"Saya menghadap Matahari Kerajaan," sapa Elia kepada Ayahnya. Wajahnya menunduk, untuk memberikan penghormatan yang mendalam."Angkat kepadamu anakku," Heber memandangi anaknya dengan mata takjub. Anak yang dulu kecil dan tersenyum dengan cerah sudah tumbuh menjadi anak yang berwajah dingin. Badannya kekar menunjukkan usaha dan kerja kerasnya. "Apa yang membawamu kesini larut malam Putra Mahkota?" "Hamba ingin melaporkan peristiwa penting kepada Yang Mulia," Elia menatap wajah Ayahnya. Orang yang dengan keras selalu mengirimkan ke medan bahaya. Dulu dia selalu mengharapkan kasih sayangnya tapi sekarang hanya menghormatinya karena dia adalah wajah negara, orang yang sudah memimpin Kerajaan Merden selama bertahun-tahun."Kemudian, bicaralah!" "Telah ditemukan kasus kematian di daerah kumuh di Ibukota Yang Mulia, penyebab kematiannya antara lain gagal jantung, melemahnya fungsi hati dan penyakit dalam lainnya." Heber mengkerutlan alisnya, "Bukankah itu sekua wajah dialami seseorang?"
Tiada hari tanpa istirahat. Jadwal Vania bagaikan angin topan yang selalu ribut tanpa jeda. Dia harus mengurus wilayahnya, dia juga harus mengurus keponakannya. Diam-diam, Vania juga menceritakan masalahnya kepada Amel. Surat itu dikirim ekspresi dengan sihir ruang, sehingga bisa dipastikan Amel bisa menerima suratnya hari itu juga. Vania sekarang bahkan punya mata panda. Matanya pedih karena kurang tidur. Lehernya kaku karena terlalu banyak membaca laporan. Andrew Anderson yang jadwalnya harus satu minggu ini libur sudah Dia panggil karena butuh bantuannya. Tapi Andrew Anderson tak menjawab pesan daruratnya. "Dasar brengsek!" umpat Vania.Vania tahu kalau dia mungkin tak semumpuni kakaknya tapi dia juga berusaha untuk membuat Duchy Ansel terus berdiri dengan kokohnya tanpa terpengaruh kalaupun puting beliung akan datang. Tapi kalau dia sendiri rasanya juga dia hampir mau menyerah. Apalagi dengan fakta kondisi Kesha yang membutuhkan banyak waktunya. Hari itu juga dia mengirim surat k
Vania sedikit lega karena pada akhirnya Andrew mau menerima tawarannya meskipun harus sedikit dengan pemaksaan dan ancaman. Setelah Andrew pergi, Jeff datang menyerahkan dua buah surat, pertama surat dari Kerajaan yang kedua surat dari sahabatnya Amel. Surat dari Kerajaan menegaskan bahwa akan ada kunjungan ke kediaman Ansel dan orang yang yang akan berkunjung adalah Putra Mahkota Elia, "Berkat ini pekerjaanku jadi bertambah. Sialan!" umpat Vania. Berita mengenai kunjungan ini akan menghebohkan mansion dalam beberapa waktu, apalagi kunjungan utu dalam waktu satu minggu, artinya Dia harus menyiapkan segala sesuatu seperti pembersih mansion ekstra, menyiapkan kamar tamu khusus juga oerjamuan ekstra. Itu membuat semua orang bekerja dua kali lebih lelah. Vania merasa kalau beban kerjanya akhir-akhir ini sangat melelahkan, makanya dia merasa kesal dengan pemberitahuan kunjungan Putra Mahkota. Surat kedua adalah surat yang dia nantikan, dari sahabatnya Amel.( Dear Vaniaku tersayang Suda
Pagi-pagi sekali, Pangeran Jehu mendapatkan pemberitahuan bahwa Ayahnya, Raja Heber tiba-tiba saja memanggilnya dalam urusan resmi. Jadi Dia yang baru bangun segera bersiap untuk menghadap Ayahnya. Dia sendiri merasa heran karena selama ini, Ayahnya tak pernah tertarik dengan hidupnya. Bahkan dengan rumor buruk yang sengaja dia sebarkan sendiri itu, Dia tidak pernah mendapatkan panggilan atau teguran khusus. Sungguh Ayah yang tidak perduli dengan anaknya. Dia menghadap Ayahnya di teras istana Ayahnya. Karena masih pagi dan belum jam kantornya. "Salam kepada Matahari Kerajaan, semoga berkah Dewa selalu menyinari jalan terang kita semua!" Jehu memberikan salam formalnya. Raja yang tengah duduk sembari menikmati sarapannya. Hanya mengangguk dan mengisyaratkan anaknya untuk duduk di depannya. "Mari sarapan bersama," kata Heber. Itu terlihat seperti menyuruh daripada menawarkan. Jehu yang memang belum makan apapun dan langsung pergi ke kediaman Ayahanya sekarang duduk dan ikut menikmati
Tak lama dari surat balasan Vania, surat balasan Amel pun datang yang menyatakan bahwa Erick akan datang ke Duchy Ansel. Kedatangannya itu tentu saja untuk membantu Vania dalam menangani Kesha. Pendeta Amar yang datang setiap hari pun terlihat sudah mulai kelelahan. Vania tak sampai hati melihatnya maka yang dia lakukan hanya memberikan sumbangan kepada pihak kuil sebanyak-banyaknya. Itu bukan suap tapi dia benar-benar juga berdoa agar sumbangannya ke kuil bisa menggerakkan hati para Dewa agar membantunya dan menyembuhkan Keshanu. Bala bantuan dari menara sihir juga sudah didapatkannya. Tapi setiap malam Loka dan Arvel yang datang tidak membuahkan hasil. Kesha masih saja terbaring di kasur dan belum mendapatkan hasil yang baik. Erick Jamamiel, nama yang Amel sebutkan itu adalah seorang teman Amel di akademi. Posisinya sekarang sebagai seorang peneliti juga, jadi Vania berharap banyak padanya. "Semuanya tidak ada yang mengkhawatirkan Duchess..." itu adalah laporan pagi rutin Andrew y
Setelah mandi dan malam tiba, Vania memanggil Erick untuk mempertemukannya dengan Master Menara Sihir yang baru yaitu Loka dan Arvel sekaligus untuk bertemu dengan Kesha.Erick yang sudah siap dengan segala peralatannya pun bergegas ke kamar Kesha. "Halo Tuan Erick," Vania menyambutnya. "Apakah ada yang tidak nyaman dengan tempat tinggal atau lainnya?" sambungnya menanyakan keadaannya. "Ah, tidak Nona, semuanya nyaman dan saya baik-baik saja," jawab Erick dengan senyum sederhananya. "Perkenalkan, dia adalah Tuan Loka dan Arvel dari menara sihir," Vania memperkenalkan dua orang laki-laki yang ada di depannya. Loka dan dan Arvel lalu tersenyum dan menundukkan kepalanya tanda memberi hormat."Tuan Arvel dan Loka, dia adalah Tuan Erick Jamamiel dari Akademi Kiluan tempat saya dulu belajar, beliau adalah seorang peneliti ramuan dan mana," kata Vania. "Halo semua... semoga berkah Dewa dan dewi menyertai kita semua," balas Erick berbasa-basi.Setelah proses perkenalan itu selesai, Vania m
Mereka bertempat mengobrol sangat lama untuk mendiskusikan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan dengan tubuh Kesha. "Jadi butuh 3 hari anda meneliti ini semua?" Tanya Loka kepada Erick."Ya... aku pembuat ramuan sama seperti anda Tuan Loka, tapi mungkin bahan yang saya gunakan bisa berbeda.""Yah, siapapun yang berhasil tidak masalah, selama itu bisa menolong Nona Muda, benar kan Duchess Vania," Loka melirik ke arah Vania yang semakin hari lingkaran matanya semakin menghitam."Ya tentu saja," Vania tersenyum mendengar obrolan mereka."Tapi sepertinya kita butuh orang yang bisa mantra kuno agar bisa mempelajari buku-buku guru." Kata Arvel kemudian."Mantra kuno?" Erick terlihat sangat tertarik."Ah ya, ada banyak buku guru yang belum boleh kami baca, tapi selepas guru meninggal beberapa langsung menjadi incaran kami karena beberapa informasi sangat penting dan mendukung kekuatan penyihir," Arvel menjelaskannya dengan mudah."Kami?" "Ah, murid guru kami ada 5, termasuk saya da
"Ada perlu apa kamu kemari?" Tanya Elia kepada Jehu."Aku ingin bertanya,""Bertanya?""Ya, saya yakin kalau Yang Mulia sudah diberi tahu Ayahanda mengenai tugas yang diberikan kepada saya," Jehu berbicara sangat sopan. "Ya, mengenai kasus kematian warga pemukiman kumuh Ibukota,""Saya ingin bertanya mengenai temuan-temuan Yang Mulia agar saya bisa menentukan dasarnya," "Kalau untuk itu, Pangeran bisa bertanya dengan ajudan saya Sir Bruno," Elia memberikan jawaban itu karena memang ajudannya lah banyak turun ke lapangan san memeriksan kondisi lapangan. "Begitu... terimakasih kalau begitu, saya pamit undur diri," Setelah dirasa mendapatkan jawaban, Jehu pamit undur diri karena dia harus menemui Bruno ajudan kakak tirinya itu. Padahal Elia bisa saja berbasa basi untuk memperbaiki hubungan keduanya, tapi Elia tak melakukan hal tersebut. Dia masih memilih untuk menjaga jarak saja. ***Semua orang di meja makan hanya menatap Vania dan tak berani berkomentar. Matanya bengkak karena sem
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad
"Kenapa tertawa?"Sontak Ani menghentikan aktivitas tertawanya, "Maafkan saya Tuan, saya hanya merasa lucu.""Lucu?""Benar, soalnya Tuan adalah orang pertama yang merasa risih karena diperlakukan seperti umumnya para bangsawan,""Yah, itu tidak salah. Saya lahir dan tumbuh sebagai orang biasa, lalu dibawa Master Rodeo ke menara sihir sejak usia dini. Di menara sihir juga para penyihir hidup mandiri, jadi kalau tiba-tiba dilayani seperti ini rasanya sangat aneh dan hidup seperti kutu kain yang hanya bisa makan dan tidur saja." Arvel menyelesaikan kalimatnya dengan penuh helaan nafas seakan sedang mengeluh karena tiba-tiba menjadi seorang bangsawan. Ani yang menyimak pernyataan Arvel hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, karena sudah tidak ada keperluan. Silahkan beristirahat, saya perhatikan Nona banyak terjaga karena memperhatikan saya,""Tolong panggil saya Ani saja Tuan. Saya tidak pantas dipanggil Nona," Ani tersenyum ramah."Semua manusia terlahir sama, meskipun pada ak
Ada banyak hal yang selalu Bruno Gelatrix lakukan. Sekuat itu adalah perintah alasannya yaitu Putra Mahkota Elia. Dari hal yang masuk akal sampai hal yang berbau mengancam nyawa semua dia kerjakan. Laki-laki yang bergelar Viscount itu suka rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh majikannya. Dia mengikuti Putra Mahkota dengan setia karena telah melihat kemampuan dan kebaikan hati Elia. Peran Bruno cukup urgensi dalam menyusun kekuatan Elia, anak dari Permaisuri dari Kerajaan asing. Kali ini Elia menyuruh Bruno untuk menyelidiki hubungan menara sihir dengan kediaman Ansel serta maksud dan tujuan kedatangan Jehu yang terkuhat mencurigakan dan misterius."Aku harus meminta kenaikan gaji!" gumam Bruno seorang diri. Semakin lama semakin banyak yang dia kerjakan. Pertarungan politik semakin tidak stabil, apalagi dengan Raja yang kini melibatkan Pangeran Jehu dalam menyelesaikan masalah Kerajaan membuat kubu Duke Ibet semakin merasa senang dan berada di atas angin. Meskipun Pengeran Je
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu