Vania banyak mengucapkan terimakasih untuk Cleo, Jehu dan Elia. Dia mengirim surat dan hadiah sebagai ucapan terimakasih karena sudah membantu menemukan keponakannya. Vania juga menaikkan gaji ksatria Duke of Ansel karena sudah bekerja keras untuk mengupayakan membongkar kejahatan penculikan anak yang selama ini meresahkan lapisan masyarakat. Bagaimana pun opini masyarakat ternyata masih terpecah menjadi dua. Ada yang merasa bersyukur, ada juga yang masih berburuk sangka mengingat anak yang diculik kali ini adalah keturunan Ansel yang terkenal kaya raya. Juga karena pelaku utamanya adalah seorang bangsawan, itu juga menodai reputasi bangsawan.Para bangsawan pun akhirnya harus membuat masyarakat berada dipihaknya. Bagaimana pun mereka butuh elektabilitas agar pemerintahan berjalan dengan baik. Masyarakat yang memberontak hanya akan Kerajaan Merden terpuruk. Tepat satu minggu Kesha akhirnya terbangun. Semua orang merasa lega, termasuk Kinan kakaknya.Meskipun tak suka dengan Kesha, t
Setelah menghadapi Pangeran Jehu yang lumayan ulet dalam menggodanya. Vania menyempatkan mampir ke kediaman istana Putra Mahkota Elia untuk mengucapkan terimakasih. "Salam kepada matahari muda Kerjaan Merden, Yang Mulia Putra Mahkota!" "Ya... apa kabar Duchess Ansel?""Berkah Dewa Harsa yang melimpah Yang Mulia, sehingga saya masih sehat dan menghadap Puta Mahkota.""Syukurlah.... Bagaimana kabar Nona Muda Ansel? saya dengar dia mengalami gejala syok dan stres sehingga kondisi tubuhnya drop?""Untungnya semakin hari semakin membaik. Ini berkat kemuliaan hati Putra Mahkota juga yang mau mengirim dokter istana ke kediaman Ansel!""Ya itu tidak masalah, hanya bantuan kecil. Dibandingkan dengan itu, perjuangan Duchess dalam mengkritik pihak Kerajaan dan bangsawan yang tutup telinga dengan kasus ini merupakan prestasi yang luar biasa. Saya senang ada yang mengkritik pihak Kerajaan, karena bagaimana pun itu adalah evaluasi yang membangun dan jarang ada bangsawan yang mau bersikap kritis d
"Halo...." suara perempuan itu membubarkan lamunan Andrew."Ah... maafkan atas ketidak sopanan saya..." Andrew membungkuk untuk meminta maaf."...."Pikirannya kacau dan kalut. 'Duke Gama...'"Ijin perkenalkan, saya Andrew Anderson ajudan mendiang Duke Gama," Andrew membungkuk sekali lagi.Orang yang ditunggu Vania akhirnya pulang juga."Ah ya... senang bertemu denganmu Andrew, saya Vania Vivia Pallqs Pil Ansel adik mendiang Duke. Pasti sudah ada yang mengabarimu mengenai kematian Duke san Duchess. Untuk saat ini, akulah yang meneruskan Duchy dan tanggung jawab Duke." Vania menjelaskan singkat secara formal.Vania pernah beberapa kali berpapasan dengan Andrew tapi dia tak pernah benar-benar menyapanya .Yah, Vania kan memang tembok yang gak pernah sosialisasi. Padahal Andrew selalu ada di samping Duke, wajahnya juga tampan dan menawan. Tapi Vania tak terpesona dan meliriknya. Dan baru kali ini Dia benar benar berhadapan dengan ajudan kakaknya dulu."Silahkan duduk..." Vania nempersila
Setelah Vania memberikan Andrew cari selama satu minggu. Andrew Anderson benar-benar tidak menampakkan batang hidungnya di kediaman Ansel. Mungkin dia pulang ke rumah orang tuanya. Karena sudah setengah tahun dia pergi berlayar ke Benua seberang. Andrew juga menyerahkan laporan perjalanan berikut pengeluaran dan hasil tugas tersebut dengan catatan tebal yang sangat rinci dan bagus. Vania bahkan menagangguk anggukan kepalanya karena terlalu serius tapi juga terlalu menikmati membaca laporan tersebut. Mereka akhirnya menjalin kerjasama dengan bertukar hasil dagangan . Kesepakatan yang tidak sia-sia. Meskipun memakan waktu lama tapi Duchy Ansel akan melebarkan sayapnya ke perdagangan jalur laut sampai ke Benua seberang. Kemampuan Andrew dalam bernegoisasi patut di apresiasi. Maka setelah membaca hasil laporan tersebut Vania semakin terobsesi untuk menjadikan Andrew sebagai ajudannya."Ya ampun, keluarga Anderson memang tidak main-main kerjanya!" Vania tersenyum senyum sendiri dan bicara
Jeff kehilangan kata-kata ketika mendengar kabar bahwa Penyihir Agung Rodeo telah meninggal. Vania sebetulnya ingin marah karena baru ini diberi tahu mengenai kondisi Kesha. Itu sangat urgensi. Sebagai orang yang sekarang menjadi wali menggantikan orang tua harusnya Jeff lebih peka dan langsung memberi tahukan semua borok Keluarga Ansel yang tidak diketahui oleh Vania.Vania yakin situasi ini akan semakin kacau mengingat yang meninggal adalah pemilik menara sihir yang sampai tua tidak menikah dan tidak memiliki penerus. Akan ada keributan mengenai siapa penerus yang cocok menduduki kursi menara sihir. "Jadi berapa bulan waktu yang tersisa harusnya Jeff?""...." Jeff masih bengong dan belum sadar diri."Jeff!" Vania meninggikan suaranya untuk membubarkan pikiran Jeff yang kusut."Ya? Ah... maafkan saya Nyonya..." Jeff kembali sadar."Maaf, Nyonya tadi tanya apa?" "Berapa lama lagi Kesha berusia 5 tahun?""4 bulan Nyonya"4 bulan, dengan rentang waktu itu Vania harus mencari pengganti
"Kalian tidak mungkin curiga denganku kan?" Loka melontarkan kalimat pertanyaan yang sebenarnya ditujukan untuk pembelaan dirinya.Sungguh lucu, biasanya kelima orang itu selalu berbicara positif di depan Rodeo seolah akan selalu mendukung satu sama lain. Meskipun tidak dilahirkan dari rahim yang sama setidaknya di mata Rodeo, persaudaraan mereka begitu kental. Faktanya, di belakang Rodeo 5 orang itu hanyalah orang asing satu sama lain, mereka harus menggunakan topeng mereka untuk Citra yang baik dimata Rodeo, semakin mereka baik di mata Rodeo semakin Rodeo mengajarkan sihir-sihir langka yang tidak ada di buku. Rodeo suka berbagi rahasia dengan kelima muridnya. Tapi rahasia Rodeo tidak semua dibagikan ke masing-masing anak. Ada kalanya rahasia yang Rodeo bagikan berbeda-beda. Jadi masing-masing anak punya kartu rahasia Rodeo sendiri. "Kau yang paling mencurigakan Loka, kau bahkan tidak terlihat terguncang sama sekali!" Kevin menyindir."Dia hanya tidak pandai berekspresi Kevin!" kali
Arvel juga tipe pengamat, makanya dia tidak banyak membuka suara kecuali diperlukan. Sama seperti Loka, Arvel juga tidak menginginkan status menjadi Master Menara sihir, karena baginya status itu juga mengembangkan amanah yang luar biasa. Menjadi Master Menara sihir mengharuskannya bisa memimpin setiap penyihir yang bernaung di bawah menara sihir. Membuat batasan yang jelas akan apa yang bisa dilakukan oleh para penyihir. Banyaknya praktik eksperimen juga menyebabkan sedikit kekacauan. Makanya letak Menara sihir sangat jauh dari pemukiman warga. "Bagaimana kalau kita lakukan jabatan sementara," usul Arvel. Jabatan sementara bagus dilakukan karena tidak mungkin bisa diputuskan siapa pemilik menara sihir selanjutnya mengingat waktunya terbatas dan situasi tidak memungkinkan."Bagiku sekarang ini, mengumumkan kematian Master dan mengadakan pemakaman yang layak untuk berlian adalah prioritas utama," Arvel memberikan nasehatnya.Loka setuju dengan pendapat Arvel."Kenapa harus sementara ka
Pemakaman segera diadakan oleh mereka. Pemakaian itu sangat ramai mengingat posisi Rodeo sebagai penyihir Agung dan Master Menara sihir. Tapi hanya sebagian orang saja yang diperbolehkan melayat sampai ke kuburan. Terlalu ramai orang hanya menganggu jalannya pemakaman. Kelima murid Rodeo menginginkan pemakaman yang kushu dari pada pemakaman yang megah. Kelima murid itu menyapa para tamu yang hadir. Banyak bangsawan penting datang, termasuk Yang Mulia Raja, Putra Mahkota Elia, Pangeran Jehu, Permaisuri dan Ratu. Diantara para penguasa yang datang, Vanialah yang paling menonjol. Pertama, Keluarga Ansel sebelumnya tak pernah berurusan dengan menara sihir. Itu terlihat dari luarnya saja. Hubungan rahasia itu hanya diketahui oleh Rodeo dan seorang muridnya. Tugas Vania sekarang adalah menemukan murid tersebut. "Kau lihat itu, laki-laki berambut pirang platinum. Ku dengar dia sekarang yang meneruskan gelar Master Menara sihir, bukankah dia sangat muda?" "Dia? wah dia sangat tampan!" B
Kasus itu adalah sederet kasus penculikan orang di daerah kumuh. Ketika ditemukan Mayat mereka pucat, mereka kehabisan daya hidup. pengambilan mana secara paksa. "Tapi untuk apa?" Jehu bertanya tanya. Sementara dia masih menyelidiki kasus tersebut. Di kediaman Ansel mereka juga akhirnya bisa mengurai isi perkamen tersebut. Mantra itu ada dan yang perlu disiapkan adalah menyiapkan ritual tersebut . "Benar kalau Duchess Vania tidak memiliki mana sejak kecil?" "Sejak lahir malah." Tapi dia masih bertahan Hidup. Bukankah dia seperti fosil? Lihat saja kasus yang tengah terjadi, mereka semua mati ketika mana nya tersedot. Daya hidup mereka juga seperti tersedot. Kalau Duchess saja bisa hidup, bukankah mereka harusnya juga bisa hidup. "Ini kasus langka." Kata Loka . dia langsung melihat Duchess sebagai objek penelitian. "Apa?" Vania mulai ketakutan. "Tapi bagaimana kalau gagal? bukankah ini lebih seperti tikus percobaan?" Erick menyampaikan pendapatnya. Vania juga ng
Elia pergi ke kedai tempat Jehu bersenang senang, dan benar saja dia tidak mendapati Jehu. Memang benar bahwa Jehu selalu kesana sana rumor mengatakan dia akan minum sampai teler dan kemudian bersenang senang dengan para pelacur. Tapi tidak ada Jehu dimana mana. sejujurnya, tempat ini adalah milik Jehu sendiri. Dia juga yang mengola para pelacur itu. Setidaknya dia tidak mengekploitasi dan mengamankan mereka dari para pelanggan nakal yang suka main kasar. Di kalangan pelacur, Jehu adalah orang yang paling di hormati. Elia dengan otoritas nya menggeledah setiap ruangan dan tibalah dia di ruangan paling ujung. Disana tengah terlihat Jehu dan beberapa ksatria tengah mengerjakan sesuatu. Rupanya jehu sudah membagi para ksatria menjadi dua shift. Pertama mereka yang akan bertugas mabuk di depan, harus Tidka boleh sampai mabuk dan masih dalam kondisi sadar. Mereka lah yang akan dipandang sebagai pasukan Jehu. Mereka harus terlihat bersenang senang. "Kakak...." Ucap Jehu spontan.
Sang Raja pikir, Jehu, Pangeran problematik itu hanya main main. Tapi untuk pertama kalinya dia diberikan perintah, dia langsung bekerja siang dan malam. Dia benar benar menumpahkan semua usaha nya dalam kasus tersebut. "Ini adalah pembunuhan massal."Untungnya Elia berbaik hati, Jehu yang banyak bertanya pada Sir Bruno pun lancar. Elia mempersilahkan Bruno untuk berkomunikasi dengan Jehu. "Sir.... ini bukan kasus kecil. Ini adalah sindikat."Mereka pikir dengan membunuh rakyat itu sama saja. Nyawa sama berharganya dengan apapun, baik itu rakyat biasa maupun para bangsawan. Ternyata orang yang dulu sempat menyelidiki kasus ini adalah Duke Gama. Itu Jehu temukan saat seorang warga berkata bahwa dulu ada sekelompok orang yang juga melakukan interview kepada mereka. Orang orang itu membawa lambang sebuah wilayah. "Nah itu... seperti sapu tangan milik Tuan."Jehu kaget, sebab sapu tangan miliknya berasal dari Ansel. Saat dia pergi kediaman Ansel kemarin, dia melihat saputangan jatuh.
Interaksi mereka berjalan baik. Elia segera kembali ke kerajaan untuk mengurus permanen yang dia temukan. dia harus kembali ke Ansel untuk menyerahkan perkamen yang dia temukan kepada para penyihir. Tapi Elia tidak mau membicarakan ini dengan Ayahnya. Entah kenapa dia punya firasat kalau Ayahnya sedang menyembunyikan sesuatu. Entahlah apa itu, yang jelas dia hanya punya firasat buruk. Tapi sebelum dia pergi, dia telah dipanggil Ayahnya. "Saya menghadap Matahari penerang." "Berkah dewa menyertaimu!" Elia menunduk, kemudian setelah Ayahnya berbicara dia mengangkat kepalanya. "Jadi bagaimana Putra Mahkota?" "Duchess Ansel menyambut saya dengan baik dan komunikasi kami berjalan dengan lancar." "Benarkah?" "Apa kamu tidak menemukan sesuatu?" Jujur saya Elia bingung, sesuatu yang dimaksud ini apa? apakah itu penyakit keluarga Ansel. "Hampir tidak ada apa apa disana yang mulia, kecuali aktivitas Duchess dan kedua keponakannya!" "Aku dengar ada peneliti yang mampir dan singgah di m
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad