Home / Romansa / Sweet Revenge / Pertemuan Part 6

Share

Pertemuan Part 6

Author: Edelweiss
last update Last Updated: 2021-07-17 13:35:13

Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu.

"Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas,  membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela. 

Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.

Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor yang ditujunya tadi.

Ting! Terdengar balasan pesan dari ponselnya. Stela menukar pakaiannya setelah membaca balasan pesan dari si pengirim lalu mengambil kunci mobil di atas meja rias. Berjalan menuruni anak tangga, gadis itu mencari Ibunya.

"Aku keluar sebentar, Bu. Jaga diri baik-baik ya, selama aku pergi." Mencium kening Ibunya.

"Mau kemana udah malam ini?" 

"Keluar bentar kok," jawab Stela manja.

"Pakai masker, jaket, jangan sampai terpapar oleh penyakit. Lebih baik mencegah dari pada mengobati," ujar Ibu panjang lebar membuat gadis itu mengulum senyum.

"Apa aku masih anak kecil, Bu?" 

"Bagi Ibu kamu masih anak kecil kesayangannya Ibu." Mengusap kepala putrinya.

"Aku pergi ya, Bu." Melambaikan tangan lalu berlari ke arah mobilnya. 

Mobil Xenia warna putih melaju pelan membelah jalanan yang mulai sepi karena jam sudah menunjukan pukul sembilan. Tidak berselang lama, Stela memasuki halaman dengan pagar yang mewah yang dibuka oleh satpam. Sebuah rumah mewah yang sangat megah dengan cahaya lampu warna-warni di terasnya. Ditambah dengan keindahan bola-bola lampu di dalam beberapa taman menyinari bunga yang mekar.

Turun dari mobil, dengan anggun Stela berjalan menuju rumah mewah itu. Seperti sudah tahu tamunya akan datang, tuan rumah membukakan pintu lalu menyambut dengan sumringah gadis yang memakai celana jean dan setelan jaket yang berkelas.

"Selamat datang Ibu Hakim termuda, sungguh terkesan sekali bisa menerimamu sebagai tamu di rumah ini," ujar Yohan Hakim senior dari Stela.

"Terima kasih Bapak Yohan, aku juga sangat merasa terhormat bisa bertemu denganmu." Balas Stela menundukan kepala.

"Apa kamu sendiri?" tanya Yohan melihat kearah mobil tamunya.

"Pertemuan ini secara pribadi, Pak," jawab Stela dengan senyuman khasnya.

Membawa Stela keruangan pribadinya, Yohan mengisaratkan pembantunya mengantarkan dua gelas minuman berkelas khas orang kaya. Stela yang melihat hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. 

Untuk pertama kalinya, Stela memasuki ruangan pribadi dari Hakim seniornya itu. Barang-barang mewah yang tidak ternilai harganya, ditambah dengan hiasan guci ternama membuat ruangan itu semakin indah dipandang.

Wangi lembut ruangan  menusuk penciuman Stela, menambah kenyaman ketika berada dalam ruangan itu.

"Wangi khas aroma terapi." Gumam Stela memejamkan matanya menikmati aroma yang berbau bunga melati.

"Pengharum ruangan dengan khas aroma terapi bisa menyejukan pikiran dan membuat otak fres," ucap Yohan memberi penjelasan.

"Tepat sekali, dan sangat cocok untuk orang yang sedang memiliki beban masalah." Sambung Stela dijawab dengan anggukan oleh Yohan.

"Jadi, apa yang membuatmu ingin bertemu denganku?" tanya Yohan ketika mereka duduk berhadapan dibatasi meja yang juga berharga jutaan.

"Aku ingin bertanya soal kasus yang akan Bapak sidang besok. Apa aku boleh melihat berkasnya?" tanya Stela dengan ramah.

"Bukankah kamu sudah tahu peraturan dari kinerja kita? Tidak boleh mencampuri jika itu bukan kasusmu." 

"Aku hanya tidak ingin hukuman tidak jatuh pada yang seharusnya," 

"Itu urusanku Ibu Stela. Jadi, kamu lihat saja besok bagaimana hasil persidangannya," ujar Yohan menaikan salah satu kakinya.

"Apa hukuman tidak akan jatuh pada yang semestinya?" tanya Stela menatap Yohan.

"Hukuman tetap berlaku Bu Stela. Apalagi dengan bukti-bukti yang ada, lalu bagaimana kita menjatuhkan hukuman jika bukti tidak mengarah kepada si pelaku?" 

"Itulah gunanya kita mencari tahu kebenarannya, dan membuat keadilan untuk mereka yang bersalah dan yang tidak. Kita tidak bisa hanya mengandalkan bukti yang ada," ujar Stelah penuh keyakinan.

"Itulah perbedaan kita, dan tidak akan pernah bisa bersatu. Ibarat minyak dan air, mereka akan selalu terpisah," jawab Yohan mematahkan semangat Stela.

Sepertinya pertemuannya dengan Hakim Yo tidak membuahkan hasil. Aturan tertulis yang harus disandangnya membuat gadis itu tidak bisa banyak bicara. Dengan berat hati akhirnya Stela pamit undur diri untuk pulang kerumah.

"Ibu hakim," seru Yohan ketika dia sudah di ambang pintu.

"Ya,"

"Urusi saja apa yang menjadi urusanmu. Maka hidupkan akan sukse dan terhindar dari masalah." Menundukan kepala, Yohan menyuruh pembantunya menutup pintu.

"Ya, aku tidak akan mencampuri urusan orang, jika itu tidak mengangguku." Balas Stela menuju mobilnya.

Gadis itu terlihat kesal dengan hasil pertemuaanya malam ini. Seharusnya dia bisa lebih tegas lagi, agar semua berjalan baik-baik saja. Bukan malah dia kehabisan kata-kata ketika berhadapan dengan Yohan tadi.

Menyalakan mesin motor, gadis itu meninggalkan rumah mewah bagaikan istana di dalamnya. Selama di perjalanan Stela masih tidak habis pikir kenapa dia bisa kehabisan kata-kata. Apa karena peraturan tertulis yang telah dia sepakati  disaat pengambilan sumpah.

"Aah, tidak seharusnya seperti ini," ucap Stela memukuli stir mobil. Dengan kecepatan tinggi Stela menuju kerumahnya. 

Memasuki garasi Stela mematikan mesin mobil lalu membuka pintu masuk kerumah. Lampu depan sudah mati, menandakan Ibunya sudah tidur. Berjalan dengan lesu, Stela menapaki satu persatu anak tangga.

Gadis itu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang empuk ketika sudah memasuki kamarnya. Pertemuannya dengan Yohan membuat gadis itu kecewa dengan sikap seniornya itu. Memang apa yang diucapkan oleh Yohan benar adanya. Hanya saja, kenapa pria sudah berumur itu tidak paham apa maksudnya.

Mencoba memejamkan mata, pikiran gadis itu berkelana pada persidangan besok. Segala pikiran berkecamuk dikepala gadis itu. Hingga akhirnya dia terlelap dan melupakan sejenak masalah yang terjadi.

"Sayaang, kamu belum bangun?" tanya Bu Arum memanggil Stela dari luar kamar. Sudah jam 9, tidak biasanya putrinya itu bangun siang.

"Stelaa, bangun sayang." Diiringi dengan gedoran pintu.

"Huuum, huaaaaam." Stela membuka pintu dengan tampilan yang masih berantakan dan rambut yang acak-acakan, tetapi tidak menghilangkan garis kecantikannya.

"Baru bangun?" Seketika tubuh gadis itu seperti tersengat listrik mendengar suara bariton yang sangat dia hapal. 

"Loh, kok kamu di sini, ngapain?" tanya Stela salah tingkah dan mencoba merapikan rambutnya. Beruntung gadis itu tertidur dengan memakai pakaian yang dibawanya waktu bertemu dengan Yohan.

"Sana mandi, aku tunggu!" perintah Dafin yang dari tadi menunggu atasaanya itu bangun. Lalu kembali kebawah di mana dia biasa menunggu.

"Bangun tidur aja dia sangat cantik," ucap Dafin pelan. 

Berbeda dengan dikantor, Dafin sedikit lebih tegas dari Stela. Sedangkan Bu Arum hanya senyum-senyum jahil memandang kearah putrinya

.

"ibuuuuu." Gadis itu memelas.

"Siapa suruh bangun telat hum." Ibu Arum pun berlalu meninggalkan Stela.

Stela sangat malu sekali ketika Dafin melihatnya dalam keadaan seperti tadi. Bergegas membersihkan diri dia pun memilih baju santai rumahan. Setelah kejadian semalam dia malas untuk ikut dalam acara persidangan. Melihat wajah Yohan saja sudah membuatnya sangat muak.

Memakai bedak seadanya, dan sedikit polesan lipstik yang tipis. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan rambut tergerai.

"Ternyata aku manis juga." Gumamnya tersenyum.

Tidak lupa menyemprotkan farfum kesukaannya, dia pergi menemui Dafin. 

Laki-laki itu mengernyit heran melihat pakaian Stela.

"Kamu nggak pergi?" tanyanya ketika Stela sudah duduk di hadapannya.

"Tidak, aku mau di rumah aja, temenin Ibu."

"Kenapa kamu tidak mendengarkan ucapanku?" Stela tersentak mendengar pertanyaan Dafin.

"Maksudmu apaa?" Stela kembali bertanya berpura-pura tidak tahu.

"Ikut denganku!" Perintah Dafin meraih lengan Stela lalu membawanya menuju mobil. Entah kemana Dafin membawa gadis itu, yang jelas aura kemarahan terlihat dari wajahnya yang tampan.

Bersambung

Related chapters

  • Sweet Revenge   Pertikaian Part 7

    Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak

    Last Updated : 2021-07-19
  • Sweet Revenge   Masakan Dafin Part 8

    "Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu

    Last Updated : 2021-07-24
  • Sweet Revenge   Merindu Part 9

    Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai

    Last Updated : 2021-07-28
  • Sweet Revenge   Salah Paham Part 10

    Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y

    Last Updated : 2021-07-29
  • Sweet Revenge   Awal Duka Part 1

    "Tidak! Anakku bukan pembunuh! Kalian jangan asal menuduh!" teriak ibu paruh baya yang menghalangi beberapa aparat kepolisian untuk membawa putrinya."Mohon bantuannya, Bu! Kami membawa anak Ibu karena adanya surat perintah. Jadi, tolong jangan buat kami bertindak kasar," ucap salah satu seorang yang berpakaian polisi."Tidak! Jangan bawa anakku, jangaaan!"Tanpa menghiraukan teriakan Santi, polisi membawa wanita yang hanya diam membisu dengan tatapan yang kosong. Sedangkan, di balik kamar, seorang anak berusia sepuluh tahun menggigil ketakutan."Apapun yang terjadi dan kamu dengar, cukup diam di kamarmu. Kamu mengerti?""Ibuuuu, a-apa Ibu akan pergi?""Cukup dengarkan apa yang Ibu bilang, kamu mengerti?""I-iya, Bu," jawab anak itu menangis tersedu."Jangan menangis! Kamu harus ingat, hidup itu keras, maka kamu juga harus lebih keras. Jangan biarkan dunia menginjakmu, tetapi jadikanlah dunia budakmu." ucapan

    Last Updated : 2021-07-10
  • Sweet Revenge   Kehidupan Baru Part 2

    Sweet Revenge Part 2Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu."Selamat pagi," sapa

    Last Updated : 2021-07-11
  • Sweet Revenge   Rumah Ibu Part 3

    Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg

    Last Updated : 2021-07-12
  • Sweet Revenge   Persidangan Part 4

    Sweet Revenge Part 4Memakai baju kebanggaanya, Stela terlihat begitu menawan. Membuat Dafin semakin terpukau dengan kemistri atasannya itu. Berjalan dengan kepala sedikit terangkat, Stela dengan penuh keyakinan akan memutuskan hasil persidangan nanti."Bukti sudah kamu berikan pada pembela?" tanyanya dalam perjalanan."Semua bukti sudah aman. Ibu tinggal melihat bagaimana reaksi mereka ketika nanti bukti kita tunjukan," jawab Dafin."Baguslah, memang harusnya seperti itu."Memasuki ruangan persidangan, semua mata sudah pasti tertuju padanya. Stela tanpa senyuman menuju kursi di mana tempatnya berada. Menatap satu persatu yang hadir, Hakim itu langsung memulai acara persidangannya.Diawali dengan tuntutan penggugat, Jaksa penuntut mulai menanyai terdakwa. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Ruri, seorang mahasiswi dari Universitas ternama telah dituduh melakukan penganiayaan pada teman sekampusnya.Mencoba mebela di

    Last Updated : 2021-07-14

Latest chapter

  • Sweet Revenge   Salah Paham Part 10

    Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y

  • Sweet Revenge   Merindu Part 9

    Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai

  • Sweet Revenge   Masakan Dafin Part 8

    "Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu

  • Sweet Revenge   Pertikaian Part 7

    Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak

  • Sweet Revenge   Pertemuan Part 6

    Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor

  • Sweet Revenge   Kekerasan Part 5

    Sweet Revenge Part 5"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang."Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!""Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak."Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya."Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya."Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela."Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan."Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.

  • Sweet Revenge   Persidangan Part 4

    Sweet Revenge Part 4Memakai baju kebanggaanya, Stela terlihat begitu menawan. Membuat Dafin semakin terpukau dengan kemistri atasannya itu. Berjalan dengan kepala sedikit terangkat, Stela dengan penuh keyakinan akan memutuskan hasil persidangan nanti."Bukti sudah kamu berikan pada pembela?" tanyanya dalam perjalanan."Semua bukti sudah aman. Ibu tinggal melihat bagaimana reaksi mereka ketika nanti bukti kita tunjukan," jawab Dafin."Baguslah, memang harusnya seperti itu."Memasuki ruangan persidangan, semua mata sudah pasti tertuju padanya. Stela tanpa senyuman menuju kursi di mana tempatnya berada. Menatap satu persatu yang hadir, Hakim itu langsung memulai acara persidangannya.Diawali dengan tuntutan penggugat, Jaksa penuntut mulai menanyai terdakwa. Pertanyaan demi pertanyaan diajukan. Ruri, seorang mahasiswi dari Universitas ternama telah dituduh melakukan penganiayaan pada teman sekampusnya.Mencoba mebela di

  • Sweet Revenge   Rumah Ibu Part 3

    Sweet Revenge Part 3Tidak lama mereka pun sampai di rumah Stela. Aroma masakan ibu tercium harum di Indra penciumannya, tidak lupa mengucapkan salam gadis itu masuk ke rumah lalu menuju ruang dapur di mana ibunya berada. Dafin yang sudah biasa kerumah Stela mengikuti kemana langkah kaki gadis itu pergi, tidak seperti di kantor Stela terlihat lebih lembut dibandingkan dengan sikapnya waktu dalam bekerja."Ummmm, harum sekalii. Pasti nikmat sekali ini." Pujinya mencium aroma makanan di atas meja."Pasti nikmat, kalau nggak nikmat mana mungkin kamu ketagihan." Mencubit pipi putrinya."Ibuuuu, sakiiiit ih." Mengusap pipi yang dicubit Ibunya.Dafin tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan ibu itu. Mereka sangat akrab sekali. Tidak seperti dia yang telah kehilangan kedua orang tuanya diwaktu usianya beranjak 15 tahun."Daf, ayo duduk makan. Nanti kamu nggak kebagian sama Stela," ejek Bu Arum kepada Dafin, teman putrinya."Ngg

  • Sweet Revenge   Kehidupan Baru Part 2

    Sweet Revenge Part 2Terdengar bunyi suara pintu terbuka, sepasang kaki dengan anggun melangkah menelusuri ruangan. Kaki putih mungil dihiasai dengan sepatu bermerek membuat sang pemilik kaki melangkah dengan elegant. Celana bahan warna hitam senada dengan baju kemeja bewarna putih, rambut tergerai dengan indah membuat semua terpandang kearahnya. Kulit putih bersih, dengan wajah cantik yang dimilikinya tak sedikit para lelaki menaruh hati kepadanya.Auristela, sesuai dengan namanya dia menjadi bintang emas di manapun dia berada. Hidung bangir, alis tebal tanpa buatan ditambah bibir nya yang tipis, membuat orang yang memandang terkesima.Senyum tipis tidak lupa dia lemparkan kepada setiap orang yang ditemuinya. Anggukan kepala tanda menghargai tidak luput dia berikan. Sampai keruangan yang dituju, dia berhenti sejenak. Merapikan kemeja dan sedikit kibasan di tas yang ditentengnya, lalu melangkah masuk setelah membuka pintu."Selamat pagi," sapa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status