Arvel juga tipe pengamat, makanya dia tidak banyak membuka suara kecuali diperlukan. Sama seperti Loka, Arvel juga tidak menginginkan status menjadi Master Menara sihir, karena baginya status itu juga mengembangkan amanah yang luar biasa. Menjadi Master Menara sihir mengharuskannya bisa memimpin setiap penyihir yang bernaung di bawah menara sihir. Membuat batasan yang jelas akan apa yang bisa dilakukan oleh para penyihir. Banyaknya praktik eksperimen juga menyebabkan sedikit kekacauan. Makanya letak Menara sihir sangat jauh dari pemukiman warga. "Bagaimana kalau kita lakukan jabatan sementara," usul Arvel. Jabatan sementara bagus dilakukan karena tidak mungkin bisa diputuskan siapa pemilik menara sihir selanjutnya mengingat waktunya terbatas dan situasi tidak memungkinkan."Bagiku sekarang ini, mengumumkan kematian Master dan mengadakan pemakaman yang layak untuk berlian adalah prioritas utama," Arvel memberikan nasehatnya.Loka setuju dengan pendapat Arvel."Kenapa harus sementara ka
Pemakaman segera diadakan oleh mereka. Pemakaian itu sangat ramai mengingat posisi Rodeo sebagai penyihir Agung dan Master Menara sihir. Tapi hanya sebagian orang saja yang diperbolehkan melayat sampai ke kuburan. Terlalu ramai orang hanya menganggu jalannya pemakaman. Kelima murid Rodeo menginginkan pemakaman yang kushu dari pada pemakaman yang megah. Kelima murid itu menyapa para tamu yang hadir. Banyak bangsawan penting datang, termasuk Yang Mulia Raja, Putra Mahkota Elia, Pangeran Jehu, Permaisuri dan Ratu. Diantara para penguasa yang datang, Vanialah yang paling menonjol. Pertama, Keluarga Ansel sebelumnya tak pernah berurusan dengan menara sihir. Itu terlihat dari luarnya saja. Hubungan rahasia itu hanya diketahui oleh Rodeo dan seorang muridnya. Tugas Vania sekarang adalah menemukan murid tersebut. "Kau lihat itu, laki-laki berambut pirang platinum. Ku dengar dia sekarang yang meneruskan gelar Master Menara sihir, bukankah dia sangat muda?" "Dia? wah dia sangat tampan!" B
Vania akhirnya pergi dengan portal sihir. Dia memilih resiko tubuhnya sakit dan lemas ketimbang harus sampai ke mansion dalam waktu lama. Tubuh Vania tak masalah lemas, mual dan pegal-pegal, yang penting dia segera tahu kondisi Kesha. Kepalanya pusing berat, aliran mana di portal sihir membuatnya mengeluarkan semua makanan yang dia makan seharian ini. "Huek.... sialan... ugh..." perutnya sakit sementara kepalanya terus berdenyut. Tapi dia tetap melangkah ke dalam rumah. "Nyonya..." Jeff segera menyambutnya, dia sendiri ingin langsung mengabarkan kondisi Kesha, tapi melihat Vania yang sangat lemas datang juga membuatnya bimbang. Jeff memegangi Vania yang hampir ambruk. Dia mendudukannya di sofa, lalu menyuruh salah satu pelayan untuk membuatkan teh hangat. Meskipun masih lemas, Vania akhirnya bangkit dan menanyakan kabar Kesha. "Bagaimana kondisi Kesha?" Vania masih memegangi kepalanya yang berdenyut."Semenjak pendeta datang dan memurnikan mananya dia sudah tidak kejang lagi Nyo
Status keamanan Kerajaan Merden sekarang menjadi siaga. Berita kematian Penyihir Agung Rodeo, sang pemilik menara sihir sudah menyebar ke mana-mana. Hal ini menyebabkan kegemparan bagi negara tetangga. Peperangan seperti tidak bisa dihindari. Meskipun pemilik menara sihir sekarang sudah ada yang menempati, tapi Loka Filler yang namanya bahkan belum terkenal itu diragukan banyak orang. Rodeo memang gemar mengumpulkan orang orang berbakat untuk dia ajari secara langsung. Tapi Loka yang hanya baru beberapa tahun ada di menara sihir tidak pernah terekpos kekuatannya. Juga karena masih muda sehingga banyak orang yang meragukannya.Raja Heber, tentu saja harus membuat keputusan penting karena menyangkut keamanan negaranya. Pertama-tama dia menghubungi para bangsawan untuk siap siaga, lalu juga menghubungi para negara tetangga yang berpotensi menjadi sekutu. Kekaisaran Timur, adalah negara yang maju dan dari dulu selalu ingin menguasai Kerajaan Merden. Tapi Merden juga negera yang kuat me
"Bisa dipastikan orang tersebut bukan saya!" ucap Loka dengan tegas. Loka dekat dengan gurunya, tapi ada beberapa urusan yang masih rahasia dan tidak dibagi dengannya. Yah, namanya juga urusan pribadi.Vania menatapnya lekat-lekat. "Berarti bisa jadi empat diantara kalian waktu itu," Vania mencoba menerka siapa orang tersebut. "Bisa jadi," Loka juga hanya menebak, tapi bisa jadi itu adalah penyihir magang atau penyihir biasa. Loka tidak bisa menebaknya dengan benar. Gurunya sangat misterius dan banyak menyimpan rahasia. Jadi memastikan kepada siapa rahasianya diletakkan bukanlah hal mudah.".....""Guru sangat misterius dan selalu membagi rahasianya dengan sembarang orang di menara sihir ini,""...." Mendengarkan jawaban Loka membuat Vania menyimpulkan bahwa Master Rodeo memang orang yang aneh. Setiap orang di menara sihir punya satu rahasia Rodeo dan itu adalah hal umum. Kepribadiannya sulit ditebak. Dia adalah penyihir tua yang masih energik, suka usil dan punya banyak segudang ide
Vania sangat pusing dibuatnya. Dia tidak mungkin bisa kehilangan Kesha. Jadi Dia akan mengupayakan segala macam cara untuk bisa menolong keponakannya. "Tolong kalau ada cara untuk mengatasinya segera beri tahu saya. Saya dalam kondisi mendesak jadi pertolongan tuan-tuan akan sangat membantu keluarga Ansel!" Vania memohon dengan sangat."Ya... saya akan mengupayakan hal tersebut Nyonya," kata Arvel kemudian. Dibandingkan dengan Loka, Arvel jauh lebih sopan dan lembut. Penampilan mereka berdua juga berbanding terbalik. Loka lebih acak-acakan rambutnya meskipun Dia sekarang menyandang gelar Master Menara sihir, sedangkan Arvel sangat rapi baik rambut dan bajunya. "Kalau begitu saya harus segera permisi karena saya juga tidak ingin menganggu waktu tuan-tuan sekalian!" Vania pamit undur diri dan segera berdiri, tapi diluar dugaan, Loka justru berkata untuk menahannya."Saya akan bantu keponakan Nona," kata Loka. Perkataannya itu membuat langkah Vania terhenti, dia yang tadinya sudah berd
Malam harinya, Loka datang bersama Arvel. Mereka memakai jubah hitam lengkap dengan tudungnya. Datang ke mansion Ansel secara diam-diam untuk memeriksa kondisi Kesha. "Aliran mana di tubuhnya sangat berantakan, tapi berkat pendeta yang datang sepertinya dia mencoba membuat aliran mananya bekerja seperti normal." Kata Arvel saat memeriksanya."Benar, tapi berkat itu juga mana yang sudah tersegel sebelumnya malah kembali dengan lebih cepat, ledakan mana tidak akan bisa dihindari kalau begini," Loka menimpali omongan Arvel.Mendengar penjelasan dua ahli sihir itu membuat Vania dan Jeff tercengang . Laju jantung mereka berdua sangat kencang. "Aku akan membuat ramuan untuk mengurangi mana dalam tubuhnya, tapi aku juga tidak yakin akan berhasil karena itu resep kuno yang bahannya juga sakit dicari, akan aku usahakan 2 hari ini jadi. Sementara terus datangkan pendeta untuk memurnikan tubuhnya. Itu sedikit menghambat pergerakan mana dari tragedi peledakan," Loka bersungguh-sungguh.Vania dan
"Saya menghadap Matahari Kerajaan," sapa Elia kepada Ayahnya. Wajahnya menunduk, untuk memberikan penghormatan yang mendalam."Angkat kepadamu anakku," Heber memandangi anaknya dengan mata takjub. Anak yang dulu kecil dan tersenyum dengan cerah sudah tumbuh menjadi anak yang berwajah dingin. Badannya kekar menunjukkan usaha dan kerja kerasnya. "Apa yang membawamu kesini larut malam Putra Mahkota?" "Hamba ingin melaporkan peristiwa penting kepada Yang Mulia," Elia menatap wajah Ayahnya. Orang yang dengan keras selalu mengirimkan ke medan bahaya. Dulu dia selalu mengharapkan kasih sayangnya tapi sekarang hanya menghormatinya karena dia adalah wajah negara, orang yang sudah memimpin Kerajaan Merden selama bertahun-tahun."Kemudian, bicaralah!" "Telah ditemukan kasus kematian di daerah kumuh di Ibukota Yang Mulia, penyebab kematiannya antara lain gagal jantung, melemahnya fungsi hati dan penyakit dalam lainnya." Heber mengkerutlan alisnya, "Bukankah itu sekua wajah dialami seseorang?"
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad
"Kenapa tertawa?"Sontak Ani menghentikan aktivitas tertawanya, "Maafkan saya Tuan, saya hanya merasa lucu.""Lucu?""Benar, soalnya Tuan adalah orang pertama yang merasa risih karena diperlakukan seperti umumnya para bangsawan,""Yah, itu tidak salah. Saya lahir dan tumbuh sebagai orang biasa, lalu dibawa Master Rodeo ke menara sihir sejak usia dini. Di menara sihir juga para penyihir hidup mandiri, jadi kalau tiba-tiba dilayani seperti ini rasanya sangat aneh dan hidup seperti kutu kain yang hanya bisa makan dan tidur saja." Arvel menyelesaikan kalimatnya dengan penuh helaan nafas seakan sedang mengeluh karena tiba-tiba menjadi seorang bangsawan. Ani yang menyimak pernyataan Arvel hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, karena sudah tidak ada keperluan. Silahkan beristirahat, saya perhatikan Nona banyak terjaga karena memperhatikan saya,""Tolong panggil saya Ani saja Tuan. Saya tidak pantas dipanggil Nona," Ani tersenyum ramah."Semua manusia terlahir sama, meskipun pada ak
Ada banyak hal yang selalu Bruno Gelatrix lakukan. Sekuat itu adalah perintah alasannya yaitu Putra Mahkota Elia. Dari hal yang masuk akal sampai hal yang berbau mengancam nyawa semua dia kerjakan. Laki-laki yang bergelar Viscount itu suka rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh majikannya. Dia mengikuti Putra Mahkota dengan setia karena telah melihat kemampuan dan kebaikan hati Elia. Peran Bruno cukup urgensi dalam menyusun kekuatan Elia, anak dari Permaisuri dari Kerajaan asing. Kali ini Elia menyuruh Bruno untuk menyelidiki hubungan menara sihir dengan kediaman Ansel serta maksud dan tujuan kedatangan Jehu yang terkuhat mencurigakan dan misterius."Aku harus meminta kenaikan gaji!" gumam Bruno seorang diri. Semakin lama semakin banyak yang dia kerjakan. Pertarungan politik semakin tidak stabil, apalagi dengan Raja yang kini melibatkan Pangeran Jehu dalam menyelesaikan masalah Kerajaan membuat kubu Duke Ibet semakin merasa senang dan berada di atas angin. Meskipun Pengeran Je
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu