Posisi wanita itu dengan Fattan begitu intim. Ingin rasanya menarik wanita itu agar turun dari pangkuan pria itu yang tak lain adalah suaminya sendiri, tapi entah kenapa langkahnya terasa berat untuk sampai di sana. “Maaf kalau saya mengganggu, apakah kalian tidak bisa mencari tempat lain selain di kantor?” kesal Falisha menatap mereka secara bergantian.Fattan terdiam sesaat, tapi seketika tangan pria tampan itu makin mengeratkan pelukannya di pinggang wanita itu. “Kenapa ada masalah?” tanya Fattan tampak biasa saja dan tersenyum. “Maaf, aku nggak sengaja tadi hanya terbawa perasaan saja dan ...Fattan lepaskan, nggak enak tahu, ada karyawan kamu,” desaknya berusaha melepaskan tangan Fattan dari pinggangnya.Namun, lagi-lagi Fattan tak peduli dengan keluh wanita itu. “Bukankah kamu sudah diberitahu oleh Nola untuk tidak mengganggu kami?” tanya Fattan menatap tajam ke arah Falisha. “Ya, saya sudah tahu dari Nola kalau Anda sedang bersama tamu dan ini yang Anda bilang? Bagaimana
Falisha keluar dari ruangan Fattan dengan wajah cemberut. Nola dan Mira bingung melihat ekspresi wajah Falisha yang tak bersahabat. “Bu Falisha dari ruangan Pak Fattan, berarti bertemu dengan nenek lampir dong?” tanya Mira penasaran. “Ya begitulah,” jawab singkat Nola yang kembali sibuk dengan layar laptopnya. “Apa mungkin Bu Falisha cemburu saat melihat wanita itu lagi bermesraan di ruangan Pak Fattan?” tanya Mira yang begitu ingin tahu.“Iya kali, secara Syakira itu cantik dan seksi , siapa sih yang nggak tergoda dengan penampilannya yang glamor, dia kan model,” cerca Nola tanpa melihat ke arah Mira karena masih fokus.Mira berpikir sejenak, lalu beberapa saat kemudian dia baru bisa menyimpulkan masalah.“Sepertinya aku tahu kenapa Bu Falisha cemberut keluar dari ruangan Pak Fattan,” ucap Mira tersenyum.“Apa?” tanya Nola ikutan penasaran.“Karena Pak Fattan sudah mendapatkan model untuk produk kita yaitu si nenek lampir itu,” jawab Mira mampu menghentikan gerakan tangan Nola ya
“Tante mau ya?” wajah Fahri memelas membuat Falisha makin bingung. Di satu sisi dia sangat malas bahkan membenci pria itu karena masa lalunya sedangkan di sisi lain Falisha merasa kasihan dengan putranya yang ingin sekali pergi keluar. Mungkin dulu Fattan tidak pernah mengajak Fahri untuk sekedar jalan-jalan sehingga mereka tidak terlalu akrab bahkan Fattan tak peduli dengan putranya sendiri. Falisha menghela napas panjang. “Baiklah, kita pergi tapi ...”“Hore! Makasih Tante!” Fahri berlompat kegirangan dan kemudian memeluk Falisha dengan hangat. Fahri pun segera pergi ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi. Falisha meminta bantuan Mbok Ratmi untuk menyiapkan pakaian untuk Fahri. “Kenapa kamu datang, Mas?” tanya Falisha saat mereka telah duduk berdua di ruang tamu. Suasana kembali canggung. Wajah Falisha terlihat kesal. Sedangkan Sadam tak lepas selalu memandangi wajah wanita yang pernah singgah di hatinya itu. “Lis, ada banyak yang harus aku jelaskan sama kamu. Aku mohon dengarkan
Falisha masuk ke kamar, dia lalu mencoba menghubungi Fattan, tapi tetap saja tidak diangkat meskipun panggilan telepon Falisha berdering. Jangan ditanya bagaimana raut wajah wanita itu, menyimpan amarah di hatinya.“Pasti dia bersama Syakira, nggak bisa apa mengangkat teleponku sebentar? Atau lebih baik aku kirim pesan saja setidaknya nanti setelah selesai memanjakan wanita itu dia akan baca pesan dariku, mungkin,” gerutu Falisha mulai mengetik sebuah pesan singkat. Pesan itu pun telah terkirim meskipun sudah terconteng dua tapi belum terbaca. Setelah dirasa cukup dia pun mulai bersiap. Falisha pun terpaksa ikut dengan mereka hanya semata untuk melihat keceriaan di wajah Fahri anaknya meskipun dia pun malas melihat wajah pria itu. Masih ada rasa sakit yang belum semua dilupakan oleh wanita cantik itu, Tante . Hanya butuh lima menit saja Falisha sudah siap. Tampil dengan gaya santai dan sederhana malah mendapat pujian dari Fahri dan tentu saja Sadam. Perubahan selama enam tahun ya
Falisha hanya diam malas menjawab pertanyaan itu yang akan membuatnya salah bicara.Kini mereka sedang bersantai di sebuah cafe di mana di tempat itu juga banyak permainan yang disukai oleh anak yang berusia enam tahun itu. “Apa yang kamu lakukan selama enam tahun ini, Lis? Kamu tidak ingin menikah? Nggak mungkin kan kamu bertahan sendiri atau kamu memang tidak bisa move on dariku sehingga kamu tetap melajang?” tanya Sadam ingin tahu. Mata Falisha membulat sempurna, terkejut dengan pertanyaan yang dia ajukan. “Apa kamu pikir aku menunggumu? Jangan salah paham, kamu saja yang nggak tahu apa yang harus aku lalui setelah kamu tega melakukan hal itu. Jadi tolong berhenti mencari tahu tentangku lagi, kamu akan menyesal jika kamu sebenarnya! Hubungan kita sudah tidak ada dan jangan berusaha mengakrabkan dirimu lagi, Mas!” tegas Falisha kesal.“Lis, aku sudah menjelaskan apa yang terjadi denganku, sungguh aku nggak bermaksud untuk ...”“Mas, kita di sini karena Fahri yang memintanya ti
Sadam terkejut dengan ekspresi wajah Falisha seperti sangat murka. Dengan cepat wanita cantik itu pun melerai pelukannya dengan memicingkan matanya ke arah yang berlawanan.Sadam penasaran dan ikut melihat arah mata Falisha. Dan benar saja bukan karena dia tapi melihat orang yang dia kenal sedang memeluk pinggang ramping seorang wanita cantik yang berlenggang masuk ke hotel itu. “Mas Fattan?” Falisha memastikan terlebih dahulu apakah memang dia atau bukan meskipun hatinya mengatakan kalau orang itu adalah dia. Buru-buru Falisha mengambil ponselnya. Dan langsung menghubungi nomor ponsel Fattan. Dari jauh gerak gerik orang itu sama dan mengambil ponselnya. Orang itu pun berbalik dan terlihat jelas sudah wajah orang itu yang tak lain adalah Fattan. “Halo?”“Mas, kamu di mana, kenapa dari tadi aku menghubungi nggak jawab? Bertemu klien lagi atau tidur nyenyak dengan selingkuhan kamu?”“Jaga ucapan kamu Falisha, dari awal pernikahan kita hanya sebatas surat wasiat Farah tidak lebih, j
“Kenapa Tante? Apakah Tante juga sudah menikah dengan orang lain? Tapi Tante tinggal di rumah papi dan Fahri nggak pernah melihat orang lain, lagian Tante juga mau menjaga Fahri?” tanyanya dengan polos. “Sayang, tidak semua masalah orang dewasa kamu mengerti bahkan belum waktunya. Sekarang nggak usah pikirkan yang lain. Bukannya kita ingin makan enak lagi di restoran baru milik Om Tampan atau Fahri sudah capek, kita bisa pulang yuk,” ajaknya berharap Fahri mau ikut pulang ke rumah tanpa harus menghadapi dua pria itu sekaligus. “Duh malas banget ini aku, jika ke restoran Mas Sadam pasti aku akan bertemu Mas Fattan yang menunjukkan kemesraan di depan umum bersama wanitanya, tapi jika aku pulang pasti Mas Sadam akan banyak bertanya denganku , lagian si Fahri pasti akan sedih kecuali kalau memang capek pasti Fahri akan memintaku untuk pulang,” gerutunya dalam hati. “Tante, Fahri mau ke sana!” tunjuk Fahri dengan tangan mengarah ke restoran itu. Falisha sedikit syok dan kecewa karen
“Mas, aku sudah buatkan teh jahe kesuakaanmu, aku letakkan di meja,” ucapnya saat melihat Fattan sudah keluar dari kamar mandi.Namun, pria itu tampak masih mengacuhkan Farah. Dia hanya diam dan langsung pergi menuju lemari ganti pakaian. Farah menjadi bingung karena pakaian yang suaminya ambil pakaian resmi dan rapi.Sebuah setelan jas berwarna hitam lengkap dengan dasi. Tak dipungkiri seorang pria yang bergelar suami itu memang terlihat tampan dan berkelas. Pantas saja banyak yang ingin menjadi istrinya atau hanya sebagai wanita simpanan agar bisa selalu bersama pria tampan itu. Pintar, kaya dan juga sangat tampan satu paket komplit lengkap yang membuat banyak wanita sangat mengagumi Fattan.Farah melirik ke jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Biasanya Fattan tidak akan keluar rumah kecuali kebutuhan mendesak.“Mas Fattan mau pergi lagi? Ke mana Mas, apakah aku boleh ikut?” tanya Farah berharap akan diajak oleh suaminya sendiri. Lagi-lagi Fattan tak menjawab