Keesokan harinya, Angi berniat untuk beristirahat sejenak dari rutinitasnya mengobati para pasien.
Ia mohon izin kepada bapak dan emak untuk menginap di rumah pamannya di desa Kidul.
Kunjungannya ini tidak hanya bertujuan untuk mengisi liburannya, melainkan, ia ingin belajar ilmu kanuragan yang sempat ditawarkan oleh sang paman.
Hal ini akan berdampak sangat baik dalam perkembangan pengobatannya kepada para pasien.
Oleh karena itu, pagi ini ia berangkat menuju desa itu.
Di Desa Kidul. Di rumah paman Angi. Suara tangis perempuan itu terdengar sampai di luar. Dinding rumah panggung yang terbuat dari papan, tak mampu meredam suara isaknya yang tertahan. Sesekali isakan itu diselingi suara embikan kambing di bawah rumah.Perempuan itu, Diajeng, seperti orang yang hilang ingatan. Saat senja seperti saat ini, seringkali dia tiba-tiba menangis, tapi beberapa saat kemudian, berteriak lantang, dengan suara dan nada y
Angi semakin paham kapan kejadian itu tidak pergi mencari mangsa, yaitu setiap Selasa malam. Artinya hari ini istri Nugraha akan keluar mencari mangsa. Angi pun berpamitan pada Nugraha, tapi dia sengaja membuat janji untuk bertemu pada malam harinya. Angi akan membawa mesin pompa air milik pamannya, yang kebetulan memang sudah rusak. Dia sudah menyusun rencana untuk membongkar kelakuan istri Nugraha. Tapi sebelum menangkap basah perempuan jejadian itu, dia akan menjelaskan pada Nugraha mengenai risiko yang dihadapinya, jika terus beristrikan perempuan itu. Malamnya, tepat seusai salat Magrib, Angi berangkat menuju rumah Nugraha. Dia membungkus mesin pompa air milik pamannya menggunakan karung. Langit di atasnya terlihat memerah, sepertinya hujan akan turun malam ini. Tapi Angi sudah menyiapkan jas hujan sebagai langkah antisipasi. Suara katak di pesawahan bersahutan, seolah memanggil hujan agar segera turun. Deru knalpot sepeda motor tua milik
Pagi ini, awan-awan putih berarak, melayang seperti kapas raksasa yang bermanja pada langit biru. Lembang bayu pun seperti berkolaborasi dengan mereka, mengembus sepoi-sepoi, membuat iringan awan berlenggak-lenggok genit menggoda. Matahari seolah tak rela, jika tak menggoda kesejukan yang tercipta oleh mereka. Awan-awan itu seperti mencoba melawan terik yang dipancarkan oleh mentari. Di Desa Kidul, Desa tempat tinggal paman Angi ini, banyak dari beberapa warganya sering berziarah ke Gunung Kemukus. Konon, pada malam satu suro yang merupakan pergantian tahun Jawa, menjadi momen terpenting di Gunung Kemukus sebagai tempat ritual. Peziarah rela menunggu berjam-jam antre untuk mendapatkan kesempatan nyekar di Makam Pangeran Samudra, tepat pada pergantian ribuan tahun Jawa. Tujuan mereka nyekar adalah untuk ngalap berkah. Yang dalam istilah Jawa, ritual pesugihan, itu untuk mencari kekayaan. Setiap peziarah yang datang j
Setelah Angi kembali dari Desa pamannya di Kidul, Angi membuka lagi ritual pengobatan mujarabnya. Namun, kali ini terasa beda. Tak seperti hari biasanya, para pasien datang berbondong-bondong untuk berobat bahkan hanya meminta petuah dari Angi untuk melaksakan usahanya. Siang ini, di panasnya terik Mentari. Datanglah seorang wanita cantik yang meminta untuk dilepaskan dari ikatan pesugihannya dengan Nyi Blorong. Sebut saja namanya, Lastri. Namun, yang lebih mengernyitkan dahi, sosok yang datang bukanlah manusia melainkan arwah sang pengikut Nyi Roro Kidul yang kabur dari singgasananya di laut kidul. Ini sungguh pekerjaan yang berat untuk Angi. Karena pesugihan adalah sebuah ikatan janji antara dua seorang manusia dengan makhluk gaib dengan syarat tertentu yang harus di penuhi. Bukan rahasia lagi banyak orang mengenal pesugihan Nyi Blorong yang mampu mewujudkan permintaan manusia dengan jalan bersekutu. Pesugihan Nyi Blorong paling banyak dibur
Tak cukup sampai disini. Pasien yang berbentuk sosok makhluk lain pun datang kepada Angi. Malam pun tiba. Tak disangka tamu yang datang tak terduga adalah siluman buaya. Tamu tak kasat mata ini tiba-tiba sudah berada di depan rumah Angi. Ia ingin meminta bantuan Angi untuk mengembalikan wujudnya kembali menjadi manusia. Siluman buaya yang bernama Jabar menjelaskan bahwa dirinya menyesal karena telah melanggar perjanjian dengan sang guru Spiritualnya. Ia melanggar peraturan bahwa dirinya tidak boleh mencintai wanita lain selain istrinya. Namun, karena kekayaan dan kejayaan telah membuatnya gelap mata sehingga ia melanggar perjanjian itu. Praktik pesugihan memang tidak bisa dilihat secara kasat mata karena kegiatan tersebut kebanyakan merupakan adalah ilmu gaib. Kendati demikian, pesugihan yang biasanya berniat memperkaya diri sendiri itu juga bisa dilihat dari beberapa pertanda. Dalam hal ini, biasanya harta yang didapatkan oleh pelaku
Aroma anyir itu semakin menusuk hidung, tapi Barok tidak memedulikan aroma itu. Dia terus melangkah menembus gelapnya malam. Di kanan dan kirinya, pohon-pohon besar menutupi cahaya rembulan. Sesaat kemudian, aroma anyir itu seperti berpadu dengan wangi kemenyan. Sebenarnya Barok merasa mual dengan perpaduan aroma itu. Tapi, dia harus melanjutkan perjalanannya, menuju kampung di ujung hutan ini. Suara binatang malam dan desir angin menemani langkahnya. Derit batang bambu yang saling bergesek tertiup angjn, membuat bulu kuduknya merinding. Ditambah lagi dengan bau tanah basah akibat hujan tadi sore, membuatnya sedikit bergidik. Namun semua hal itu, tidak menyurutkan langkahnya, untuk tetap berjalan menuju kampung di depan sana. Dia harus bertemu dengan orangtua kandungnya.Sejak kecil Barok tinggal bersama pasangan Pak Kasim dan istrinya. Hingga usianya menginjak 25 tahun, dia tidak tahu bahwa Pak Kasim dan istrinya bukan orangtua kandungnya. Pekan l
"Malam ini kamu istirahat di sini saja. Bapak lihat kamu sudah lelah. Ada kamar kosong di dalam. Dulu kamar itu ditempati oleh anak bapak, tapi sekarang dia kerja di kota," pria itu melanjutkan.Tidak lama kemudian, istri dari pria itu keluar sambil membawa secangkir kopi, dan sepiring pisang goreng yang masih hangat. Dia mempersilakan Barok untuk menikmati suguhannya.Barok dan pria itu akhirnya terlibat dalam obrolan, mulai dari jalanan menuju desa yang belum ada penerangan, hingga beberapa kisah mistis yang ada di kampung itu.Pria tua itu mengaku sebagai sahabat ayahnya, Pak Wijan. Keduanya, kata dia, beberapa kali membantu warga yang kena guna-guna maupun gangguan makhluk halus.Barok pun menceritakan apa yang pernah dikisahkan oleh Pak Kasim, orangtua angkatnya, tentang perjanjian antara bapak kandungnya, Pak Wijan dengan jin penunggu kampung, Ki Wira.Pria paruh baya itu mendengarkan dengan saksama. Dia tidak mengomentari atau memotong cerit
Seorang tamu datang berkunjung kerumah Angi. Ia mengeluh bahwa warungnya sangat sepi. Lantas, tanpa banyak pikir, ibu paruh baya itu minta sang penglaris untuk warungnya. Angi pun menyanggupinya. Ia memberikan pilihan dari beberapa makhluk yang ia ajukan. Setiap makhluk memiliki persyaratan berbeda, dan tingkatan penglarisnya pun berbeda. “Silahkan pilih bu, mau pocong, kunti atau genderuwo? Semua memiliki keistimewaan masing-masing.” Angi mempersilahkan ibu itu untuk memilih kemudian baru ia jelaskan perihal persyaratan makhluk tersebut. “Saya pilih genderuwo aja, mbak.” “Setiap malam jumat, ibu harus memberinya makan berupa hewan unggas atau yang lainnya. Taburkan bunga di setiap sudut warung. Kemudian, kopi pahit dan beberapa sesajen adat disini tolong di suguhkan.” “Berapa lama masa penglarisnya, mbak?” “Selama ibu masih membutuhkannya. Dan jangan coba-coba untuk telat memberinya makan,” kecam Angi.
Matanya menyala-nyala, ekornya dikibas-kibaskan, seperti ingin melonglong, tapi tak bisa. Puluhan warga telah mengerumuninya, kini manusia jadi-jadian akan segera ditangkap dan diketahui siapa sebenarnya makhluk dibalik tubuh anjing itu. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang ketika menangkap parakang. Manusia jadi-jadian yang terkenal di Suku Bugis. Biasanya mereka menjadi parakang karena faktor pesugihan, atau diturunkan dari orang tuanya. Di hadapan saya ini, entah ia menjadi Parakang karena ingin mendapatkan tahta, harta, dan wanita. Atau jika parakangnya seorang perempuan, biasanya karena ingin awet muda dan mendapatkan laki-laki muda. Penyebab lainnya, bisa karena ia mendapatkan warisan darah sebagai Parakang dari orang tuanya. Tiba-tiba kesedihan menyergap di dada saya. Bagaimana jika ternyata anjing yang ada dihadapan saya ini adalah manusia yang hanya terperangkap oleh kebanalan orang tuanya? Bagaimana jika ia hanya korban
Aku menerima sebuah boneka dari salah satu pasienku. Selama 5 tahun aku mengabdikan diri ke masyarakat sebagai personel kesehatan, ini bukan kali pertama aku menerima hadiah dari pasien. Iya sih, aku memang tidak meminta mereka memberikanku sesuatu. Tapi karena di desa terpencil ini. Hampir semua penduduk adalah petani kecil yang berpenghasilan tidak seberapa. Biaya murah tapi berkualitas. Ini adalah mottoku ketika aku menerima sertifikat kedokteranku. Boneka yang diberikan kepadaku sudah tua. Bajunya sudah lecek. Penuh dengan sobek dibeberapa sisi. Rambutnya juga sebagian sudah rontok. "Nama boneka itu Tania, bu dokter" kata seorang wanita tua yang memberikan kepadaku. "Tania ya? Hihihi. Namanya sama kaya Saya nek" kataku sembari memberikan resep kepadanya. Tangan nenek itu sudah bergemetar. Dia sepertinya sudah susah mengakat tangannya sendiri. Aku melipat surat resep dan meletakannya di tangan kanannya. "Semoga lekas
Kali ini pasien Angi bukan berasal dari local. Ia adalah seorang warga negara asing yang sedang bekerja untuk tiga tahun ke depan di Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini tidak serta merta membautnya menjadi gembira, pasalnya ia membawa orang lain dalam perjalanannya ini. Bahkan parahnya, orang itu bukanlah manusia melainkan sosok makhluk gaib yang menempel pada tubuhnya hingga terbawa ke sini. “Bagaimana tuan tahu bahwa ada sosok gaib yang mengikuti tuan?” tanya Angi memancing. Padahal, Angi pun sudah melihat hantu wanita itu di samping tuan Jepang itu, sebut saja nama samarannya adalah Juno. “Saya sering sekali bermimpi hantu wanita yang sedang membawa anak kecil yang menangis. Ketika saya mendekati anak tersebut, wajahnya sangat pucat dan badannya sudah kaku. Tapi suaranya begitu keras menangis,” jelasnya. “Lalu, bagaimana jika benar hantu itu ada?” tanya Angi kembali. “Tolong lepaskan hantu itu dari diri saya. Hal ini membuat saya tida
Dengan begitu, selesai sudah tugas Angi untuk membantu pasiennya. Ia cukup untuk memverifikasi jika sang anak sulung itu sudah melakukan tugasnya yang diwasiatkan oleh sang khodam. Baru saja Angi menyelesaikan salah satu tugasnya, kini seorang pasien sudah menghubunginya kembali. Kali ini sang pasien minta untuk penjagaan diri. Hal ini karena dirinya bekerja di bagian yang berhubungan dengan mayat di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, penting baginya agar terlindungi dari gangguan para makhlus halus. Sebut saja namanya Ara. Seorang perawat yang bertugas di bagian ruang jenazah. Yang kemudian mulai terusik oleh kehadiran sesosok makhluk gaib.Ara menceritakan bahwa dirinya tidur di ruangan dekat dengan kamar mayat. Hal ini sudah biasa baginya. Selama ia bekerja di sana belum pernah diganggu oleh sesosok makhluk gaib apapun. Hingga suatu hari itupun terjadi. Setiap hari, setiap malam ia bekerja dengan normal tetapi tidak pada malam itu. Ketika diminta
Sang Mentari mulai menunjukkan cahaya kehangatannya. Angi pun segera bangun dan bergegas untuk memulai pencariannya tentang Penunggu Mustika Putih milik seorang pasien yang datang kepadanya sehari yang lalu. Sang pasien meminta tolong kepada Angi untuk membantu sang kakek agar bisa sembuh dari penyakit menahunnya. Penyakit yang tidak bias aini tidka bisa dilihat oleh ilmu medis, oleh karena itu, sang pasien yang merupakan anak sulungnya itu meminta bantuan kepada seseorang yang ahli dalam ilmu spiritual. Perjalanan pun dimulai dengan tak lupa membawa sang mustika legendaris sebagai penjaga diri Angi dari ancaman para iblis. Angi mulai mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo. Tak lupa Angi membawa pula obat manjurnya, yaitu darah sang ular, untuk berjaga-jaga jika dirinya terluka bahkan ada seseorang yang meminta bantuannya. Sebelum berangkat ke sana Angi mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja d
Batu mustika Batu mulia ialah segala jenis batuan dan mineral yang memiliki sifat fisik dan kimia yang khas,yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perihasan. Menurut KBBI (2014:7), permata adalah batu berharga yang berwarna indah.Ada yang menyebabkan batu ini berwarnawarni,yaitu komponen unsur kimia penyusunannya (unsur transisi yang memberi warna pada komponen pokok yang biasa bening).Mustika atau Mestika adalah berasal dari Alam, atau Alamiah terbentuk dari Berbagai macam Unsur mulai dari unsur Tumbuhan, unsur binatang, unsur Tanah/bumi, Air, api dan Udara dan juga unsur mineral lainnya.Penamaan Mustika/Mestika ini diambil biasa diambil hanya dari jenis unsur2 tersebut yang terbentuk dalam batuan atau Batu Mustika, Sementara hakiki dan hakikat Terang nyata adanya adalah Unsur-unsur yang terbentuk diatas dan yang mengandung Riwayat jelas serta Biasanya Termasyur dikalangan orang-orang tertentu.Seperti misal Mestika Nabi Nuh
Dalam suasana gelap Angi tak sadar bahwa dirinya kini tak lagi berada dalam pertarungan sengit dengan sang iblis. Dalam dimensi itu ia bertemu dengan KI Slamet yang sudah emnunggunya sejak beberapa jam yang lalu. “Bagaimana perjalananmu sayang? Apakah menyenangkan?” tutur Ki Slamet melihat Angi tergopoh-gopoh menopang tubuhnya agar stabil. “Apa maksud Aki? Apa semua ini bukan bagian dari mimip?” tanya Angi dengan penasaran. Ia bahkan mengira bahwa dirinya masih dalam pertaungan melawan snag iblis yang hampir saja menghabisi nyawanya dalam satu kedipan mata. Lalu, Angi berjalan tertatih dan melangkah maju menuju Ki Slamet yang sedang berdiri di seberang dimensi. Entah apa yang sedang ia rasakan kali ini benar-benar membuatnya sangat bingung. “Kau berada di dimensi ketiga alam bawah sadarmu. Kau sudah menempuh perjalanan berat untuk mendapatkan sang mustika legendaris itu. Kini kau bisa beristirahat untuk oenembuhan lukamu.” “Tapi, bagai
“Dasar! Sama-sama jorok!” gerutu Angi dalam suara lirihnya. Kemudian Angi berjalan maju menuju panggung seni tarian itu dan diikuti oleh Kisman di belakangnya. Mereka berjalan menghampiri sisi panggung karena semua warga berkerumun di sana. Setidaknya mereka bisa menyaksikan penari yang sedang kesurupan ala tarian Dolalak. Penari utama Dolalak sedang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan tangan kanan memegang sesaji daun mawar yang ditaburi oleh minak fanbo. Lalu, sontak saja sesaji itu dilemparnya ke arah salah satu penari namun sialnya, sesaji itu terkena wajah Kisman, yang tepat berdiri di sisi penari yang terkena lemparan itu. Tiba-tiba saja Kisman pun ikut kesurupan. Seorang penari yang kesurupan langsung menunjukkan keahliannya dalam menari. Sedangkan Kisman mendadak menjadi seorang yang bertubuh tegap. Angi merasa aneh dengan gelagat Kisman. Akhirnya ia tahu bahwa ada sesosok makhluk yang menginginkan tubuh Kisman. Kisman berjalan me
Suara itu terdengar jelas. Kisman memerhatikan sekitar berharap tidak ada yang akan menerjangnya. Sedangkan Angi tetap tenang. Ia menajamkan pendengarannya ke segala penjuru mata angin. Indera penglihatan ia fokuskan pada setiap gerakan yang mungkin saja muncul dihadapannya. Lalu, Kisman dan Angi mulai melangkah lagi dengan perlahan yang sempat berhenti sejenak. "Krek!" "Krak!" Suara ranting kering yang terinjak itu semakin dekat dengan mereka. Angi mencoba menenangkan Kisman yang mulai panik. Ia sangat takut hingga badannya gemetaran. Lalu, Angi mencoba memerhatikan sekeliling dan menggunakan kekuatan batinnya. Ia tahu ini bukanlah makhlul gaib melainkan seekor binatang buas. "Kita harus cepat," Ucap Angi pada Kisman.Angi dan Kisman berlari secepat mungkin dan benar saja, hal itu memancing sang serigala lereng gunung muncul dan mengejar mereka. Berlari saja tidak cukup, kec
Malam hari pun mulai menyapa sang langit yang biru nan cerah. Warna gelap mulai menghiasi langit. Bintang-bintang berkedip malu untuk muncul menghiasi langit. Inilah tanda ahwa tidak akan turun hujan di mala mini. Sungguh malam yang sangat indah, tepat sekali dijadikan sebuah acara hajatan untuk seorang kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.Malam ini tidka ada tanda-tand apapun dari warga desa yang belakangan ini sedang memerhatikan keberadaan Angi. Kali ini mereka disibukkan oleh acara Pak Jiman. Sementara, untuk Angi dibiarkan dulu karena mereka tahu bahwa nisanak satu ini tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Lalu, pada pukul 7 malam sebuah pidato dibuka oleh sang pemangku acara hajat tersebut. Semua warga telah memenuhi halam rumah Pak Jiman yang saat ini sedang duduk di singgasananya. Pesta yang diadakan dengna mewah ini tak tanggung-tanggung diadakan selama tiga hari tiga malam. sungguh penghamburan biaya tapi bagi Pak Jima