Kami membangun rumah impian kami. Suamiku juga membuat rumah itu atas nama ku dan juga kebahagiaan kami yang sebentar lagi akan memiliki anak dia tidak ragu melakukan itu karena katanya anak dan diriku lebih berhak atas dirinya. Aku sangat bahagia dipertemukan oleh laki-laki yang baik seperti Mas Aryo yang bisa memberikan aku kebahagiaan. "Riana, kamu jadi pindah?" kata Mas Ferdi saat kami sibuk berbenah barang-barang yang akan membawa kami ke rumah baru. "Alhamdulillah, Iya, Mas." Aku melihat wajah kecewa Mas Ferdi ketika aku mengatakan akan pindah rumah. Saat itu Mas Aryo juga melihat kami sedang berbicara dan dia segera menghampiri. "Terima kasih Ferdi karena selama ini sudah menjadi tetangga yang baik bagi kami.""Kalian pindah ke mana? Bagaimanapun Dini adalah anakku dan aku berhak untuk tahu di mana kepindahan kalian karena aku ingin bertemu dengan Dini seterusnya dan kalian tidak boleh menghalang-halangi aku!" kata Mas Ferdi. "Tentu saja aku akan memberikan alamatnya kepad
TAK DI BERI SERAGAM KELUARGA SEASON2 BAG 1. **POV FERDI. hatiku begitu hampa dengan kebohongan yang diciptakan Felisha. Kenapa dia tega sekali membohongi ku di saat aku sudah mulai percaya dia. Sampai anaknya lahir aku tetap percaya kepadanya kalau itu adalah anakku. Kenyataannya itu bukan anakku sampai sekarang aku juga nggak tahu Itu anak siapa. Tapi tes DNA membuktikan kalau bayi yang dilahirkan Felisha memang bukan anakku. Malam ini aku merasa benar-benar terpuruk. Saat rumah di sebelah kami sudah tidak ada lagi penghuninya. Biasanya tinggal Riana bersama Aryo dan juga Dini anakku di sana. Aku juga baru tahu kalau mereka sebenarnya tetangga ku tapi kenapa aku baru tahu sekarang dan hanya sebentar aku mengetahui dia tetanggaku. Tapi sekarang mereka sudah tidak ada lagi di sini membuat hatiku sedih. Aku berpikir beberapa saat. Apakah Riana mau kembali lagi kepadaku. Entah kenapa aku menyesal menceraikan dia aku membuang berlian berharga dan mendapatkan batu akik. Tidak seperti
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA S2 BAB 2. **PoV FERDI.Kulihat Riana sudah keluar dari rumah yang ada di samping rumah kontrakan kami. Rumah kontrakan kami itu berjejer jadi dia tinggal di sebelah rumahku. Aku sangat miris dari dulu sampai sekarang Riana selalu saja ingin membeli rumah sendiri. Tetapi bersamaku justru dia tidak mendapatkan hal tersebut. Pernah suatu saat kami itu saling bercerita satu sama lain di mana Riana mengatakan kalau lebih bagus kami menabung bersama-sama. Tidak boleh ada uang yang seharusnya ditutup-tutupi. Tapi aku sama sekali nggak mau hal itu terjadi karena bagiku uangku adalah milikku dan bukan punya Riana. Jadi aku bebas sesuka ku melakukan apa saja dengan uang yang ku dapatkan dari pekerjaan. Padahal aku menyadari tujuan Riana sebenarnya baik. Agar kami memiliki rumah bersama tidak perlu mengontak rumah lagi di dekat rumah ibu yang dulu selalu saja mengatur-ngatur kehidupan kami sebagai suami istri. Namun nasi sudah menjadi bubur. Aku menyesali segalany
TAK DIBERI SERAGAM KELUARGA BAG 3 S2. **PoV FERDI**"Riana, ini sudah malam apakah kamu nggak bisa menginap di sini aja?" tanyaku ke Riana. Perkataan itu terlontar begitu saja. Entah kenapa aku ingin melihat Riana dan Dini lebih lama lagi. Aku juga baru tahu mereka tetanggaku dan aku belum menikmati masa-masa bersama mereka. Kalau saja aku tahu lebih lama mereka tetanggaku mungkin aku bisa betah di rumah dan tidak perlu banyak keluar rumah bisa mengamati Riana. Walaupun dia bukan Istriku lagi. Dia tertawa kecil. Entah kenapa tawanya Itu membuat hatiku gusar. Hatiku gusar, aku hanya bisa melihatnya tidak bisa melakukan hal lebih seperti dulu lagi. Kenapa rasa itu bisa sesakit ini tapi begitulah kehidupan. Ku melepas sesuatu yang seharusnya tidak ku lepaskan. Namun justru aku harus kehilangan segalanya setelah Riana pergi dariku dan itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku yang tidak bisa hindari dan membuatku semakin terpuruk sedih ketika mengingat itu. "Maaf, Mas Ferdi kaya
Hanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku **[Bilang sama Riana, Ferdi. Kamu jadi suami kok lembek amat. Masa dia gak datang kemarin. Dua hari lagi Yumna menikah. Adek kandung kamu kawin. Jadi kamu bilangin sama bini kamu suruh datang.] [Ia, jadi suami jangan takut sama istri. Apalagi pekerjaan kamu bagus. Gara-gara dia gak datang Ibu kemarin repot harus bayar orang lebih buat cuci piring. Ibu gak mau tahu kamu suruh dia datang dua hari lagi ke pesta pernikahan Yumna.] [Setuju. Yumna juga kesal. Kan malu di acara lamaran juga gak datang. Mbak Riana di tanyai saudara tahu gak, Mas.]Aku membaca satu persatu pesan-pesan yang mereka kirimkan ke grup wa. Sakit hatiku membacanya. Baru dua kali tak datang ke hajatan keluarga Mas Ferdi tapi aku udah di bicarakan seakan aku penjahat di keluarganya. Aku sengaja menyadap wa suamiku. Percuma aku datang kalau gak dianggap. Mereka cuma butuh tenagaku saja. Sementara Mas Ferdi dan keluarganya gak pernah datang ke hajatan keluarg
Hanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku. Bag 2 **"Riana. Apa-apaan kamu!" kata Ibu marah padaku. Aku mendengkus kesal saat dia menarik tanganku untuk menjauh dari pelaminan itu seakan-akan aku memang tidak pantas berada diantara keluarga besar mereka. Yang membuat hatiku sakit adalah Mas Ferdi diam saat Ibunya bersikap kasar padaku, hanya Dini yang ada di sampingku. Anakku yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah. Apa saja akan aku ceritakan kepadanya. Tentu saja itu kulakukan saat dia tidur agar aku tidak terlalu depresi menghadapi kelakuan keluarganya. "Apa-apaan sih, Bu." "Kamu jangan mengacau di sini Riana! Tugas kamu di dapur. Pergi kamu dan jangan ngaku-ngaku kamu!" Mata Ibu mendelik melihatku. Seakan bola matanya mau keluar karena dia gak suka dengan tingkahku yang mempermalukan keluarganya jika aku ikut berphoto di sana bersama mereka. Melihat pertikaian kami anakku, Dini menangis. Anak ku itu hampir empat tahun dan terkejut melihat perlakukan nenekn
Hanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku BAG 3. **Aku pulang saja ke rumah dengan perasaan jengkel. Aku udah gak mau lagi di bodoh-bodohi keluarga suamiku terutama Ibu mertua, Mbak Rahmi, serta perkataan pedas Yumna yang menyakitkan hatiku. Aku yakin kalau tindakan mereka kepadaku pasti akan mendapatkan balasannya. Karena selama ini aku sudah menghormati mereka layaknya keluarga sendiri. Membantu mereka bila ada hajatan. Aku mengerjakan dengan tulus ikhlas. Bahkan aku rela berada di belakang sementara mereka bercengkrama di depan. Aku kerjakan semua karena bakti kepada suami dan bakti ke keluarganya. Namun, Bu Sutinah pernah kudengar berkata pada tetangga lain. Dia menceritakan diriku. Katanya kok mau ya di bodohi mertua. Padahal dia sering loh di jelek-jelekkan mertuanya. Tapi, masih aja mau bantu mertua. Saat itu aku tak terlalu percaya dengan perkataan Bu Sutinah karena dia cuma tukang gosip. Namun, setelah aku menyadap WA suamiku dan terpampanglah grup keluarg
Hanya Aku Yang Tidak Diberi Seragam Oleh Keluarga Suamiku BAG 4. **PoV Ferdi. **Hal yang sangat sulit kulakukan adalah berbaur dengan keluarga Riana. Entah mengapa aku sulit untuk duduk-duduk bersama dengan keluarganya. Aku memang tidak pernah datang ke hajatan keluarga Riana jika mereka mengadakan syukuran atau apapun yang datang hanya Riana saja ke kampung dan aku tidak. Bisa dikatakan Aku menikah dengan Riana karena terpaksa. Dia perempuan yang sabar menurutku. Dia juga bisa berbaur dengan keluargaku. Walaupun keluargaku tidak menyukainya. Namun, Mereka takut terjadi apa-apa dengan diriku setelah aku putus dengan Felisha. Mau bagaimana lagi keluarga Felisa tidak bisa menerimaku karena status sosial kami yang berbeda. Apalagi aku hanyalah anak pensiunan biasa. Sedangkan orang tua Felisa itu memiliki usaha sendiri. Dia adalah gadis terpandang. Karena aku putus darinya membuat diriku sedikit terguncang. Tak sengaja aku bertemu dengan Riana. Dia awalnya bekerja sebagai tenaga ho