Ia sempat berpikir apakah ini pertanda ia harus menyerahkan dirinya pada Ki Slamet? Ataukah ia tetap melanjutkan kehidupan sesuai dengan keinginannya?
Sungguh ini hal terberat baginya jika ia harus beralih profesi sebagai paranormal. Ia benar-benar sangat menjauhi hal itu. Ia tak mau ketergantungan dengan silsilah keluarganya. Maka dari itu, ia putuskan untuk terus menjalani kehidupannya seperti manusia normal.
Pagi yang cerah hadir kembali. Ia masih diberi kesempatan untuk melihat matahari bersinar cerah. Langit membiru seperti sebuah hadiah dari Tuhan. Tak ada yang indah selain cuitan burung gereja di pagi hari.
Sinar mentari dirasakannya melalui kulit tubuhnya. Ia merasakan betapa beruntungnya ia diberi kehidupan baru oleh Tuhan. ia berjalan menuju gang indekosnya.
Gang itu menyimpan sebuah misteri di kejadian se
Gadis misterius, yang Angi temui bersama pria malang, kini menjadi tantangan selanjutnya. Ia mencoba mencari tahu alasan kenapa gadis itu menyakiti pria tersebut. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, bisa saja, ia akan menyakiti korban selanjutnya. Gadis itu seperti menyimpan dendam pada seseorang. Ia akan terus mencari orang tersebut hingga dendamnya terbalaskan. Suatu pagi, di hari libur, Angi sengaja datang ke apartemen Adhimas tanpa memberi tahunya terlebih dahulu. Ia tiba pagi-pagi sekali. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang masuk apartemen tersebut. Ia melanjutkan langkahnya menuju sebuah lift yang menghubungkan lantai dasar dengan ruang apartemen Adhimas di lantai 4. Ruangannya berada di paling ujung, dari beberapa ruangan yang berada di lantai 4. Langkah kaki bernada semangat itu melaju riang menuju ruang yang berada di ujung itu. Ia menantikan senyuman Adhimas yang selalu hangat dan mani situ. Adhimas pasti tidak akan menyangka kalau Angi kin
”Bunuh pria itu! Maka dendamku akan terbalaskan,” ucap gadis itu dengan nada sinis. “Lebih baik kau beristirahat dengan tenang. Pria itu akan mendapatkan karmanya sendiri,” jelas Adhimas padanya. ”Aku belum tenang jika pria itu masih hidup!” Gadis itu perlahan menghilang dari balik pintu masuk apartemen Adhimas. Suaranya terulangi lagi dengan samar, ‘bunuh dia!’ ‘bunuh dia!’, menggema di seluruh ruangan apartemen. Adhimas dan Angi saling tatap-menatap. Mereka seperti memiliki kesamaan firasat yang akan terjadi pada pria tersebut. ”Kita harus mencegahnya. Sebelum semua terlambat,” ucap Angi. Siang itu, di hari libur, mereka habiskan waktu mereka untuk menemukan pria itu di kota jakarta yang sangat padat ini. Angi mendapatkan alamat si pria melalui CV yang ia kirimkan ke perushaan saat interview. Dengan fortuner putih, mereka melaju cepat ke daerah Jakarta Timur. Rumah sakit, tempat si pria itu dirawat pun, memberikan ala
”Tarik nafas dalam, buang perlahan. Tarik nafas lagi bu. Sedikit lagi!” suara bidan sedang memberi arahan pada Angel. “Astagfirullah! Tolong!” teriak bidan dari dalam kamar. Sontak semua orang panik yang berada di ruang tamu. Bidan teriak meminta tolong pasti ada yang tidak baik. Semua orang sudah berasumsi negatif terhadap sang ibu dan bayinya. Adhimas dan Angi masuk ke dalam kamar bersalin. Mereka kaget melihat arwah gadis itu berdiri tepat di samping Angel. Kondisi Angel saat ini pingsan karena pendarahan hebat setelah melahirkan. Bidan meminta tolong untuk segera memanggil ambulance dan merujuk Angel ke rumah sakit terdekat. Bidan masih sibuk mengurus sang bayi yang masih merah dan tak berdaya itu. Bayi tersebut harus segera mendapat kehangatan dari sang ibu. Tangisan pertama bayi itu sangatlah keras seperti ia hendak mengusir keberadaan sang arwah gadis. Ayah dan ibu Angel sibuk mempersiapkan untuk keberangkatan Angel ke rumah sak
Arwah gadis itu menginginkan Angel untuk mati, sama dengan dirinya. Ia tidak mau melihat kebahagiaan di mata Angel bersama dengan pria itu, yang sama-sama menjadi kekasihnya.*Tiga tahun yang lalu.Seorang pria datang ke rumah sakit untuk mengantar ibunya kontrol ke dokter spesialis penyakit dalam. Di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta.Pria tersebut sangat menyayangi ibunya, karena hanya ibu yang ia miliki hingga saat ini. Ayahnya, seorang tentara, sudah pergi meninggalkan ibunya saat ia masih dalam kandungan. Ia hanya bisa melihat wajah ayahnya dalam foto pernikahan.Ya, pernikahan siri. Suatu pernikahan yang dibolehkan dalam hukum agama islam. Namun, tidak terdaftar dalam Kementerian Agama, di negara Indonesia.Dua puluh dua tahun ia menjalani kehidupan hanya berdua bersama ibunya, semua cobaan hidup dari kesusahan, kesedihan hingga hari ini bisa merasakan senang, walau hanya sedikit.Namun, cobaan kehidupan itu
Wanita itu, Angel, masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Sekujur tubuhnya masih terpasang alat yang bisa mempertahankan kehidupannya. Orang tuanya masih dalam isak tangis yang tak terbendung melihat anak dan cucunya sama-sama berada dalam kondisi kritis. Sumpah serapah jatuh pada si pria itu. Ya, pria yang berjanji akan menikahinya lantas meninggalkannya dengan meninggalkan seorang bayi. Mereka tidak akan memaafkan pria itu meskipun ia membayar dengan sebuah gunung yang dirubah menjadi sebuah bahtera mewah. Angi dan Adhimas masuk ke dalam ruang ICU, dimana Angi dirawat, suasana perawat dan dokter terlihat sibuk. Seorang suster sedang memperbaiki selang hidung, dua buah mata pun sedang mengawasinya. Tepat di samping kanan perawat itu, berdiri seorang wanita dengan wajah pucat dan mata hitam. Rambut terurai panjang hingga menyentuh pinggangnya. Tangannya meraba kulit tangan sang perawat yang sedang bekerja itu. Namun, sentuhan itu hanyala
Adhimas yang sudah berada di Komplek Citra segera mendekati kerumunan. Dan ia melihat arwah gadis itu dan arwah si pria berdiri tepat di bawah pohon mangga. "Sepertinya gadis itu yang melakukannya," Ucap Adhimas pada Angi yang masih terpaku. "Iyaa. Aku pun berpikir seperti itu. Mereka semua akan bertemu di alam arwah," Angi. "Tiidddaaakkkkk!!!" Teriak seorang wanita dari kejauhan. Seorang wanita lansia yang baru saja melintas. Ia masuk ke dalam kerumunan warga. Ia menerobos orang -orang yang berdiri menghalangi. Hingga akhirnya ia sampai di depan jasad pria itu. Tangannya gemetar, kakinya mencoba melangkah perlahan menuju jasad yang masih tengkurap. ”Kenapa kamu tinggalkan mamah, nak?” suaranya sedih. Ia berlutut di depan jasad itu dan memegang tangan anaknya yang sudah dingin itu. ”Kenapa semua orang diam aja? Tolong bantu anak saya!” teriak ibu itu dengnan suara gemetar. “Kami sudah memanggil Polisi setemp
Tangannya gemetar seperti sedang kedinginan. Wajah dan bibirnya berwarna putih pucat. Nafasnya terdengar tidak teratur. “Kamu belum telat, kok. Tenang aja ya!” berkata partner kerja sebelahnya. ”ii..iii.. iyaa,” jawabnya gagap. Matanya memanah semua orang yang sedang bekerja. Seakan ia sedang menghindari sesuatu. “Kenapa anak baru itu? Dia sakau?” berkata bisik-bisik seorang pekerja lainnya. ”Gak mungkin juga lah, mana bisa dia lolos kalau ketahuan make,” celetuk teman sebelahnya. ”Benar juga. Semua pekerja di sini aman dari yang begituan.” Satu jam telah berlalu, si pegawai baru mulai beradaptasi dengan badannya. Ia mulai tenang. Semua pekerja yang memperhatkannya kembali bekerja dengan fokus. Tak ada lagi yang menggunjingnya. “Nih, makan permen,” ucap partner kerjanya. “Oh, iya. Makasih, mas.” Suaranya masih bergetar. Ia seperti tak sanggup menahan desakan dalam dirinya. Ia berdiri dari kursiny
Sikapnya sangat pemarah dan egois. Ia tak bisa diatur, tidak seperti adiknya, yang penurut dan cerdas. Kuliah kakaknya terbengkalai, ia hampir saja di DO dari kampusnya. Ia lebih senang berpesta pora dengan teman-temannya. Sudah puluhan wanita yang menjadi pacarnya. Tapi, semua itu karena uang. Setelah jasad adiknya ditemukan, mereka segera melakukan pemakaman. Keluarganya menolak untuk dilakukan otopsi. Hal itu hanya akan menambah kesedihan orang tuanya. ”Ahhh! Kenapa aku tak bisa masuk! Kenapaa!!” teriak arwah kakak sulungnya. ”Sial! Ini tidak adil!” Jasad adiknya terbaring kaku di depan mimbar masjid. Para jamaah sudah memenuhi ruangan masjid yang hendak melaksanakan shalat jenazah. Sementara, arwah kakaknya, masih berusaha untuk masuk ke dalam tubuh adiknya yang sudah mati. Berharap ia pun bisa berganti tubuh. Sayang, itu semua mustahil. Pemakaman dilaksanakan pagi hari, semua keluarga, tetangga dan kerabat dekat dari adikn