Home / Romansa / Sweet Dreams / Bab 4: Not Fine!

Share

Bab 4: Not Fine!

Author: Foverflows
last update Last Updated: 2022-10-01 18:42:23

***

Nina mengantar Ame ke kamarnya. Dia perlu menenangkan diri atas apa yang baru saja terjadi. Setelah Lima tahun berlalu, Kafta memberinya kejutan yang luar biasa. Ya, Nina tidak perlu berpura-pura bodoh ketika mendengar perkataan Kafta tadi. Memang, semuanya benar. Namun, Nina tidak siap. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah siap menapaki lagi masa lalu itu.

Suara pintu kamar yang terbuka mengantarkan mata Nina untuk melihat siapa yang datang. "Mama," lirihnya. Wanita yang dipanggilnya Mama itu semakin mendekat. "Kamu sudah ketemu Kafta?" Satu kejutan lagi. Nina sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Mama seolah tahu kejadian ini.

Nina memberikan tatapan penuh tuntutan agar Mamanya mau menjelaskan semuanya. "Kafta, dia sudah setahun ini kembali ke rumah itu." Livia menghela napasnya. "Dia sering menemui Ame." Sekali lagi, Nina merasakan jantungnya berdegup kencang. Pertanyaan silih berganti memenuhi benaknya. Kenapa Kafta kembali? Apa yang sebenarnya diketahui Kafta tapi tidak diketahui Nina?

"Mama nggak bisa cegah dia. Bagaimanapun Kafta adalah.."

"Cukup Ma! Jangan diteruskan. Kafta masa lalu aku. Kita berdua udah nggak ada hubungan apapun." sela Nina.

Livia menggelengkan kepalanya. "Kamu nggak bisa memungkiri apapun, Nina. Justru karena Kafta masa lalu kamu, maka dia memiliki peran penting dalam hidup kamu." Nina menelan semua kenyataan itu. Sepenting apapun Kafta, laki-laki itu sudah terlalu dalam menyakitinya. Nina tidak akan sanggup mengulang semua kesakitan itu sekali lagi.

"Nina, kamu jangan terpuruk karena masa lalu. Banyak yang sudah berubah, Sayang. Kita hanya perlu belajar dari semua itu," ucap Livia penuh dengan kebenaran. Namun, tidak ada yang mudah bagi Nina. 

"Besok pagi aku pulang ke jakarta, Ma!" 

Maka menghindar adalah satu-satunya cara yang bisa Nina lakukan saat ini. 

Lantas keesokan harinya Nina benar-benar meninggalkan kediaman orang tuanya. Tangisan Mama dan Ame sama sekali tak ia indahkan. Ya, lebih baik seperti ini. Mengabaikan adalah cara terbaik untuk membunuh rasa sakit. Tidak ada yang perlu disesali. Hidupnya memang seperti ini.

Sesampainya di Jakarta, Nina langsung ke sanggar tari. Ia tahu tidak ada siapapun yang ada di sana pada waktu seperti ini. Tak ia izinkan dirinya tenggelam sendirian pada rasa sakit yang menikam.

Nina mengganti pakaiannya. Menatap diri sejenak pada kaca besar yang memang disediakan di sanggar. "Kamu cantik!" lirihnya. "Tapi kecantikan belum tentu bisa membuat seseorang bahagia," lagi, Nina meratapi diri.

Dalam beberapa detik kemudian tubuh Nina mulai bergerak dengan lincah. Begitu indah, meliuk, tubuhnya begitu lentur. Nina terengah-engah, rasanya satu jam tidak cukup. Meski mengetahui bahwa tubuhnya membutuhkan waktu untuk beristirahat, tapi Nina merasa bukan itu yang ia butuhkan sekarang. 

Nina kembali mengambil aba-aba untuk dirinya sendiri setelah mengganti musik dengan ritme yang lebih cepat. Tubuh Nina kembali meliuk perlahan yang kemudian berubah cepat mengikuti aliran musik yang ia putar. Semua itu membuatnya terengah-engah, tapi tak sedetik pun Nina berpikir untuk menghentikan tariannya.

Dua jam lebih, Nina menyetel musik untuk terputar secara otomatis. Setiap lagu berganti maka tarian pun akan ikut berganti. Napas Nina terputus-putus pada lagu terakhirnya. Nina menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai yang dingin. Menatap sejenak bayangannya pada cermin. Nina terpekik keras. 

Ternyata tarian tak bisa membuat Nina melupakan pertemuan tak terduganya dengan Kafta. Nina tak bisa menghindari tanya yang selalu berhubungan dengan Ame dan Kafta. Bagaimana mereka menjadi sangat akrab? Apa yang Kafta ketahui sedangkan ia tidak?

Andai saja Nina berani menghadapi semuanya, mungkin saat ini dia bisa menemukan jawaban itu. Namun, keberanian Nina untuk melakukan itu belum ada, sebab saat satu pertanyaan muncul dari mulutnya maka itu artinya ia harus siap luka lama kembali mencabik hatinya. 

Nina tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima. Bosan dengan apa yang membelenggunya kini, perempuan Dua Puluh Lima tahun itu beranjak. Meninggalkan sanggar setelah kembali mengganti pakaian. Rasa sakit tak akan pernah pudar sekeras apapun Nina melampiaskannya pada tarian. Namun, dengan menari biasanya dia akan sedikit teralihkan. Meski hari ini hal itu tidak berlaku sama sekali. 

Pertemuan tak terduga dengan Kafta telah betul-betul menguak luka lama itu.

"Bajingan!" terlontar juga kata itu dari mulut Nina kala ia membiarkan sekujur tubuhnya basah oleh air. Bayangan Lima tahun yang lalu menari dalam benaknya. Perkenalan dengan Kafta sejak mereka di bangku SMA membawa mereka pada hubungan yang dalam. Nina memberikan seluruh hatinya pada lelaki itu. Bahkan merelakan tubuhnya disentuh oleh Kafta setiap kali dia ingin. Namun, sesuatu yang besar terjadi.

Hubungan yang terlanjur dalam terpaksa kandas begitu rahasia antara Jonatan dan Larasati, Ibu kandung Kafta terungkap. Betapa hancur hidup Nina kala mengetahui rahasia itu. Nina tahu hati Mamanya jauh lebih hancur darinya. Namun, tetap saja hanya Nina yang tak sanggup menerima segalanya.

Perselingkuhan antara Papanya dan Mama Kafta membuat banyak hati terluka. Kafta memilih pergi begitu saja, tanpa memikirkan keadaan Nina kala itu. Kafta tak bisa dihubungi bahkan saat Nina berjuang melawan maut. Itu lah kenapa Nina tak siap kembali pada masa lalu. Nina sudah berjuang sejauh ini. Meskipun yang dirinya lakukan hanyalah lari dari kenyataan.

Lima tahun tak pernah pulang ke rumah adalah bukti nyatanya. Nina tak sanggup melihat wajah Papanya, lelaki yang memiliki andil dalam menghancurkan masa depannya. Membuat Nina trauma pada hubungan yang lebih dari sekedar teman.

"Kenapa Kafta lakuin ini?" Dulu, Nina tak sudi hanya sekedar menyebut nama lelaki itu. Namun, hari ini sudah berkali-kali lidahnya menyebut nama Kafta. Entah apa yang sedang Tuhan rencanakan untuknya.

Nina merasa kehancuran akan kembali memporak porandakan perasaannya. Entah luka seperti apa lagi yang harus Nina tanggung. Sementara hatinya tak pernah siap menerima rasa sakitnya. 

Mematikan sower yang sejak tadi membasahi seluruh tubuhnya, Faranina melingkupi diri dengan handuk. Dingin sudah Nina rasakan sejak tadi, kini saatnya ia berganti pakaian. Tak baik untuknya bila sakit, sebab rabu nanti ada pementasan. Nina tak bisa membiarkan acaranya berantakan hanya karena seorang Kafta.

Masa lalu hanya akan menjadi masa lalu. Memaksa lupa adalah cara terbaik menerima takdir. Setidaknya itu yang selama ini Nina terapkan dalam hidupnya. Meskipun bayangan Kafta selalu datang dalam mimpi-mimpi malamnya. Persis seperti malam setelah pertemuannya kembali dengan Kafta. Nina merasa baru saja memejamkan matanya, tetapi wajah Kafta dan segala bentuk rindu itu berkumpul di sana, di alam bawah sadarnya.

Ketika terbangun pagi harinya, Nina tak kuasa menahan jerit pilu di hatinya yang rapuh. Kenapa mimpi itu harus datang lagi? Mimpi manis yang berbeda sekali dengan kenyataan.

Nina akui, dirinya tak mungkin baik-baik saja setelah bertemu dengan Kafta kemarin.

.

.

Bersambung.

Related chapters

  • Sweet Dreams   Bab 5: Melangkah Maju

    ***Kafta sibuk berperang dengan pikirannya begitu berada di depan rumah orang tua Nina. Hari ini ia memutuskan untuk datang ke tempat ini lagi setelah sekian lama menghindar sejauh-jauhnya. Kafta hanya ingin membayar lunas hutangnya pada Nina yang akhirnya memberanikan diri untuk pulang setelah Lima tahun menghilang.Dengan Satu kali tarikan napas, Kafta akhirnya maju satu langkah menuju gerbang rumah. Ia mengangkat tangannya untuk menekan bel agar dibukakan gerbang.“Mas Kafta, ya?” tanya secuirity rumah mantan pacarnya itu ketika membukakan pintu gerbang. Kafta mengangguk singkat, ia tahu secuirity yang ia kenali dengan nama Mang Dadang itu pasti setengah mengenalinya karena mereka sudah lama tidak bertemu. “Boleh saya masuk, Mang?” tanyanya.Dengan cepat Mang Dadang menganggukan kepala. “Masuk Mas!” ujarnya sembari mempersilakan.Masih ada sedikit keraguan di hati Kafta setelah mendengar Mang Dadang mengizinkannya masuk. Untuk pertama kalinya ia kembali ke rumah ini setelah Lima t

    Last Updated : 2022-10-01
  • Sweet Dreams   Bab 6: Terungkapnya Kelahiran Ame

    *** Setelah terdiam mendengar kata-kata Livia, Jonatan pun akhirnya kembali membuka mulutnya. “Baik lah, mari kita berdamai Kafta. Tak baik bila menyimpan dendam meskipun kau dan aku sama-sama bersalah di masa lalu. Kita sama-sama menyianyiakan wanita yang kita cintai. Bahkan almarhum papamu pun melakukan itu hingga membuat mamamu melakukan kesalahan bersamaku,” ucapnya panjang lebar. “Beruntung aku masih mendapatkan maaf dari istriku, Livia.” Jotanatan menoleh pada Livia sejenak. Lalu kembali melabuhkan tatapnya pada Kafta yang juga dengan tegas menatapnya. “Aku dengan tulus meminta maaf padamu bagaimanapun juga,” lanjutnya. Dalam diam Livia tahu suaminya benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu. Dan, Livia dengan lapang dada memaafkan Jonatan beserta kesalahannya. “Om benar, kita salah. Tapi, aku tak setuju bila Om ikut menyalahkan Papaku. Dia hanya korban keegoisan mamaku dan Om Jo!” Jonatan tersenyum tipis. Rupanya hingga detik ini Larasati tak mengungkapkan cerita yang

    Last Updated : 2022-11-02
  • Sweet Dreams   Bab 7: Masa Lalu yang Menghantui

    ***Livia mengangguk mantap. “Kalau begitu yang harus kamu luluhkan selanjutnya adalah hati Nina, Kafta. Dia belum sembuh dari masa lalu yang pernah menyakitinya dulu,” ucapnya mengingat kesedihan di mata Nina yang tak kunjung hilang hingga detik ini.Kafta paham. Luka itu dirinya yang menorehkan, maka hanya ia pula yang bisa menyembuhkan. “Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mengambalikan Nina seperti dulu lagi, Tante,” balasnya.“Tapi, itu tidak akan mudah. Nina benar-benar membenci kita berdua. Bahkan putri kalian terkena imbasnya!” tutur Jonatan sembari mengingat kembali panggilan Ame untuk Nina. Kakak. Begitu cara cucunya itu memanggil ibunya.Jonatan menghela napas dengan berat. Begitu rumit masalah ini, sedang Ame semakin tumbuh besar. Jonatan khawatir Ame sulit menerima kenyataan yang sebenarnya jika benabng kusut ini tak juga teruraikan.“Aku tahu Om, tapi aku tidak bisa kecewa pada Nina. Semua memang salahku karena dulu meninggalkan Nina dan ikut menyalahkannya,” Kafta be

    Last Updated : 2023-02-06
  • Sweet Dreams   Bab 8: Luka Terdalam

    ***Larasati membuang tatap dari putra semata wayangnya. Bahkan kini ia membelakangi Kafta. “Mama setuju kamu mengakui Ame sebagai anakmu, Kafta, tapi mama nggak setuju kamu kembali bersama Nina. Terlalu banyak luka yang menyelimuti kalian berdua. Mama nggak yakin kalian bisa bahagia,” ucapnya.“Mama nggak bisa menghalangi aku. Bagaimanapun juga hingga detik ini aku masih mencintai Nina. Dia wanita yang nggak akan pernah bisa aku lupakan, Ma.”“Tapi … ”“Jangan pernah mama berpikir untuk melanjutkan perjodohan dengan Naura. Dia berhak mendapatkan seorang lelaki yang tulus mencintainya, ma!” tegas Kafta.Larasati membalikan badannya, kembali melabuhkan tatap pada Kafta. “Nggak semudah itu, Kafta. Kamu terlanjur setuju untuk bertunangan dengan Naura. Dia juga mencintaimu,” ucapnya sambil menggelengkan kepala.Jujur saja, masalah ini cukup menyita perhatian Kafta. Sebelumnya kehadiran Naura tak begitu mengganggu karena ia pikir tak mungkin ada kesempatan untuk bersama Nina lagi. Namun, k

    Last Updated : 2023-04-04
  • Sweet Dreams   Bab 1: Senandung Rindu

    *** Nina, begitu orang terdekat memanggil namanya. Perempuan cantik berusia Dua Puluh Lima tahun itu bekerja sebagai pelatih pada salah satu sanggar tari terkenal di Jakarta. Memiliki paras yang menawan, juga tubuh yang professional membuat Nina selalu dinilai sempurna. Nina mendapatkan pujian itu dari banyak orang terutama lelaki. Namun kesempurnaan itu tak pernah benar-benar membuat Nina bahagia.Faranina memiliki banyak sekali rahasia dalam hidupnya, termasuk tentang lelaki yang selama lima tahun ini ia sembunyikan dalam relung hati. Nina enggan mengingatnya, tapi namanya selalu terngingang dalam sukma. Kafta Ragas Fatih nama lelaki itu, lelaki yang selalu memenuhi ruang rindu milik Nina. Sosok antara ada dan tiada. Bukan, Kafta bukan makhluk tak kasat mata seperti hantu. Ia hanya masa lalu yang tak bisa Nina gapai lagi.Nina tidak mengerti mengapa Tuhan menciptakan Kafta dalam angannya. Nina lebih tidak mengerti kenapa Kafta tak bisa ia gapai. Sementara pertemuan mereka terlihat

    Last Updated : 2022-10-01
  • Sweet Dreams   Bab 2: Melodi yang Pilu

    ***Nina mengerjap, mengusap wajahnya dengan kasar. “Ya Tuhan ... mimpi itu lagi.” Lirih sekali suara Nina dalam berucap. Iya, dirinya baru saja terbangun dari tidurnya. Bukan sungguhan ia bertemu dengan Kafta karena ternyata semua hanya mimpi indah yang terus berulang dalam tidurnya.Kafta selalu terlihat begitu nyata, tapi semua hanya ilusi semata.Nina ingat kemarin malam dia dan Bagas makan di restoran. Semua tampak normal. Tidak ada Kafta di sana. Mereka hanya berdua. Setelah itu Bagas mengantarnya pulang. Tidak ada senyum mengembang dari Kafta.Begitu pula dengan pelukan hangatnya, atau balasan rindu yang lelaki itu ungkapkan. Tak ada. Nina hanya bermimpi.Ini yang membuat Nina enggan memejamkan matanya. Entah bagaimana lagi ia melupakan sosok itu. Segala cara sudah Nina lakukan untuk mengenyahkan semua tentang Kafta.Bagi Nina, sosok itu mengerikan. Semesta mempermainkannya. Membiarkan alam bawah sadarnya selalu mengingat Kafta."Tidak," gelengan tak pernah benar-benar mengeny

    Last Updated : 2022-10-01
  • Sweet Dreams   Bab 3: Pertemuan

    ***Derap langkah milik gadis kecil itu menemani Nina mengelilingi rumah orang tuanya. Ame, ia gadis kecil yang periang. Kata Mama sifat ini sangat mirip dengannya di masa itu. Masa ketika dirinya belum mengerti tentang luka.Helaan napas berat terdengar dari mulut Nina. Sampai kapanpun ia dan Ame akan selalu memiliki kemiripan. Seperti dirinya, pun Ame mudah sekali disukai. Dengan caranya sendiri, Ame berhasil meluluhkan hati Nina yang selama Lima tahun ini menutup rapat hatinya untuk semua hal yang berhubungan dengan masa lalu. Sekali saja, Ame berhasil mencuri hatinya."Kak Nina kenapa baru datang sekarang?" Pertanyaan Ame menyadarkan Nina dari lumunannya. Raut wajah penasaran teramat jelas di wajah Ame. Lantas, jawaban seperti apa yang harus Nina berikan. "Kakak kerja, Sayang." Sungguh, bagi Nina ada desir halus yang menyentuh kalbunya kala ia menyebut kata sayang untuk Ame. Gadis kecil itu mengernyitkan kening. "Tapi Papa selalu pulang walaupun pergi bekerja," ucapnya. Ada sesak

    Last Updated : 2022-10-01

Latest chapter

  • Sweet Dreams   Bab 8: Luka Terdalam

    ***Larasati membuang tatap dari putra semata wayangnya. Bahkan kini ia membelakangi Kafta. “Mama setuju kamu mengakui Ame sebagai anakmu, Kafta, tapi mama nggak setuju kamu kembali bersama Nina. Terlalu banyak luka yang menyelimuti kalian berdua. Mama nggak yakin kalian bisa bahagia,” ucapnya.“Mama nggak bisa menghalangi aku. Bagaimanapun juga hingga detik ini aku masih mencintai Nina. Dia wanita yang nggak akan pernah bisa aku lupakan, Ma.”“Tapi … ”“Jangan pernah mama berpikir untuk melanjutkan perjodohan dengan Naura. Dia berhak mendapatkan seorang lelaki yang tulus mencintainya, ma!” tegas Kafta.Larasati membalikan badannya, kembali melabuhkan tatap pada Kafta. “Nggak semudah itu, Kafta. Kamu terlanjur setuju untuk bertunangan dengan Naura. Dia juga mencintaimu,” ucapnya sambil menggelengkan kepala.Jujur saja, masalah ini cukup menyita perhatian Kafta. Sebelumnya kehadiran Naura tak begitu mengganggu karena ia pikir tak mungkin ada kesempatan untuk bersama Nina lagi. Namun, k

  • Sweet Dreams   Bab 7: Masa Lalu yang Menghantui

    ***Livia mengangguk mantap. “Kalau begitu yang harus kamu luluhkan selanjutnya adalah hati Nina, Kafta. Dia belum sembuh dari masa lalu yang pernah menyakitinya dulu,” ucapnya mengingat kesedihan di mata Nina yang tak kunjung hilang hingga detik ini.Kafta paham. Luka itu dirinya yang menorehkan, maka hanya ia pula yang bisa menyembuhkan. “Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk mengambalikan Nina seperti dulu lagi, Tante,” balasnya.“Tapi, itu tidak akan mudah. Nina benar-benar membenci kita berdua. Bahkan putri kalian terkena imbasnya!” tutur Jonatan sembari mengingat kembali panggilan Ame untuk Nina. Kakak. Begitu cara cucunya itu memanggil ibunya.Jonatan menghela napas dengan berat. Begitu rumit masalah ini, sedang Ame semakin tumbuh besar. Jonatan khawatir Ame sulit menerima kenyataan yang sebenarnya jika benabng kusut ini tak juga teruraikan.“Aku tahu Om, tapi aku tidak bisa kecewa pada Nina. Semua memang salahku karena dulu meninggalkan Nina dan ikut menyalahkannya,” Kafta be

  • Sweet Dreams   Bab 6: Terungkapnya Kelahiran Ame

    *** Setelah terdiam mendengar kata-kata Livia, Jonatan pun akhirnya kembali membuka mulutnya. “Baik lah, mari kita berdamai Kafta. Tak baik bila menyimpan dendam meskipun kau dan aku sama-sama bersalah di masa lalu. Kita sama-sama menyianyiakan wanita yang kita cintai. Bahkan almarhum papamu pun melakukan itu hingga membuat mamamu melakukan kesalahan bersamaku,” ucapnya panjang lebar. “Beruntung aku masih mendapatkan maaf dari istriku, Livia.” Jotanatan menoleh pada Livia sejenak. Lalu kembali melabuhkan tatapnya pada Kafta yang juga dengan tegas menatapnya. “Aku dengan tulus meminta maaf padamu bagaimanapun juga,” lanjutnya. Dalam diam Livia tahu suaminya benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu. Dan, Livia dengan lapang dada memaafkan Jonatan beserta kesalahannya. “Om benar, kita salah. Tapi, aku tak setuju bila Om ikut menyalahkan Papaku. Dia hanya korban keegoisan mamaku dan Om Jo!” Jonatan tersenyum tipis. Rupanya hingga detik ini Larasati tak mengungkapkan cerita yang

  • Sweet Dreams   Bab 5: Melangkah Maju

    ***Kafta sibuk berperang dengan pikirannya begitu berada di depan rumah orang tua Nina. Hari ini ia memutuskan untuk datang ke tempat ini lagi setelah sekian lama menghindar sejauh-jauhnya. Kafta hanya ingin membayar lunas hutangnya pada Nina yang akhirnya memberanikan diri untuk pulang setelah Lima tahun menghilang.Dengan Satu kali tarikan napas, Kafta akhirnya maju satu langkah menuju gerbang rumah. Ia mengangkat tangannya untuk menekan bel agar dibukakan gerbang.“Mas Kafta, ya?” tanya secuirity rumah mantan pacarnya itu ketika membukakan pintu gerbang. Kafta mengangguk singkat, ia tahu secuirity yang ia kenali dengan nama Mang Dadang itu pasti setengah mengenalinya karena mereka sudah lama tidak bertemu. “Boleh saya masuk, Mang?” tanyanya.Dengan cepat Mang Dadang menganggukan kepala. “Masuk Mas!” ujarnya sembari mempersilakan.Masih ada sedikit keraguan di hati Kafta setelah mendengar Mang Dadang mengizinkannya masuk. Untuk pertama kalinya ia kembali ke rumah ini setelah Lima t

  • Sweet Dreams   Bab 4: Not Fine!

    ***Nina mengantar Ame ke kamarnya. Dia perlu menenangkan diri atas apa yang baru saja terjadi. Setelah Lima tahun berlalu, Kafta memberinya kejutan yang luar biasa. Ya, Nina tidak perlu berpura-pura bodoh ketika mendengar perkataan Kafta tadi. Memang, semuanya benar. Namun, Nina tidak siap. Sampai kapanpun dia tidak akan pernah siap menapaki lagi masa lalu itu.Suara pintu kamar yang terbuka mengantarkan mata Nina untuk melihat siapa yang datang. "Mama," lirihnya. Wanita yang dipanggilnya Mama itu semakin mendekat. "Kamu sudah ketemu Kafta?" Satu kejutan lagi. Nina sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Mama seolah tahu kejadian ini.Nina memberikan tatapan penuh tuntutan agar Mamanya mau menjelaskan semuanya. "Kafta, dia sudah setahun ini kembali ke rumah itu." Livia menghela napasnya. "Dia sering menemui Ame." Sekali lagi, Nina merasakan jantungnya berdegup kencang. Pertanyaan silih berganti memenuhi benaknya. Kenapa Kafta kembali? Apa yang sebenarnya diketa

  • Sweet Dreams   Bab 3: Pertemuan

    ***Derap langkah milik gadis kecil itu menemani Nina mengelilingi rumah orang tuanya. Ame, ia gadis kecil yang periang. Kata Mama sifat ini sangat mirip dengannya di masa itu. Masa ketika dirinya belum mengerti tentang luka.Helaan napas berat terdengar dari mulut Nina. Sampai kapanpun ia dan Ame akan selalu memiliki kemiripan. Seperti dirinya, pun Ame mudah sekali disukai. Dengan caranya sendiri, Ame berhasil meluluhkan hati Nina yang selama Lima tahun ini menutup rapat hatinya untuk semua hal yang berhubungan dengan masa lalu. Sekali saja, Ame berhasil mencuri hatinya."Kak Nina kenapa baru datang sekarang?" Pertanyaan Ame menyadarkan Nina dari lumunannya. Raut wajah penasaran teramat jelas di wajah Ame. Lantas, jawaban seperti apa yang harus Nina berikan. "Kakak kerja, Sayang." Sungguh, bagi Nina ada desir halus yang menyentuh kalbunya kala ia menyebut kata sayang untuk Ame. Gadis kecil itu mengernyitkan kening. "Tapi Papa selalu pulang walaupun pergi bekerja," ucapnya. Ada sesak

  • Sweet Dreams   Bab 2: Melodi yang Pilu

    ***Nina mengerjap, mengusap wajahnya dengan kasar. “Ya Tuhan ... mimpi itu lagi.” Lirih sekali suara Nina dalam berucap. Iya, dirinya baru saja terbangun dari tidurnya. Bukan sungguhan ia bertemu dengan Kafta karena ternyata semua hanya mimpi indah yang terus berulang dalam tidurnya.Kafta selalu terlihat begitu nyata, tapi semua hanya ilusi semata.Nina ingat kemarin malam dia dan Bagas makan di restoran. Semua tampak normal. Tidak ada Kafta di sana. Mereka hanya berdua. Setelah itu Bagas mengantarnya pulang. Tidak ada senyum mengembang dari Kafta.Begitu pula dengan pelukan hangatnya, atau balasan rindu yang lelaki itu ungkapkan. Tak ada. Nina hanya bermimpi.Ini yang membuat Nina enggan memejamkan matanya. Entah bagaimana lagi ia melupakan sosok itu. Segala cara sudah Nina lakukan untuk mengenyahkan semua tentang Kafta.Bagi Nina, sosok itu mengerikan. Semesta mempermainkannya. Membiarkan alam bawah sadarnya selalu mengingat Kafta."Tidak," gelengan tak pernah benar-benar mengeny

  • Sweet Dreams   Bab 1: Senandung Rindu

    *** Nina, begitu orang terdekat memanggil namanya. Perempuan cantik berusia Dua Puluh Lima tahun itu bekerja sebagai pelatih pada salah satu sanggar tari terkenal di Jakarta. Memiliki paras yang menawan, juga tubuh yang professional membuat Nina selalu dinilai sempurna. Nina mendapatkan pujian itu dari banyak orang terutama lelaki. Namun kesempurnaan itu tak pernah benar-benar membuat Nina bahagia.Faranina memiliki banyak sekali rahasia dalam hidupnya, termasuk tentang lelaki yang selama lima tahun ini ia sembunyikan dalam relung hati. Nina enggan mengingatnya, tapi namanya selalu terngingang dalam sukma. Kafta Ragas Fatih nama lelaki itu, lelaki yang selalu memenuhi ruang rindu milik Nina. Sosok antara ada dan tiada. Bukan, Kafta bukan makhluk tak kasat mata seperti hantu. Ia hanya masa lalu yang tak bisa Nina gapai lagi.Nina tidak mengerti mengapa Tuhan menciptakan Kafta dalam angannya. Nina lebih tidak mengerti kenapa Kafta tak bisa ia gapai. Sementara pertemuan mereka terlihat

DMCA.com Protection Status