”Tumben, Ngi, datengnya siang,” ucap Ben pada Angi yang sedikit lagi terlambat.
“Iya, nih. Hari ini berangkat dari tempat berbeda. Jadi agak lama di jalannya,” Jawab Angi.
“Oh, iya, Ngi. Hari ini kita persiapkan berkas untuk Job Expo di Mall Metropolitan Bekasi. Kita buka rekrutmen untuk front office.”
”Baik, Ben.”
Kegiatan di Job Expo ini sangat menguras tenaga dan konsentrasi Angi. Kegiatan ini juga menyita waktu Angi untuk menambah jam kerjanya dan pulang lebih malam.Angi memang sengaja meminta Adhimas agar tidak selalu antar jemput dirinya yang kini sudah memiliki indekos baru. Hal ini juga karena lokasi indekos dan kantor yang tidak terlalu jauh sehingga Adhimas tidak terlalu cemas.
Namun, untuk malam ini. Stalker itu hadir kembali. Ia sudah menunggu kedatangan Angi di persimpangan jalan. Ia memposisikan dirinya berdiri di belakang sebuah gardu listrik. Gardu yang terletak di sisi sebuah supermarket membuat suasana tidak terl
Stalker itu mengikuti Angi. Namun, ia memandangi dari jarak jauh. Ia tak tak suka keramaian. Ia tak suka matahari. Ia kembali ke halte sebelumnya dan kembali pulang untuk mengatur rencana selanjutnya. Kali ini rencananya tidak boleh gagal. Ia harus bisa membawa wanita di kamar 03 itu ke tempat persembunyiannya. Tidak akan wanita yang bisa menolak jika sudah berada di rumah itu. * Pukul 05.00 sore. Jadwal pulang ngantor para karyawan. Pada hari ini, kebetulan, tidak ada lembur kerja. Angi dan Ben bisa pulang tepat waktu. Job Expo sudah berakhir dan pekerjaan selanjutnya adalah interview para calon karyawan. Jadwal interview ini akan di lakukan minggu depan. Jadi, weekend ini, Angi bisa berlibur. Seperti biasa, Angi mengendarai busway, salah satu transportasi yang termudah untuk sampai ke indekosnya. Ia berjalan melewati trotoar yang sama. Rute yang sama. Bertemu orang-orang yang sama pula. Tapi, ia tak mau bertemu dengan stalker
Setelah kejadian stalker itu, Angi merasa hidupnya selalu di kelilingi oleh ketidaknyamanan dan juga selalu dalam marabahaya. Ia sempat berpikir apakah ini pertanda ia harus menyerahkan dirinya pada Ki Slamet? Ataukah ia tetap melanjutkan kehidupan sesuai dengan keinginannya? Sungguh ini hal terberat baginya jika ia harus beralih profesi sebagai paranormal. Ia benar-benar sangat menjauhi hal itu. Ia tak mau ketergantungan dengan silsilah keluarganya. Maka dari itu, ia putuskan untuk terus menjalani kehidupannya seperti manusia normal. Pagi yang cerah hadir kembali. Ia masih diberi kesempatan untuk melihat matahari bersinar cerah. Langit membiru seperti sebuah hadiah dari Tuhan. Tak ada yang indah selain cuitan burung gereja di pagi hari. Sinar mentari dirasakannya melalui kulit tubuhnya. Ia merasakan betapa beruntungnya ia diberi kehidupan baru oleh Tuhan. ia berjalan menuju gang indekosnya. Gang itu menyimpan sebuah misteri di kejadian se
Gadis misterius, yang Angi temui bersama pria malang, kini menjadi tantangan selanjutnya. Ia mencoba mencari tahu alasan kenapa gadis itu menyakiti pria tersebut. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, bisa saja, ia akan menyakiti korban selanjutnya. Gadis itu seperti menyimpan dendam pada seseorang. Ia akan terus mencari orang tersebut hingga dendamnya terbalaskan. Suatu pagi, di hari libur, Angi sengaja datang ke apartemen Adhimas tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Ia tiba pagi-pagi sekali. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang masuk apartemen tersebut. Ia melanjutkan langkahnya menuju sebuah lift yang menghubungkan lantai dasar dengan ruang apartemen Adhimas di lantai 4. Ruangannya berada di paling ujung, dari beberapa ruangan yang berada di lantai 4. Langkah kaki bernada semangat itu melaju riang menuju ruang yang berada di ujung itu. Ia menantikan senyuman Adhimas yang selalu hangat dan mani situ. Adhimas pasti tidak akan menyangka kalau Angi kin
”Bunuh pria itu! Maka dendamku akan terbalaskan,” ucap gadis itu dengan nada sinis. “Lebih baik kau beristirahat dengan tenang. Pria itu akan mendapatkan karmanya sendiri,” jelas Adhimas padanya. ”Aku belum tenang jika pria itu masih hidup!” Gadis itu perlahan menghilang dari balik pintu masuk apartemen Adhimas. Suaranya terulangi lagi dengan samar, ‘bunuh dia!’ ‘bunuh dia!’, menggema di seluruh ruangan apartemen. Adhimas dan Angi saling tatap-menatap. Mereka seperti memiliki kesamaan firasat yang akan terjadi pada pria tersebut. ”Kita harus mencegahnya. Sebelum semua terlambat,” ucap Angi. Siang itu, di hari libur, mereka habiskan waktu mereka untuk menemukan pria itu di kota jakarta yang sangat padat ini. Angi mendapatkan alamat si pria melalui CV yang ia kirimkan ke perushaan saat interview. Dengan fortuner putih, mereka melaju cepat ke daerah Jakarta Timur. Rumah sakit, tempat si pria itu dirawat pun, memberikan ala
”Tarik nafas dalam, buang perlahan. Tarik nafas lagi bu. Sedikit lagi!” suara bidan sedang memberi arahan pada Angel. “Astagfirullah! Tolong!” teriak bidan dari dalam kamar. Sontak semua orang panik yang berada di ruang tamu. Bidan teriak meminta tolong pasti ada yang tidak baik. Semua orang sudah berasumsi negatif terhadap sang ibu dan bayinya. Adhimas dan Angi masuk ke dalam kamar bersalin. Mereka kaget melihat arwah gadis itu berdiri tepat di samping Angel. Kondisi Angel saat ini pingsan karena pendarahan hebat setelah melahirkan. Bidan meminta tolong untuk segera memanggil ambulance dan merujuk Angel ke rumah sakit terdekat. Bidan masih sibuk mengurus sang bayi yang masih merah dan tak berdaya itu. Bayi tersebut harus segera mendapat kehangatan dari sang ibu. Tangisan pertama bayi itu sangatlah keras seperti ia hendak mengusir keberadaan sang arwah gadis. Ayah dan ibu Angel sibuk mempersiapkan untuk keberangkatan Angel ke rumah sak
Arwah gadis itu menginginkan Angel untuk mati, sama dengan dirinya. Ia tidak mau melihat kebahagiaan di mata Angel bersama dengan pria itu, yang sama-sama menjadi kekasihnya.*Tiga tahun yang lalu.Seorang pria datang ke rumah sakit untuk mengantar ibunya kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam. Di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta.Pria tersebut sangat menyayangi ibunya, karena hanya ibu yang ia miliki hingga saat ini. Ayahnya, seorang tentara, sudah pergi meninggalkan ibunya saat ia masih dalam kandungan. Ia hanya bisa melihat wajah ayahnya dalam foto pernikahan.Ya, pernikahan siri. Suatu pernikahan yang dibolehkan dalam hukum agama islam. Namun, tidak terdaftar dalam Kementerian Agama, di negara Indonesia.Dua puluh dua tahun ia menjalani kehidupan hanya berdua bersama ibunya, semua cobaan hidup dari kesusahan, kesedihan hingga hari ini bisa merasakan senang, walau hanya sedikit.Namun, cobaan kehidupan itu
Wanita itu, Angel, masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sekujur tubuhnya masih terpasang alat yang bisa mempertahankan kehidupannya. Orang tuanya masih dalam isak tangis yang tak terbendung melihat anak dan cucunya sama-sama berada dalam kondisi kritis. Sumpah serapah jatuh pada si pria itu. Ya, pria yang berjanji akan menikahinya lantas meninggalkannya dengan meninggalkan seorang bayi. Mereka tidak akan memaafkan pria itu meskipun ia membayar dengan sebuah gunung yang dirubah menjadi sebuah bahtera mewah. Angi dan Adhimas masuk ke dalam ruang ICU, dimana Angi dirawat, suasana perawat dan dokter terlihat sibuk. Seorang suster sedang memperbaiki selang hidung, dua buah mata pun sedang mengawasinya. Tepat di samping kanan perawat itu, berdiri seorang wanita dengan wajah pucat dan mata hitam. Rambut terurai panjang hingga menyentuh pinggangnya. Tangannya meraba kulit tangan sang perawat yang sedang bekerja itu. Namun, sentuhan itu hanyala
Adhimas yang sudah berada di Komplek Citra segera mendekati kerumunan. Dan ia melihat arwah gadis itu dan arwah si pria berdiri tepat di bawah pohon mangga. "Sepertinya gadis itu yang melakukannya," Ucap Adhimas pada Angi yang masih terpaku. "Iyaa. Aku pun berpikir seperti itu. Mereka semua akan bertemu di alam arwah," Angi. "Tiidddaaakkkkk!!!" Teriak seorang wanita dari kejauhan. Seorang wanita lansia yang baru saja melintas. Ia masuk ke dalam kerumunan warga. Ia menerobos orang -orang yang berdiri menghalangi. Hingga akhirnya ia sampai di depan jasad pria itu. Tangannya gemetar, kakinya mencoba melangkah perlahan menuju jasad yang masih tengkurap. ”Kenapa kamu tinggalkan mamah, nak?” suaranya sedih. Ia berlutut di depan jasad itu dan memegang tangan anaknya yang sudah dingin itu. ”Kenapa semua orang diam aja? Tolong bantu anak saya!” teriak ibu itu dengnan suara gemetar. “Kami sudah memanggil Polisi setemp
Aku menerima sebuah boneka dari salah satu pasienku. Selama 5 tahun aku mengabdikan diri ke masyarakat sebagai personel kesehatan, ini bukan kali pertama aku menerima hadiah dari pasien. Iya sih, aku memang tidak meminta mereka memberikanku sesuatu. Tapi karena di desa terpencil ini. Hampir semua penduduk adalah petani kecil yang berpenghasilan tidak seberapa. Biaya murah tapi berkualitas. Ini adalah mottoku ketika aku menerima sertifikat kedokteranku. Boneka yang diberikan kepadaku sudah tua. Bajunya sudah lecek. Penuh dengan sobek dibeberapa sisi. Rambutnya juga sebagian sudah rontok. "Nama boneka itu Tania, bu dokter" kata seorang wanita tua yang memberikan kepadaku. "Tania ya? Hihihi. Namanya sama kaya Saya nek" kataku sembari memberikan resep kepadanya. Tangan nenek itu sudah bergemetar. Dia sepertinya sudah susah mengakat tangannya sendiri. Aku melipat surat resep dan meletakannya di tangan kanannya. "Semoga lekas
Kali ini pasien Angi bukan berasal dari local. Ia adalah seorang warga negara asing yang sedang bekerja untuk tiga tahun ke depan di Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini tidak serta merta membautnya menjadi gembira, pasalnya ia membawa orang lain dalam perjalanannya ini. Bahkan parahnya, orang itu bukanlah manusia melainkan sosok makhluk gaib yang menempel pada tubuhnya hingga terbawa ke sini. “Bagaimana tuan tahu bahwa ada sosok gaib yang mengikuti tuan?” tanya Angi memancing. Padahal, Angi pun sudah melihat hantu wanita itu di samping tuan Jepang itu, sebut saja nama samarannya adalah Juno. “Saya sering sekali bermimpi hantu wanita yang sedang membawa anak kecil yang menangis. Ketika saya mendekati anak tersebut, wajahnya sangat pucat dan badannya sudah kaku. Tapi suaranya begitu keras menangis,” jelasnya. “Lalu, bagaimana jika benar hantu itu ada?” tanya Angi kembali. “Tolong lepaskan hantu itu dari diri saya. Hal ini membuat saya tida
Dengan begitu, selesai sudah tugas Angi untuk membantu pasiennya. Ia cukup untuk memverifikasi jika sang anak sulung itu sudah melakukan tugasnya yang diwasiatkan oleh sang khodam. Baru saja Angi menyelesaikan salah satu tugasnya, kini seorang pasien sudah menghubunginya kembali. Kali ini sang pasien minta untuk penjagaan diri. Hal ini karena dirinya bekerja di bagian yang berhubungan dengan mayat di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, penting baginya agar terlindungi dari gangguan para makhlus halus. Sebut saja namanya Ara. Seorang perawat yang bertugas di bagian ruang jenazah. Yang kemudian mulai terusik oleh kehadiran sesosok makhluk gaib.Ara menceritakan bahwa dirinya tidur di ruangan dekat dengan kamar mayat. Hal ini sudah biasa baginya. Selama ia bekerja di sana belum pernah diganggu oleh sesosok makhluk gaib apapun. Hingga suatu hari itupun terjadi. Setiap hari, setiap malam ia bekerja dengan normal tetapi tidak pada malam itu. Ketika diminta
Sang Mentari mulai menunjukkan cahaya kehangatannya. Angi pun segera bangun dan bergegas untuk memulai pencariannya tentang Penunggu Mustika Putih milik seorang pasien yang datang kepadanya sehari yang lalu. Sang pasien meminta tolong kepada Angi untuk membantu sang kakek agar bisa sembuh dari penyakit menahunnya. Penyakit yang tidak bias aini tidka bisa dilihat oleh ilmu medis, oleh karena itu, sang pasien yang merupakan anak sulungnya itu meminta bantuan kepada seseorang yang ahli dalam ilmu spiritual. Perjalanan pun dimulai dengan tak lupa membawa sang mustika legendaris sebagai penjaga diri Angi dari ancaman para iblis. Angi mulai mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo. Tak lupa Angi membawa pula obat manjurnya, yaitu darah sang ular, untuk berjaga-jaga jika dirinya terluka bahkan ada seseorang yang meminta bantuannya. Sebelum berangkat ke sana Angi mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja d
Batu mustika Batu mulia ialah segala jenis batuan dan mineral yang memiliki sifat fisik dan kimia yang khas,yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perihasan. Menurut KBBI (2014:7), permata adalah batu berharga yang berwarna indah.Ada yang menyebabkan batu ini berwarnawarni,yaitu komponen unsur kimia penyusunannya (unsur transisi yang memberi warna pada komponen pokok yang biasa bening).Mustika atau Mestika adalah berasal dari Alam, atau Alamiah terbentuk dari Berbagai macam Unsur mulai dari unsur Tumbuhan, unsur binatang, unsur Tanah/bumi, Air, api dan Udara dan juga unsur mineral lainnya.Penamaan Mustika/Mestika ini diambil biasa diambil hanya dari jenis unsur2 tersebut yang terbentuk dalam batuan atau Batu Mustika, Sementara hakiki dan hakikat Terang nyata adanya adalah Unsur-unsur yang terbentuk diatas dan yang mengandung Riwayat jelas serta Biasanya Termasyur dikalangan orang-orang tertentu.Seperti misal Mestika Nabi Nuh
Dalam suasana gelap Angi tak sadar bahwa dirinya kini tak lagi berada dalam pertarungan sengit dengan sang iblis. Dalam dimensi itu ia bertemu dengan KI Slamet yang sudah emnunggunya sejak beberapa jam yang lalu. “Bagaimana perjalananmu sayang? Apakah menyenangkan?” tutur Ki Slamet melihat Angi tergopoh-gopoh menopang tubuhnya agar stabil. “Apa maksud Aki? Apa semua ini bukan bagian dari mimip?” tanya Angi dengan penasaran. Ia bahkan mengira bahwa dirinya masih dalam pertaungan melawan snag iblis yang hampir saja menghabisi nyawanya dalam satu kedipan mata. Lalu, Angi berjalan tertatih dan melangkah maju menuju Ki Slamet yang sedang berdiri di seberang dimensi. Entah apa yang sedang ia rasakan kali ini benar-benar membuatnya sangat bingung. “Kau berada di dimensi ketiga alam bawah sadarmu. Kau sudah menempuh perjalanan berat untuk mendapatkan sang mustika legendaris itu. Kini kau bisa beristirahat untuk oenembuhan lukamu.” “Tapi, bagai
“Dasar! Sama-sama jorok!” gerutu Angi dalam suara lirihnya. Kemudian Angi berjalan maju menuju panggung seni tarian itu dan diikuti oleh Kisman di belakangnya. Mereka berjalan menghampiri sisi panggung karena semua warga berkerumun di sana. Setidaknya mereka bisa menyaksikan penari yang sedang kesurupan ala tarian Dolalak. Penari utama Dolalak sedang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan tangan kanan memegang sesaji daun mawar yang ditaburi oleh minak fanbo. Lalu, sontak saja sesaji itu dilemparnya ke arah salah satu penari namun sialnya, sesaji itu terkena wajah Kisman, yang tepat berdiri di sisi penari yang terkena lemparan itu. Tiba-tiba saja Kisman pun ikut kesurupan. Seorang penari yang kesurupan langsung menunjukkan keahliannya dalam menari. Sedangkan Kisman mendadak menjadi seorang yang bertubuh tegap. Angi merasa aneh dengan gelagat Kisman. Akhirnya ia tahu bahwa ada sesosok makhluk yang menginginkan tubuh Kisman. Kisman berjalan me
Suara itu terdengar jelas. Kisman memerhatikan sekitar berharap tidak ada yang akan menerjangnya. Sedangkan Angi tetap tenang. Ia menajamkan pendengarannya ke segala penjuru mata angin. Indera penglihatan ia fokuskan pada setiap gerakan yang mungkin saja muncul dihadapannya. Lalu, Kisman dan Angi mulai melangkah lagi dengan perlahan yang sempat berhenti sejenak. "Krek!" "Krak!" Suara ranting kering yang terinjak itu semakin dekat dengan mereka. Angi mencoba menenangkan Kisman yang mulai panik. Ia sangat takut hingga badannya gemetaran. Lalu, Angi mencoba memerhatikan sekeliling dan menggunakan kekuatan batinnya. Ia tahu ini bukanlah makhlul gaib melainkan seekor binatang buas. "Kita harus cepat," Ucap Angi pada Kisman.Angi dan Kisman berlari secepat mungkin dan benar saja, hal itu memancing sang serigala lereng gunung muncul dan mengejar mereka. Berlari saja tidak cukup, kec
Malam hari pun mulai menyapa sang langit yang biru nan cerah. Warna gelap mulai menghiasi langit. Bintang-bintang berkedip malu untuk muncul menghiasi langit. Inilah tanda ahwa tidak akan turun hujan di mala mini. Sungguh malam yang sangat indah, tepat sekali dijadikan sebuah acara hajatan untuk seorang kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.Malam ini tidka ada tanda-tand apapun dari warga desa yang belakangan ini sedang memerhatikan keberadaan Angi. Kali ini mereka disibukkan oleh acara Pak Jiman. Sementara, untuk Angi dibiarkan dulu karena mereka tahu bahwa nisanak satu ini tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Lalu, pada pukul 7 malam sebuah pidato dibuka oleh sang pemangku acara hajat tersebut. Semua warga telah memenuhi halam rumah Pak Jiman yang saat ini sedang duduk di singgasananya. Pesta yang diadakan dengna mewah ini tak tanggung-tanggung diadakan selama tiga hari tiga malam. sungguh penghamburan biaya tapi bagi Pak Jima