi dari sini Om. Orang-orang disini ngeselin banget!" tukas Nesya yang sudah merasa aman. Tetapi memang saat ini su
Bab 99Pov Author "Ma, baik-baik saja kan?" tanya Fika pada sang Mama saat mereka berdua sudah berada di sebuah taksi online.Dengan cepat Bu Dewi mengangguk adnan menyuguhkan sebuah senyuman pada sang putri. "Tenang Sayang, mama baik kok. Bahkan amat baik untuk saat ini," jawabnya sambil menggenggam tangan Fika.Seluas Senyum pun balik disungingkan oleh Fika, ada rasa lega dalam hati ketika melihat sang Mama terlihat biasa saja. Padahal dia takut jika sang Mama nanti akan down."Alhamdulillah kalau gitu Ma, Fika senang sekali," tukas Fika."Mama pun merasa sangat lega Sayang. Semua sudah berakhir, dan untuk saat ini kita lah yang menjadi pemenangnya!" ucap Bu Dewi yang kini menitikkan air mata bahagia."Harusnya memang seperti itu dong Ma. Tak hanya di negeri dongeng saja sebenarnya kebaikan itu pasti akan selalu memang di akhirnya! Jawab dengan jujur pertanyaan Fika ini. Apa Mama sudah bisa merelakan Papa?" Fika bertanya dengan hati-hati saat ini.Berkaca dari kejadian enam bulan y
Bab 100Pov Author Nesya memang masih belum merasa kalah saat ini, karena dia pikir masih memilih banyak simpanan terutama berupa perhiasan itu. Karena dia juga tak tahu jika si Fika telah mengganti perhiasan emas asli itu dengan perhiasan imitasi. Oleh karena itu dia masih sangat percaya diri saat ini.Baginya tak masalah dengan acara dipermalukan seperti tadi, yang penting masih punya banyak harta. Dan juga, dia memang dari awal ingin memiliki Pak Hasan, dan sekarang hal itu menjadi kenyataan.Karena bagi Nesya, Pak Hasan bisa memenuhi sosok yang dia harapkan selama ini. Sosok seorang Ayah, seorang guru, seorang teman dan juga seorang kekasih. Semua bisa Nesya dapatkan dari Pak Hasan."Kepo banget sih kamu! Yang pasti aku akan tunjukan pada kalian, jika aku dan Om Hasan masih bisa bangkit meski kalian sudah merampas semuanya!"Pertemuan kembali dengan Bu Dewi dan juga Fika kali ini sesungguhnya memang tak diharapkan oleh Nesya. Namun, tentu ketika saling bertatap muka seperti itu.
Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda
Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t
Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di
Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai