Sweet Revenge Part 5
"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang.
"Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!"
"Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak.
"Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya.
"Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya.
"Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.
Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela.
"Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan.
"Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.
Dengan meronta-ronta, Bu Tati diseret oleh kedua satpam untuk mempertanggung jawaban kelakuannya.
Dafin membawa Stela kedalam mobil, merapikan rambut Stela. Pemuda itu terlihat sangat kuatir sekali dengan gadis di depannya. Tidak sekali dua kali kejadian seperti ini menimpa gadis itu setelah dia memutuskan persidangan. Maka tidak heran jika ada pihak yang melakukan tindakan kekerasan seperti tadi.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya masih merapikan rambut Stela.
"Ini sudah biasa. Hanya saja, tenaga Ibu itu terasa lebih kuat dari pada umurnya, hehe," jawab Stela dengan cengiran.
"Inilah resiko pekerjaan kita."
"Setiap pekerjaan memiliki resikonya masing-masing. Kita hanya perlu menjalaninya, dan jangan lupa waspada." Jelas Stela merapikan stelan kemejanya.
"Kamu harus kuat menghadapinya," ucap Dafin menghidupkan mesin mobil.
"Hal yang lebih dari ini sudah kujalani, jadi it's oke." Dengan senyuman Stela menjawab ucapan Dafin.Dafin tersenyum tipis mendengar ucapan Stela. Lagi, gadis itu membuatnya semakin penasaran bagaimana kehidupannya di masa lalu. Bagaimana mungkin lebih dari itu dia sudah jalani, siapa sebenarnya gadis di sampingnya ini, kehidupan seperti apa yang telah ia lalui.
Jika dilihat sekilas, wanita ini terlihat seperti seseorang yang tidak mempunyai beban dalam hidupnya. Selalu enjoy dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Meskipun seperti itu, dia sangat teliti dan teguh pendirian ketika melakukan pekerjaan. Bahkan, ada yang mencapnya dengan hakim yang kejam pada terdakwa.
Sampai di tempat tujuan, Dafin dan Stela keluar dari mobil dan memasuki sebuah restauran tempat biasa mereka makan. Memesan menu yang sama, mereka duduk di tepi jendela.
"Jangan menatapku seperti itu." Memainkan ponselnya Stela berkata pada Dafin.
"Apa menatapmu aku akan terkena hukuman?" tanya Dafin membuat gadis itu mengernyit.
"Ini, Pak, Buk, pesanannya," ucap waiter menyajikan hidangan.
"Terima kasih," jawab mereka serentak.
Dengan penuh nafsu Stela menyantap hidangan yang dipesannya. Soal makan, gadis itu menghilangkan rasa malunya. Dengan sangat lahap satu persatu makanan berpindah tempat kemulutnya.
Dafin yang memperhatikannya hanya tersenyum dan menggeleng pelan melihat tingkah laku wanita di depannya itu.
"Apa di depan calon suamimu nanti tetap makan seperti itu?"
"Uhuk!" pertanyaan Dafin membuat Stela langsung tersedak.
"Ini minum." Menyodorkan segelas air kepada Stela.
"Lain kali kalau makan itu hati-hati, pelan-pelan saja. Ini makan seperti dikejar setan saja." Oceh Dafin mendapat tatapan melotot dari Stela.
"Kamu bisa berhenti bicara, tidak!"
"Loh, yang aku bilang itu kan benar. Kenapa kamu harus marah?" balas Dafin menyuapkan makanan kemulutnya.
"Iya, aku tahu. Kenapa tadi kamu bahas calon suami hum?" Bersidekap Stela bertanya masam pada Dafin.
"Itu cuma pertanyaan."
"Pertanyaan Konyol!"
"Iya sudah maaf. Ayo makan lagi," bujuk Dafin melihat Stela merajuk.
"Udah nggak lapar aku." Ketus.
"Ya sudah, aku saja yang habiskan." Mengambil piring berisi makanan.
"Kamu ish." Stela berdecis, menahan piringnya lalu kembali makan.
"Semakin marah semakin cantik." Gumam Dafin pelan.
Tanpa sepengetahuan Dafin, Stela mendengar ucapan Dafin dan tersipu malu. Untuk pertama kalinya, gadis itu merasa pipinya memerah ketika mendengar pujian dari lawan jenisnya.
Meskipun tadi dia sempat kesal, tetapi dia tahu kalau laki-laki yang selalu berada di sampingnya itu tidak berniat membuat hatinya kesal. Pertanyaannya tadi juga wajar, hanya saja Stela tidak suka ada yang menyinggung masalah pribadinya. Sekalipun itu teman dekatnya. Dia lebih suka memendam apapun jika itu menyangkut masalah hidupnya. Seperti kisahnya 18 tahun yang lalu, tidak ada satupun orang yang tahu bagaimana kehidupannya dulu. Cukup dia dan wanita yang dicintainya merasakan kejadian pahit yang telah menimpa mereka.
Sekitar jam dua, mereka kembali kekantor. Tidak terlihat wanita yang berani menjambak Stela tadi. Wanita itu dibebaskan setelah menanda tangani surat perjanjian. Kalau dia tidak akan melakukan kekerasan lagi.
Stela hanya menggelengkan kepala mendengar penjelasan dari salah satu pegawai yang menangi Ibu tadi. Jika masalah itu, Stela tidak mau ikut campur, karena sudah ada yang menanginya."Apa besok kita sidang?" tanyanya ketika sudah duduk di ruangannya.
"Tidak, besok jadwal Hakim Yo yang akan memimpin sidang."
"Hakim Yo?" tanya Stela, lalu tersenyum singkat. Dia tahu betul siapa Hakim Yo. Seorang Hakim yang telah lama menjabat di pengadilan ini. Yohan Admaja, Hakim senior yang hanya mengandalkab bukti dari penggugat dan terdakwa. Namun, namanya selalu menjadi trending topik dikalangan berkelas.
Tidak sedikit para CEO yang selalu meminta dia menjadi Hakim disetiap kasus yang mereka alami. Selalu berhasil, dan selalu dimenangkan oleh pihak penggugat, lalu menjatuhkan lawannya.
Kasus yang mereka tangani berbeda. Jika Hakim Yo, mengambil kasus tentang finansial. Stela lebih tertarik pada kasus kriminalitas. Itulah yang membuat daya tariknya berbeda dari kalangan perhukuman. Disaat seseorang tidak suka kekerasan, berbanding terbalik denganya yang selalu mengambil kasus masalah kekerasan.
"Apa kasusnya?"
"Seorang anak muda yang tertangkap oleh aparat karena penyalah gunaan narkoba," jawab Dafin setelah mencari tahu kasus apa yang akan di sidang oleh Hakim Yo.
"Apa?! Kasus narkoba?" tanya Stela tidak percaya. Bagaimana mungkin Hakim Yo yang menangi kasus narkoba. Bukankah selama ini dia tidak suka dengan kasus seperti itu.
"Iya, di sini tertera kalau anak itu ditangkap dengan narkoba di dalam mobilnya." Jelas Dafin masih membaca lembaran kertas di depannya.
"Cari tahu siapa anak itu." Perintah Stela.
"Adi Putra, seorang anak pemilik perusahaan tekstil ternama di kota ini. Memiliki beberapa cabang perusahaan yang sedang meningkat tahun ini," ujar Dafin menjelaskan.
"Heh, aku sudah tahu kenapa Hakim Yo yang menangani kasus ini," ucap Stela tersenyum miris.
"Atur janji dengan Hakim Yo sebelum sidang, kita akan adakan pertemuan." Perintah Stela pada Dafin.
"Untuk apa? Tidak usah ikut campur dengan dia, Bu Stela. Biarkan dia menangani kasus ini dengan caranya," tolak Dafin.
"Siapkan saja pertemuannya, aku ingin bicara empat mata denganya."
"Apa kamu bisa mendengarkanku sekali saja?" tanya Dafin membuat gadis itu mentapnya.
"Aku tidak ingin kamu kena masalah dengan ikut campur masalah Hakim Yo. Ini kasus dia, biarkan dia yang menanganinya. Kamu pasti tahu, tabiat dia. Jadi, tolong untuk kali ini saja jangan ikut campur dengan kasus ini. Aku mohon." Jelas Dafin meyakinkan Stela.
Stela yang melihat itu, mengurungkan kembali niatnya untuk bertemu dengan seniornya itu. Meskipun dia tahu, apa yang akan terjadi nanti. Namun, dia harus menghargai asistennya itu. Setidaknya menjaga perasaannya agar semua baik-baik saja.
Bersambung
Cuplikan Part 6
"Sudah ku bilang jangan temui dia. Kenapa kamu kerasa kepala sekali. Lihat, sekarang apa yang terjadi. Aaaah!"
"Hidup itu tantangan, maka hanya kita sendiri yang mampu menghadapi setiap tantangan yang muncul. Sebelum itu, lawanlah dirimu dulu. Jika kamu bisa memenangkannya, maka apapun yang terjadi kamu akan bisa menaklukannya." Dengan penuh keyakinan gadis itu berujar tanpa beban.
Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor
Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak
"Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu
Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai
Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y
"Tidak! Anakku bukan pembunuh! Kalian jangan asal menuduh!" teriak ibu paruh baya yang menghalangi beberapa aparat kepolisian untuk membawa putrinya."Mohon bantuannya, Bu! Kami membawa anak Ibu karena adanya surat perintah. Jadi, tolong jangan buat kami bertindak kasar," ucap salah satu seorang yang berpakaian polisi."Tidak! Jangan bawa anakku, jangaaan!"Tanpa menghiraukan teriakan Santi, polisi membawa wanita yang hanya diam membisu dengan tatapan yang kosong. Sedangkan, di balik kamar, seorang anak berusia sepuluh tahun menggigil ketakutan."Apapun yang terjadi dan kamu dengar, cukup diam di kamarmu. Kamu mengerti?""Ibuuuu, a-apa Ibu akan pergi?""Cukup dengarkan apa yang Ibu bilang, kamu mengerti?""I-iya, Bu," jawab anak itu menangis tersedu."Jangan menangis! Kamu harus ingat, hidup itu keras, maka kamu juga harus lebih keras. Jangan biarkan dunia menginjakmu, tetapi jadikanlah dunia budakmu." ucapan
Sweet Revenge Part 2Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu."Selamat pagi," sapa
Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg
Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y
Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai
"Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu
Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak
Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor
Sweet Revenge Part 5"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang."Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!""Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak."Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya."Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya."Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela."Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan."Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.
Sweet Revenge Part 4Memakai baju kebanggaanya, Stela terlihat begitu menawan. Membuat Dafin semakin terpukau dengan kemistri atasannya itu. Berjalan dengan kepala sedikit terangkat, Stela dengan penuh keyakinan akan memutuskan hasil persidangan nanti."Bukti sudah kamu berikan pada pembela?" tanyanya dalam perjalanan."Semua bukti sudah aman. Ibu tinggal melihat bagaimana reaksi mereka ketika nanti bukti kita tunjukan," jawab Dafin."Baguslah, memang harusnya seperti itu."Memasuki ruangan persidangan, semua mata sudah pasti tertuju padanya. Stela tanpa senyuman menuju kursi di mana tempatnya berada. Menatap satu persatu yang hadir, Hakim itu langsung memulai acara persidangannya.Diawali dengan tuntutan penggugat, Jaksa penuntut mulai menanyai terdakwa. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Ruri, seorang mahasiswi dari Universitas ternama telah dituduh melakukan penganiayaan pada teman sekampusnya.Mencoba mebela di
Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg
Sweet Revenge Part 2Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu."Selamat pagi," sapa