Gaada yang namanya kebetulan, semua udah ditentuin. Semua ini, Takdir.
“Heh! Ngomel mulu, lo!”
“Ggg-Gio?”
Itu, Gio. Sejak kapan dia ada disini? Serem banget si, tiba-tiba muncul. Bikin kaget aja.
“Iya, kenapa?” Tanya Gio mengejutkan lamunanku.
“K-kok, ada disini?”
“Ya emang ini bukan tempat umum?” Ucapnya sambil duduk di kursi sebelahku. “Kenapa, si? Tadi ngomel-ngomel gak jelas, sekarang ngelamun gitu.”
“Hm? Gapapa. Btw, dari kafe juga? Kok, gak lihat?”
&nbs
Kadang, apa yang kita takutin hari ini, itu yang akan kita hadapi besok. Kini, Alisha, Ayza, Alwi (Ayah Alisha) dan Dewi (Bunda Alisha) sedang berada dimeja makan untuk makan malam. “Oh iya, Cha, besok kamu ada dirumah aja ‘kan? Maksudnya kamu gaada acara keluar rumah?” Tanya Dewi tiba-tiba. Alisha yang sedang mengunyah makanannya berhenti sejenak, “Iya, Bund. Aku besok gaakan kemana-mana kok. Ada apa emangnya?” Tanya balik Alisha. “Besok Ayah sama Bunda mau ngajakin kamu sama Ayza buat ke restoran yang dulu biasa kita kunjungin, udah lama juga kan ya, gak kesana. Ada yang mau Ayah dan Bunda omongin juga sama kamu dan Ayza.” Jelas Dewi 
Aku melangkahkan kakiku dengan semangat. Hari ini, hari Senin, hari kelulusan SMA-ku. Aku berangkat dengan Kak Ayza, dia kakakku, biasa aku panggil Kak Za. Karena orangtuaku sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaannya, jadi, Kak Za yang mendampingiku. “Kak ayo! Aku udah siap nih.” Ucapku sambil menuruni anak tangga. “Eh, Cha, Kakak udah cakep belum?” Tanyanya tiba-tiba. “Aish, apaan sih, udahlah, ayo berangkat! Nanti kita terlambat!” Ucapku sambil memakai kacamata kesayanganku. “Eh, serius, lohh, kan Kakak mau nemenin kamu. Ini acara Graduation loh, masa iya, dandanan Kakak
Indah semua cerita ketika kita bersama. Sampai membuatku lupa, bahwa semua yang indah, tak akan pernah bertahan selamanya. “Eh, nanti aja deh, Cha! Itu liat, udah mau mulai acaranya,” ucap Fito ketika melihat pembawa acara sudah memulai acara. “Lo, udah deh! Gapapa, for the last inget.” Sanggah Andi. “Gapapa, Ndi. Emang udah mau mulai juga acaranya,” ucapku “Nanti ya, Tan. Beres acara, kita bicara. Aku tunggu ditaman.” Lanjutku sambil menatap Tristan. “Yaudah, Sha. Fit, Ndi, Kak, gue kesana dulu ya.” Pamit Tristan. “Iya, hati-hati lo, nanti nabrak orang!” Ucap Fito ke
Mungkin, memang seharusnya dari awal kita berpisah, kita memang benar-benar berpisah.Ini menyakitkan hanya untuk sekedar melihatmu dengan temanku. “Eh, Sha, kamu udah nyampe? Maaf ya lama.” Aku menoleh kesebelahku, ternyata Tristan sudah duduk disebelahku, aku mulai menguatkan hatiku untuk mengakhiri semuanya. “Nggak kok, aku baru nyampe juga. To the point aja ya Tan, sebenernya, ada yang mau aku omongin juga sama kamu,” ucapku langsung pada intinya. “Oh, gitu, yaudah kamu duluan Sha.” Aku mengambil kotak yang tadi aku bawa dan langsung memberikannya kepada Tristan, “Ini, aku mau ngasih ini dulu, d
Aku memasuki rumahku, dan ternyata, Kak Ayza masih belum pulang. Aku pun langsung bergegas masuk ke dalam kamarku. Aku memandang buket bunga dan sebuah kotak pemberian Tristan. Aku menyimpan terlebih dahulu buket bunga, dan beranjak membuka kotak. Kotak berwarna abu dan biru, yang merupakan warna kesukaanku dan juga Tristan. Didalamnya, berisikan sebuah potoku bersama Tristan, dan juga satu potoku dengan berlatar senja, dibawahnya terdapat tulisan, lihat kebelakang ya!. Ah, ternyata ada kata-kata.Hallo senja!Mungkin kamu pertama baca ini ya, hehe maaf kalo salah.First of all, I will say thank you for you, Alisha Ri
Kebahagiaan mu, tidak selamanya tentang pasangan. Coba lihat sekitarmu, ada sahabat yang selalu peduli padamu. Jangan merasa sendiri ya, ingat sahabatmu selalu ada untukmu. “ICHAAAAA! SINI DONG, KITA UDAH NYAMPE NIH!” Teriak seseorang diruang tamu. Ya, aku sudah tahu, itu pasti Andi. Kemarin aku mengundang Andi dan Fito untuk kerumah. “Ck, lo tuh, ya! Pelan-pelan, liat noh, gak sopan ada Bunda sama Ayah!” Ucap Fito. “Dih, biasanya juga lo yang kayak gitu! Dasar pencitraan!” Akupun bergegas keluar kamar dan menuruni tangga menuju ruang tamu. “Hallo, teman-teman! Apa kabar hari ini?” Ucapku. 
Hari ini, hari dimana aku meninggalkan rumah ini. Sudah banyak sekali kenangan yang terjadi. Biarlah tersimpan dengan baik dirumah ini. Aku sudah siap dengan semua barangku, kini aku sedang memakai make up, tipis-tipis saja biar tidak terlalu pucat. Hari ini aku juga memakai hoodie pemberian Tristan. Jika kamu berfikir aku masih memikirkannya, iya, pasti. Karena, tidak semudah itu melupakan seseorang. Namun, jika berfikir lagi aku memakai hoodie ini karena itu, itu salah. Aku hanya menghargai pemberian seseorang. Tidak apa, aku harus dewasa dalam menghadapi masalah ini. Aku tidak boleh lagi bersikap kekanak-kanakan, hanya karena memakai hoodie ini aku tak boleh goyah dengan pendirianku, untuk melupakan dia.&n
Kadang, kehilangan seorang sahabat lebih menyakitkan daripada harus berpisah dengan kekasih. Kini, aku, Fito dan Andi sedang berada didalam mobil dalam perjalanan menuju rumah baruku. “Eh, Ndi, Fit gue mau nanya deh.” Ucapku tiba-tiba ketika teringat suatu hal. “Apaan?” Timpal Fito yang kini duduk disebelahku. “Hmm, gatau ya sebenernya gue gak bermaksud apapun si, cuman pengen aja gitu nanya gini. Kalo nanti nih, kalian udah punya pacar masing-masing, apa kalian bakalan masih ada buat gue? I mean, buat sekedar dengerin curhatan gue gitu, ya meskipun gue sadar kalo kalian udah punya pacar pasti ada seorang wanita lagi yang harus diperhatiinkan? Yang jadi prioritas kalian,” tanyaku.