Share

9. KESALAHAN BESAR

Author: lyns_marlyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dokter Virgolin tercengang, apa yang barusan dilakukannya sangat diluar nalar. Tangan yang memegang belati langsung dilepas, tapi belati tak jatuh.

Pangeran Pisceso menunduk melihat ke bagian perutnya sendiri. Belati emas kesayangannya, tertancap manis di perut berototnya.

"A-apa, apa yang telah ku lakukan?!" Dokter Virgolin menatap tak berkedip pada perut Pangeran Pisceso. 

Panas dan perih menjalar ke seluruh tubuh Pangeran Pisceso. Jari tangannya meraba berlati. Cairan merah kental begitu nyata nampak di jarinya.

"A-aku ,,,," gugup Dokter Virgolin. "A-aku ti-tidak sengaja," ucapnya terbata.

"Kau ,,," Pangeran Pisceso tak bisa berkata, wajahnya meringis menahan sakit. 

Dokter Virgolin menutup bibir dengan kelima jari tangan kanannya begitu melihat jari tangan Pangeran Pisceso berlumur darah.

Semua orang terkejut, apalagi sang raja dan Tabib Cole.

"Apa yang kau lakukan?! Kau, kau ,,," seru Tabib Cole.

"A-aku tidak sengaja," ucap Dokter Virgolin ketakutan, melihat ke semua orang satu per satu sampai tatapannya bertabrakan dengan Raja Theodore.

"Kau pembunuh!" seru Raja Theodore. "Tangkap wanita itu!"

"A-aku tidak se-sengaja." Betapa takutnya Dokter Virgolin melihat prajurit berpakaian lengkap langsung mengepung dirinya. 

Pangeran Pisceso meringis kesakitan, "isshhh." Tubuh tinggi dan kekarnya ambruk di tanah.

Dokter Virgolin melihat Pangeran Pisceso dan berseru. "Jangan, jangan kamu cabut belatinya!" Dengan cepat Dokter Virgolin duduk di samping tubuh Pangeran Pisceso yang telentang di tanah menahan sakit.

"Jangan sentuh putraku!" Suara menggelegar Raja Theodore memenuhi sekitar.

Dokter Virgolin tidak peduli. Segera dirobeknya ujung rok yang sedang dipakainya. Kemudian meminta Tabib Cole untuk membantunya. "Cepat bantu aku! Tekan kain ini dengan kuat di sini ketika aku mencabut belati ini!"

Tabib Cole kebingungan, hanya berdiri saja melihat Pangeran Pisceso.

"Cepat!" bentak Dokter Virgolin. "Aku akan menarik belati ini untuk menolongnya!"

Tabib Cole langsung duduk di samping Pangeran Pisceso, berseberangan dengan Dokter Virgolin. 

"Begitu belati ini aku cabut, kau langsung menekan lukanya dengan kain ini kuat-kuat!" Dokter Virgolin memberi pengarahan. "Kau mengerti?!"

Tabib Cole mengangguk. 

Suara keras dari Raja Theodore kembali terdengar. "Apa yang kau lakukan pada putraku?!"

Dokter Virgolin tidak peduli dengan Raja, tangan kanannya bersiap hendak menarik belati, tapi seseorang menarik tubuhnya ke belakang.

"Hentikan! Apa kau mau membunuhnya?!" Jenderal Axel begitu marah pada Dokter Virgolin.

"Aku akan menolongnya!" tak kalah galak Dokter Virgolin menjawab. Dengan cepat segera duduk kembali di samping Pangeran Pisceso. Kemudian memberikan aba-aba pada Tabib Cole untuk bersiap.

"Aaaaaa,,," jerit panjang kesakitan ke luar dari bibir bergetar Pangeran Pisceso ketika belati yang menancap di perut berototnya ditarik Dokter Virgolin.

Tabib Cole dengan sigap segera menekan luka dari belati yang tercabut untuk menghentikan darah yang ke luar. 

Dokter Virgolin juga melakukan hal yang sama, hatinya begitu sangat bersalah apalagi melihat wajah Pangeran Pisceso penuh keringat menahan sakit yang sangat luar biasa.

"Aaa,,," rintihan ke luar dari bibir Pangeran Pisceso, tatapannya kosong melihat wajah Dokter Virgolin.

"Tabib, tolong ambilkan obat pereda nyeri dari dalam tasku," pinta Dokter Virgolin. 

"Tapi ,,,," 

"Biar aku yang menekan luka ini! Cepat!" seru Dokter Virgolin.

Segera Tabib Cole membuka tas Dokter Virgolin. "Yang mana?!" tanyanya bingung apa yang harus diambil.

"Itu!" tunjuk Dokter Virgolin dengan matanya. "Yang wadah kecil itu!"

"Ini!" Tabib menunjuk pada benda lain.

"Botol kecil!" seru Dokter Virgolin kesal.

Wajah Pangeran Pisceso begitu pucat, sakit di perutnya sangat luar biasa. Walau sering terkena luka setiap pulang dari medan perang, tapi baru kali ini merasakan perutnya ditusuk. 

Dengan cepat Dokter Virgolin segera mengeluarkan dua butir pil dan segera memasukannya ke dalam mulut Pangeran Pisceso. "Cepat telan obat ini biar lukamu tidak terlalu sakit!"

Semua orang berdiri melihat apa yang dilakukan Dokter Virgolin. Begitu juga dengan Raja Theodore.

Perlahan napas Pangeran Pisceso berangsur normal. Sakit di perutnya tidak begitu terlalu nyeri seperti tadi. 

"Untung kamu punya otot perut yang kuat, jadi belati tadi tidak terlalu dalam masuk ke dalam perutmu," celoteh Dokter Virgolin merasa lega melihat Pangeran Pisceso sudah tenang walau ada meringis di wajahnya. "Kamu juga, kenapa tidak menghindar sewaktu aku menusuk perutmu itu?! Bukankah kamu hebat bermain pedang, menghadapi belati kecil saja tidak bisa!" cerocos Dokter Virgolin tidak menyadari semua orang menatap geram padanya.

"Tutup mulutmu!" bentak Raja Theodore. "Pengawal! Bawa wanita ini dari sini! Kurung dia!"

Dua orang pengawal bertubuh besar langsung maju hendak menarik tangan Dokter Virgolin dari samping Pangeran Pisceso, tapi tanpa diduga, Pangeran Pisceso melarangnya. 

"Apa maksudmu?!" tanya raja pada putranya.

Pangeran Pisceso mengambil napas terlebih dahulu sebelum bicara dengan menahan sakit. "Ayahanda, tabib dari langit tidak sengaja melakukan itu semua," ucapnya pelan.

Dokter Virgolin langsung mengangguk berulang-ulang. "Iya, iya betul apa yang kamu katakan itu. Aku memang tidak sengaja! I'm swear!" sambil mengacungkan dua jarinya ke atas.

"Ayah," panggil Pangeran Pisceso. "Aku tidak apa-apa. Ayah jangan khawatir. Bagiku, ini hanya luka kecil," sambungnya menenangkan ayahnya kemudian berusaha untuk duduk. 

"Eh, kamu mau apa?! Jangan duduk! Nanti lukamu mengeluarkan darah lagi! Jangan banyak bergerak! Sebentar lagi, aku akan menjahit lukamu itu!" tukas Dokter Virgolin.

"Apa?!"

"Iya, aku akan menjahit lukamu itu!" Dokter Virgolin kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan alat bedahnya lagi.

Pangeran Pisceso termangu melihat beberapa alat bedah yang ada di tangan Dokter Virgolin.

"Tabib Cole, bantu aku menjahit lukanya Pangeranmu ini!" pinta Dokter Virgolin. "Seperti tadi sewaktu menjahit lukanya ratu. Eh, siapa nama ratumu itu?!" tanya Dokter Virgolin seperti sedang bicara dengan seorang teman.

"Yang Mulia Ratu Eleanor," jawab Tabib.

"Bagus sekali namanya, Ratu Eleanor. Tapi ngomong-ngomong, seharusnya ratumu itu sudah siuman."

Mendengar apa yang dikatakan Tabib dari langit, semua orang yang mengelilingi Pangeran Pisceso melihat ke arah Ratu yang dijaga Jenderal Axel.

Tepat sekali perhitungan Dokter Virgolin. Tak lama kemudian terdengar suara lirih dari bibir Ratu Eleanor.

"Ratu telah siuman!" seru Jendral Axel.

Raja secepat kilat langsung mendekati istrinya. Kedua kelopak mata Ratu Eleanor terlihat bergerak. 

Suara lirih ke luar dari bibir Ratu Eleanor. "Nghh, hhh."

"Sayang, istriku!" Dengan perasaan terharu, Raja meraih tangan Ratu Eleanor. "Akhirnya kamu siuman juga. Kamu tidur begitu lama, aku sangat khawatir."

Ratu Eleanor perlahan membuka mata, sejenak terdiam mengumpulkan kesadarannya. "Sakit," gumamnya lirih, meringis ketika merasakan leher sampai dada terasa perih.

"Iya, istriku. Aku tahu, kamu pasti kesakitan, tapi aku juga tahu, kamu wanita yang kuat. Tetap bertahan, demi aku," ucap Raja pelan dengan tangan mengelus lembut rambut Ratu Eleanor. "Maafkan aku, tidak bisa melindungimu."

Ratu Eleanor tersenyum. "Ini bukan salahmu. Aku yang bodoh, tidak bisa melindungi diri sendiri."

Selagi semua orang terfokus dengan Ratu Eleanor yang baru saja bangun dari tidur panjangnya. Dokter Virgolin dan Tabib Cole sedang berjuang merawat luka tusuk diperut berotot Pangeran Pisceso.

Related chapters

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   10. INGKAR YANG IMPAS

    Jerit kesakitan tertahan ke luar dari bibir bergetar Pangeran Pisceso. Luka yang ada di perutnya sedang dijahit Dokter Virgolin dengan peralatan dan obat yang seadanya. "Sudah selesai," ucap Dokter Virgolin tersenyum puas melihat luka tusuk yang diakibatkan dirinya telah selesai dijahit. "Otot perutmu sangat kuat dan juga ,,,," Dokter Virgolin menatap kagum wajah Pangeran Pisceso yang penuh keringat. "Kamu sangat luar biasa! Tanpa pembiusan, bisa menahan jarum yang menjahit lukamu. Aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan padamu."Pangeran Pisceso terbaring lemah di tanah. Kedua bola matanya menatap langit. "Lupakan apa yang telah terjadi. Aku anggap hutangku impas padamu.""Maksudnya?!" tanya Dokter Virgolin."Aku telah berjanji padamu akan mengembalikan kamu ke duniamu lagi setelah mengobati dan menyembuhkan ibunda ratu, tapi aku malah melanggar janjiku karena aku tidak punya pilihan lain selain menahanmu di sini sampai ibunda ratu sembuh."Dokter Virgolin menoleh pada tempa

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   11. SALING MENCURIGAI

    "Tapi dari tadi kita bicara. Aku belum tahu siapa namamu?" tanya ratu berusaha bicara menyesuaikan diri dengan cara bicara Dokter Virgolin."Virgolin Asteria. Nyonya bisa memanggilku Virgo. Aku seorang dokter kecantikan."Raja dan ratu kembali saling berpandangan, tak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita di depannya."Dokter?!" tanya ratu penasaran. "Apa Dokter itu sama dengan tabib di istana kami?!""Ya semacam itulah," jawab Dokter Virgolin. Tangan sedang mencari kartu nama di dalam tas, jarinya menyentuh ponsel yang telah dilupakannya. "Astaga! Ponsel! Aku sampai melupakan ponselku! Oh Tuhan, penyelamatku!"Dokter Virgolin sangat gembira, tertawa senang mengambil ponsel.Raja dan ratu memperhatikan apa yang sedang dipegang Dokter Virgolin, benda aneh yang belum pernah mereka lihat.Ponsel dalam keadaan mati langsung diaktifkan. Tangannya naik ke atas berharap ada sinyal. "Ya Tuhan, kenapa ponselku begini?!" Dokter Virgolin tak melihat satu garis sinyal pun di layar ponsel. "Ap

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   12. ISTANA VORESHAM

    Emi menghindari serangan mendadak dari Rose. "Pangeran Pisceso terlalu berharga untuk aku lupakan!" serunya."Tapi kau harus bisa melupakannya!" Rose kembali melemparkan adonan kue. "Berhentilah bermimpi di siang hari bolong! Lama-lama kau bisa gila!" "Aku memang sudah gila. Hi-hi-hi." Gila karena menyukai seorang Pangeran."Rose geleng-geleng kepala. "Dasar tidak waras! Awas saja kalau kau menangis gara-gara cintamu yang bertepuk sebelah tangan itu!"Emi jadi diam. "Aku tidak mau tidurku terganggu gara-gara kau yang menangis karena mengharapkan Pangeran Pisceso. Seharusnya kau bersyukur masih bisa berteman dengannya. Kita ini hanya rakyat jelata, jangan bermimpi yang muluk-muluk, nanti kita sendiri yang akan merasakan sakitnya." Rose melihat Emi yang terdiam. "Kamu paham bukan dengan apa yang kukatakan ini?!"Emi menghela napas. Bagi Rose itu hal yang sangat mudah mengatakan lupakan Pangeran Pisceso karena dia tidak punya perasaan apa-apa, tapi bagi dirinya sendiri, itu adalah hal

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   13. DEMAM

    Setelah itu, Pangeran Pisceso memerintahkan beberapa dayang istana untuk membersihkan pondok, tempat yang akan dipakai sebagai tempat istirahat sementara tabib agung selama tinggal di istana.Kehebohan terjadi di tempat lain, tapi masih di dalam istana. Mentri Kenzo nampak antusias bertanya pada Jenderal Axel."Jadi benar apa yang telah dikatakan oleh para prajurit tadi?!" tanya Kento ketika berpapasan dengan Jendral Axel."Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaanmu!" "Wanita itu! Wanita aneh yang datang bersama kalian, apa benar dia tabib sakti dari langit?! Putra Mahkota Pisceso Helios yang telah membawanya ke sini dari dunia lain.""Dari siapa berita itu?!" tanya Jenderal Axel dengan suara beratnya."Aku mendengar dari para prajurit yang terluka. Mereka bilang melihat Pangeran Pisceso masuk ke sebuah cahaya dan tak lama kemudian ke luar dengan membawa wanita itu. Apa yang mereka katakan itu benar atau tidak?!"Jenderal Axel tidak bicara lagi. Langsung pergi meninggalkan Mentri Ke

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   14. MALAM PERTAMA DI DUNIA ASING

    Bulir-bulir keringat dingin, nampak jelas terlihat di kening Pangeran Pisceso. Bibir pucat serta tubuh demam terbaring lemah di atas tempat tidur. "Tahan sebentar rasa sakitmu ini. Aku yakin kamu pasti kuat," bisik Virgolin melihat luka yang kembali berdarah. "Aaa,,," jerit tertahan ke luar dari bibir Pangeran Pisceso begitu luka di perutnya dibersihkan dari darah. "Sshh,,,""Tahan." Dokter Virgolin dengan cekatan mulai mengobati luka yang diakibatkan olehnya. Tak lama Axel datang bersama Tabib Cole, langsung menyeruduk masuk duduk di dekat Dokter Virgolin. "Sudah selesai?!" tanya Tabib Cole melihat luka yang ada di perut Pangeran Pisceso telah ditutup kembali dengan kain. "Kelihatannya bagaimana?!" tanya Virgolin padaTabib Cole. "Darimana saja sih loe?! Putra mahkotamu hampir saja the end, gue kerepotan sendiri!"Axel dan Tabib Cole saling berpandangan, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan tabib dari langit."Sekarang kamu istirahat! Aku juga ingin istirahat. Rasanya lelah

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   15. AYAH, IBU, AKU INGIN PULANG

    Pelayan wanita yang bertugas dibagian dapur segera mendekati Axel begitu melihat jenderal tersebut datang."Siapkan makanan!" perintah Axel dengan suara beratnya."Baik jenderal."Tak membutuhkan waktu lama, Axel sudah kembali ke pondok di mana Dokter Virgolin tinggal. Pintu dibuka perlahan dari dalam. "Ada apa lagi?!" tanya Virgolin heran. "Bolak balik, kau sangat menggangguku!" Axel memberikan nampan yang terbuat dari kayu. "Makanlah ini! Jangan sampai kau sakit karena tidak makan.""Eh,,, eh,,," Virgolin mau tak mau menerima nampan yang diberikan dengan paksa bahkan hampir saja jatuh karena tak siap menerima nampan yang cukup berat.Setelah itu, Jenderal Axel pergi tanpa bicara sedikitpun. "Astaga!" Virgolin geleng-geleng kepala dengan tingkah Jenderal Axel. "Benar-benar aneh ini orang!"Nampan ditaruh di atas meja. Virgolin melihat satu per satu makanan yang ada di atas piring kecil-kecil yang terbuat dari tanah liat. "Apa ini?!" gumamnya memperhatikan dengan seksama salah sat

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   16. TAKDIR YANG MEMBAWANYA

    Suara ketukan di pintu depan pondok menyadarkan Virgolin dari kebingungan harus memakai baju apa sebagai ganti baju yang dipakai."Tunggu sebentar," jawab Virgolin bangun dari tempat tidurnya.Dua dayang istana berdiri depan pintu langsung memberikan salam hormat begitu Virgolin ke luar. "Ada apa?!" tanya Virgolin membuka pintu lebar-lebar.Salah satu dayang bertubuh pendek memperlihatkan wadah panjang mirip nampan ditutup kain putih berenda."Apa ini?!" tanya Virgolin melihat wadah yang ditutup kain putih berenda.Kedua dayang tersebut masuk ke dalam pondok kemudian menaruh wadah yang ditutup kain putih berenda tersebut di atas meja. "Apa ini?!" Virgolin mengulang pertanyaannya. "Ini hadiah dari Yang Mulia Ratu Eleanor," jawab salah satu dayang."Hadiah?!" Virgolin langsung membuka kain putih berenda tersebut. "OMG! Apa ini?!"Di atas wadah yang beralas kain putih, beberapa setel pakaian dan perlengkapan untuk wanita tersusun rapi lengkap dengan perhiasan. "Apa ini untukku?!" tan

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   17. DAGING AYAM HITAM

    Satu dayang dan dua prajurit berdiri depan pintu masuk pondok begitu Virgolin membuka pintu. "Tabib agung. Silahkan ikut denganku," pinta dayang tersebut."Ikut ke mana?!" "Yang Mulia Ratu Eleanor dan Baginda Raja Theodore mengundang tabib agung ke kediamannya," jawab dayang."Ok baiklah, siapa takut!" ucap Virgolin. "Tapi tunggu sebentar, aku harus menutup pintu kamarku dulu."Lorong demi lorong yang Virgolin lewati bagai berada di dalam dunia mimpi. Kedua bola matanya berbinar jika melihat sesuatu yang indah dan baru pertama kali dilihatnya, tapi jika berpapasan dengan prajurit tinggi besar berpakaian lengkap perang, Virgolin akan merapatkan tubuhnya pada dayang karena takut."Wah, indah sekali ruangan ini," puji Virgolin berdecak kagum melihat ke sekeliling begitu memasuki salah satu ruangan yang dijaga ketat dua prajurit depan pintu.Ratu Eleanor dan Raja Theodore serta Pangeran Pisceso sedang duduk menghadap meja berukir.Setelah memberi salam dan menghantarkan Virgolin, dayang

Latest chapter

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   83. DIPERSATUKAN CINTA, DIRESTUI ALAM SEMESTA

    Pisceso semakin memeluk erat tubuh Virgolin. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja."Kedua tangan Virgolin memeluk erat pinggang Pisceso. "Benarkah semua akan baik-baik saja?!" tanyanya bersuara serak di antara isak tangis. "Semua akan baik-baik saja," bisik Pisceso. Walau sejujurnya, dirinya juga tidak tahu, apa mungkin akan baik-baik saja setelah hatinya mulai jatuh cinta pada Virgolin. "Bagaimana, kalau tidak baik-baik saja?!" tanya Virgolin lirih. Pisceso tak menjawab. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuh Virgolin. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatinya. "Pisceso," Virgolin merenggangkan pelukannya. Menghapus air mata yang telah membasahi pipi. Pisceso menatap dalam iris mata Virgolin yang masih tergenang air mata. "Jika nanti, aku sudah pulang ke duniaku, jangan pernah lupakan aku," bisik Virgolin, diakhiri bulir-bulir air bening yang jatuh dari kelopak mata.Hati Pisceso terenyuh. Aliran darah di seluruh nadinya seakan berhenti. "Aku tidak mungkin bisa melu

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   82. DILEMA

    Tatapan Pisceso beralih pada plastik kotor yang dipegang Virgolin. "Benda apa yang kau pegang?!" "Bukan apa-apa," jawab Virgolin. "Hanya sampah."Pisceso tak percaya begitu saja. Plastik kotor yang ada di tangan Virgolin diambilnya. "Itu plastik obat," ucap Virgolin pelan, bahkan suaranya nyaris tak terdengar. Pisceso diam, menunggu kelanjutan bicara Virgolin. "Tempat ini ,,," Virgolin menjeda ucapan, menelan saliva. Entah kenapa, tenggorokannya terasa kering. Pisceso mengangkat kedua alisnya, menunggu kelanjutan kalimat Virgolin."Dari tempat ini, aku tahu kemana arah jalan menuju ke pintu langit," sambung Virgolin.Deg!Pisceso tertegun. "Aku bahkan sangat hapal, kemana jalan menuju pintu langit," lanjut Virgolin. Membalikan badan, melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti pada satu arah. "Kesana," tunjuknya.Pisceso mengikuti arah tangan Virgolin. Memang benar, jalan itu adalah jalan arah di mana pintu cahaya langit berada, tapi apa mungkin pintu langit itu akan ter

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   81. JATUH HATI

    Pisceso mengajak Virgolin menikmati keindahan air terjun yang ada di Desa Padi. Suara gemuruh dan percikan air yang menimpa batu membuat takjub Virgolin. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. "Lihat! Banyak ikan kecil di sini!" tunjuk Virgolin pada aliran sungai yang berada di bawah kakinya. "Cepat kemari, Pisceso!" Suaranya kencang menyatu bersama suara gemuruh air terjun. Pisceso datang mendekat. "Kita tangkap ikannya!" pinta Virgolin. "Lebih baik biarkan ikannya besar terlebih dahulu, ikan itu masih terlalu kecil," larang Pisceso. "Iya sih, masih sangat kecil." Virgolin setuju. "Ayo, kita ke sana!" ajaknya. "Kita duduk di batu besar itu." Pisceso dengan senang hati mengikuti kemauan Virgolin. Diraihnya tangan Virgolin agar tidak terjatuh disaat berjalan di antara batu-batu kecil yang terhampar di tepian sungai. Batu cukup besar menjadi tempat duduk mereka berdua. Suara gemuruh air terjun begitu kontras, seirama menyatu bersama angin.Virgolin tak berkedip menatap jatuhn

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   80. TUMBANGNYA PIMPINAN TOPENG PERAK

    Perih dipunggung semakin menjalar. Darah yang keluar dari luka semakin banyak. Roxy bahkan merasakan penglihatannya mulai tidak jelas. Keseimbangan tubuhnya pun tidak stabil.Melihat Roxy terlihat limbung, Pisceso memberi isyarat pada prajuritnya agar menangkap Roxy. "Gawat. Mataku, kenapa dengan mataku ini?" hati kecil Roxy bertanya-tanya sendiri. Pedang yang dipegangnya pun mulai terlihat buram.Prajurit dengan sigap mengepung Roxy, tapi jiwa pemberontak Roxy tak membiarkan dirinya ditangkap begitu saja. Walau penglihatan sudah tak begitu jelas, Roxy masih tetap melawan bahkan dengan membabi buta mengayunkan pedangnya ke segala arah. Trang! Clang! Clang!Suara pedang yang beradu mengisi udara di ruangan yang temaram. Roxy masih lincah menangkis mata pedang dari para prajurit yang mengepungnya bahkan dua orang prajurit berhasil terkena sabetan pedangnya. Pisceso memberi perintah agar prajuritnya mundur. Senyum kemenangan terukir di bibir Roxy. "Kalian pikir karena tubuhku terluka

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   79. BERHASIL DIGAGALKAN

    Krieeet,,,Pintu kembali didorong dari luar. Roxy secepat kilat bersembunyi di kolong tempat tidur.Airin kembali masuk membawa wadah yang berisi makanan. Diletakkan di atas meja kecil samping teko air. Sejenak melihat Virgolin kemudian pergi lagi keluar dari kamar. Roxy mengelus dada lega. "Untung tidak ketahuan. Sialan si dayang itu, bolak balik masuk ke kamar. Lama-lama, aku bunuh juga si dayang itu!"Setelah melihat keadaan aman, Roxy keluar dari tempat persembunyiannya. Virgolin masih terlelap tidur dibuai mimpi, tidak tahu kalau dirinya dalam keadaan terancam. Dengkuran halusnya terdengar berirama keluar dari bibirnya."Baguslah, tidurnya sangat nyenyak. Ini akan memudahkan aku untuk membawanya pergi," gumam Roxy bersiap akan membuat Virgolin pingsan dengan memukul bagian tengkuknya. Bruuugh!Pintu kamar tiba-tiba dibuka kasar dari luar. Putra Mahkota Pisceso melesat masuk ke dalam kamar. Duugh!Tendangan kaki Pisceso mendarat sempurna dipunggung Roxy sampai tubuhnya tersun

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   78. PIMPINAN TOPENG PERAK MUNCUL KEMBALI UNTUK MENCULIK TABIB AGUNG VIRGOLIN

    Duarr!Petir menggelegar seakan ingin membelah langit setelah cahaya kilat muncul menyilaukan setiap mata."Untung kita sudah sampai. Hujannya deras sekali!" tutur Virgolin melihat turun hujan dari jendela kamar yang terbuka. "Iya. Pantas saja, cuaca sangat terik, ternyata mau turun hujan," ujar Airin. Virgolin merenggangkan otot. "Tulang pinggangku pegal. Aku ingin berbaring.""Istirahat saja. Aku juga akan istirahat di kamarku," ucap Airin. "Kalau tabib perlu sesuatu, panggil saja aku."Pintu kamar ditutup rapat oleh Airin dari luar. Virgolin segera naik ke atas tempat tidur yang sangat sederhana. Tubuh lelahnya telentang. Sejenak menatap langit-langit, tak lama kemudian dengkuran halus keluar dari bibirnya sebagai tanda Virgolin telah pergi ke alam mimpi. Sementara itu, Pisceso masih bersama Jidan dan sesepuh dari Desa Padi. Semuanya berkumpul di ruang tengah ditemani teh hangat dan beberapa potong singkong serta ubi rebus yang masih mengeluarkan uap panas. "Tabib dari langit m

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   77. JIKA BERSAMAMU, SEMUANYA SEAKAN TIDAK TERLIHAT

    Walau menggunakan peralatan seadanya dan membuat obat pembasmi hama hanya berdasarkan kemampuan yang Virgolin miliki karena dasarnya memang bukan dari bidang pertanian, tapi Virgolin melakukan semuanya dengan penuh keseriusan demi membantu rakyat yang sudah lama dilanda kelaparan karena serangan hama wereng.Beberapa orang diminta Virgolin mencari daun sirsak, karena daun sirsak mempunyai bau yang sangat menyengat. Hama wereng tidak menyukai bau dari daun sirsak. Tak lupa pula Virgolin minta dicarikan biji mahoni karena di dalam kedua bahan tesebut terdapat kandungan zat yang tidak disukai hama wereng tersebut yaitu repellent (penolak serangga) dan antifeedant (penghambat nafsu makan). Selain kedua bahan tesebut, ada dua bahan lain yang Virgolin tambahkan yaitu rimpang jeringau dan bawang putih. "Tabib, ini semua bahannya sudah tersedia. Lantas, kita melakukan apa lagi?!" tanya Airin."Semua bahan itu ditumbuk sampai halus," pinta Virgolin. "Biar mereka yang melakukannya!" seru Pisc

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   76. BAGAI KUTUKAN!

    "Biasanya hama wereng datang disaat musim hujan dan juga hama ini tidak bertahan lama.""Awal-awalnya seperti itu. Hama wereng coklat ini datang disaat musim hujan, tapi semakin lama malah semakin tidak terkendali," jelas pak tua tersebut. "Desa kami seperti sedang mendapat kutukan.""Tidak mungkin desa kalian mendapat kutukan seperti itu. Aku tidak percaya hal seperti itu," jelas Virgolin menenangkan. "Ini hanya masalah hama wereng saja, tidak ada hubungannya dengan kutukkan. Ditempatku juga ada hal seperti ini."Pria tua tersebut menghela napas. "Sebelum hama wereng melanda, banyak kejadian aneh di desa ini. Ribuan tikus menyerang tanaman padi kami yang siap dipanen.""Tikus?!" "Iya. Semua warga bergotong royong membasmi tikus-tikus tersebut. Tapi untungnya, padi kami masih bisa diselamatkan, walau sebagian sudah ada yang rusak. Tikus juga membawa penyakit, anak-anak kami banyak yang sakit tertular penyakit yang dibawa tikus," keluh pak tua."Menderita banget hidup kalian," tutur V

  • TABIB CANTIK MASA DEPAN KESAYANGAN PANGERAN   75. MELIHAT-LIHAT KEADAAN DI DESA PADI

    Pujian yang diberikan Pisceso membuat hati Virgolin berbunga-bunga padahal kata pujian cantik sering didapat ketika masih berada di dunianya, tapi entah kenapa saat sekarang Pisceso memujinya dirinya cantik, hatinya sangat senang sekali. Tak lama Airin datang dengan satu orang wanita yang lebih tua. Keduanya langsung mengatur makanan di atas meja. "Wangi sekali," hidung Virgolin kembang kempis mencium aroma wangi dari makanan yang ada di depannya. Selesai semua makanan dihidangkan, Airin dan wanita tersebut pergi lagi, meninggalkan Putra Mahkota Pisceso bersama Virgolin untuk menikmati sarapan pagi berdua. "Sepertinya ini lezat," tunjuk Virgolin pada roti yang ditumpuk mirip pancake. "Di sini juga ada makanan seperti ini. Di duniaku, hampir setiap hari aku sarapan roti seperti ini. Walau rotinya berbeda, tapi ini sepertinya lezat.""Kalau begitu makanlah," Pisceso mengambilkan sepotong roti dan menaruhnya di atas piring Virgolin. "Kamu harus makan banyak, karena setelah ini kita a

DMCA.com Protection Status