Share

03. Dia ibumu

Author: Nakey Niken
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Karlina bersenda gurau dengan Riana di ruang tengah, wanita itu nampak antusias saat Riana menceritakan prestasinya dulu. Sesekali mereka berdua tertawa lepas, Riana hanya menceritakan sebagian dari kebenarannya, sebagian lagi Riana sembunyikan.

"Benarkah itu? Wah dirimu cerdas sekali!" Karlina memeluk tubuh kecil putrinya dengan perasaan bangga.

Riana mematung, baru pertama kali dalam hidupnya sang Mama mengucapkan kata 'Bangga' dengan penuh kasih sayang, dan baru pertama kali dalam hidupnya Riana dipeluk oleh sang Mama. 

"Mama tahu? Aku belum pernah dipeluk Mama begini," gumam Riana terdengar jelas di telinga Karlina. 

"Kenapa?"

"Mama selalu sibuk dengan pekerjaan, hingga tidak ada waktu untukku dan juga Bang Langit."

"Sekarang Mama akan selalu ada untuk kalian."

Ucapan itu setidaknya akan membuat Riana tenang, walau terbesit dalam ingatannya sesuatu yang akan melukai hati Mamanya.

Mamanya telah berubah, dan Riana akan selalu menyayangi Karlina seburuk apapun sifatnya, namun berbeda dengan Langit.

Sikap Riana berbanding balik dengan Langit, jika Riana adalah tipekal orang yang pengertian maka Langit adalah seseorang yang gengsian. Keduanya sama-sama mewarisi Gen Karlina, jika Langit adalah sifat karlina, maka Riana pemikiran cerdas dari Karlina. 

Sifat pengertian Riana turun dari sang bapa, Johan.

Pintu besar itu terbuka, menampakan seorang cowok dengan seragam basketnya yang basah karena keringat.  Ia nampak mematung ketika melihat sang Mama yang tersenyum lebar menatapnya. 

"Mama..." gumamnya.

"Kamu Langit?" tanya Karlina berdiri hendak mendekati sang anak.

Langit mundur dua langkah. Ia memperlihatkan telapak tangannya bertanda menyuruh Karlina berhenti. "Jangan mendekat!" serunya.

"Kenapa? Bukankah aku Mamamu?" 

"Mamaku sudah mati satu tahun yang  lalu karna kecelakaan besar. Bagiku dia sudah tiada!" seru Langit membuat Karlina mematung.

"Aku Mamamu!"

"Mamaku sudah menganggapku mati. Aku bukan anakmu," ucapnya dingin. Lalu cowok itu melangkah pergi meninggalkan Karlina yang menahan air matanya.

Riana hanya bisa diam mendekati sang Mama lalu memegang pundaknya, menyalurkan semangat untuk wanita itu.

"Apa aku sekejam itu hingga anakku saja enggan untuk menyebutku sebagai ibunya?" gumam Karlina.

"Sudahlah Mama, ayo kekamar."

***

Semilir angin malam menerpa kulit cantik seorang wanita yang beberapa tahun ini tertidur pulas seolah dirinya benar-benar akan meninggalkan dunia. Tuhan berhati baik, dengan mengizinkan wanita itu tetap berada di Bumi namun seolah terlahir kembali dengan sifat berbeda.

Bulan masih setia menemani bumi dengan segala makhluk yang ada didalamnya dengan sinar redupnya yang menenangkan.

Pintu kamarnya terbuka membuat wanita itu mengalihkan intesnya kepada sang pelopor.  Dia Johan, suaminya.

Johan mematung ditempatnya seolah tak percaya dengan apa yang dilihat matanya, dia Karlina. Isterinya yang selama ini asyik tertidur pulas.

Karlina tersenyum tipis, ia mendekati sang Suami lalu memeluknya. Hal itu tentu saja membuat Johan merasa sedikit kaget, desiran hangat itu kini kembali setelah sekian lama hilang dalam hidupnya.

"Aku merindukanmu," ujarnya semakin mengeratkan pelukan.

Johan yang masih syok hanya bisa mematung ditempat, perlahan tangan kekar itu memeluk punggung kecil isterinya.

Karlina di jodohkan dengan Johan saat usiannya masih terbilang muda, gadis itu baru duduk di bangku kelas 12 SMA. Sedangkan Johan baru saja lulus S1 nya.

Karlina sangat kesal dengan penikahannya ini, namun rasa kesal itu perlahan sirna saat sang suami memperkenalkan dunia entertainment kepadanya, Karlina yang tertarik mulai menyibukan dirinya seharian di kantor. 

Gadis berusia 17 Tahun itu meraih prestasi yang sangat membanggakan. Lalu disaat usianya 20 tahun, Johan dan Karlina dianugrahi seorang putra bernama Langit Aishakar Husein.  Kehadiran sang putra membuat Karlina jengkel karna selalu menganggu kesibukannya. Al hasil Langit diasuhkan kepada sang nenek. Rumah tangga Johan dengan Karlina bisa dibilang Toxic. Karlina dengan sifat arogannya sedangkan Johan dengan sifat keras kepalanya.

Dulu Karlina selalu ngotot ingin bercerai dengan Johan, namun Johan menolak karna rasa cintanya kepada Karlina mengalahkan egonya.

Lalu saat usia Karlina 27 Tahun ia dianugrahi seorang putri yang dikenal dengan nama Riana Balqis Husein. Seorang putri emas yang memiliki prestasi yang gemilang, ia menjadi kesayangan Karlina, namun saat anak itu salah karlina tak segan menghukumnya.

Dulu Johan dan Karlina sangat memiliki waktu luang sedikit untuk bersama, dan saat itu Johan ingin memanfaatkannya dengan bermanja dengan sang isteri, namun sepertinya hanya sebatas angan. Karlina wanita sibuk yang gila kerja, itu yang membuat waktunya sangat sempit untuk bersama.

Namun apa sekarang? Karlinanya terlahir kembali dengan sifat yang berbeda? Ah yang benar saja. Saat Karlina tertidur panjang, perlahan Johan mulai bisa melupakannya, namun saat bangunnya karlina apa usahanya selama ini akan sia-sia?

"Mas..." panggil Karlina membuat Jihan tersadar dari lamunannya.

"Hmm?"

Karlina mengulas senyum tipis. "Aku ingin mendengar cerita awal pertemuan kita, maaf karna aku melupakan semuanya," ujarnya membuat Johan terdiam. Bukankah itu yang dulu isterinya mau? Melupakan segalanya. 

"Ayo," Johan menarik tangan mungil Karlina duduk di dekat jendela sembari menikmati malam yang indah.

Johan berdehem, lalu melepas jasya yang masih melekat dibadan, dibantu Karlina. "Dulu kita dijodohkan," Johan mengawali cerita.

"Benarkah? Berapa usiaku?" tanya Karlina terlihat berbinar.

Johan mengulas senyum tipis melihat betapa semangatnya sang isteri mendengar Flash back masalalunya. "Tujuh belas tahun.  Kamu masih sangat muda saat itu, dirimu menginginkan kebebasan. Lalu yang kau dapat malah perjodohan," pria itu terkekeh.

"Benarkah? Namun sepertinya aku tidak menyesal sekarang. Aku menyayangi kalian, Tuhan sepertinya memberikan hukuman kepadaku, lalu  menjadikan pribadi yang lebih baik. Aku berjanji akan berubah," ujar Karlina mengecup pipi tirus Johan.

"Kenapa baru sekarang..." batin Johan.

"Kamu kenapa terlihat sedih begitu?" tanya Karlina bingung saat menyadari perbedaan mimik wajah suaminya.

" Tidak."

***

Tanpa mereka berdua sadari ada pasang mata yang menatap mereka dari kejauhan, hatinya terasa perih melihat kejadian itu, airmatanya menetes tanpa dimintai ia mundur dua langkah kebelakang menjauhi pintu besar itu yang dibaliknya terdapat insan yang tengah melepas rindunya dengan bercerita random.

"Jangan bersedih, kau tetap menjadi bundaku," ujar seseorang yang berada  dibelakangnya,  wanita itu berbalik menatap pria jakung yang mengulas senyum tipis, dia anak tirinya Langit.

Setidaknya kalimat itu mampu menenangkannya saat ini. Namun ia tidak yakin kedepannya apa dirinya akan sekuat ini? Bagaimanapun Karlina adalah isteri dari Johan, harusnya ia tidak sesakit ini.

"Sudahlah Bunda, setelah apa yang dilakukan wanita itu kepada Papa apa Papa sudi kembali padanya lagi?" tanya Langit membuat wanita itu membulatkan matanya.

"Shut! This is your mother," kata wanita itu tajam. "Dia juga ibumu."

"Menurutku tidak, ibuku sudah mati karna kecelakaan kala itu," sinis Langit membuat wanita itu ngeri.

Related chapters

  • Surat Kecil Dari Mama    04. Wanita beracun

    Seorang wanita paruh baya terbangun dari tidurnya, matanya menerjab mencari keberadaan pria tampan yang semalam menemani tidurnya dengan berdongeng tentang kisah cintanya dulu.Wanita itu terkekeh menginggat kejadian semalam, ia tidak menyangka bahwa dirinya segalak itu dulu.Ia turun dari kasur kingsize-nya. Kaki mungilnya melangkah mencari dimana suaminya pergi, akhirnya wanita itu memutuskan untuk turun saja.Suasana rumah besar ini begitu terlihat sepi, hanya beberapa orang yang berkeliaran, mereka asisten rumah tangga yang berkerja di Rumah sebesar istana ini, terkadang Karlina berpikir siapa yang menghamburkan uangnya hanya untuk membangun rumah sebesar tajh mahal ini? Padahal masih ada rumah sederhana yang layak untuk dihuni."Eh kamu!" seru Karlina.Pelayan itu menundukan kepalanya. "Iya nyonya," katanya masih menunduk."Jangan nunduk, aku ingin bicara denganmu," ujar Karlina sedikit kesal. "Jangan panggil aku Nyonya panggil aja Karl

  • Surat Kecil Dari Mama    05. Langit!

    Langit pergi begitu saja meninggalkan ruang makan yang seketika menjadi sepi dan sunyi. Johan berdiri dari kursinya. "Aku ada urusan," pamitnya mengecup kening sang istri."Tapi aku sudah memasaknya--" percuma saja wanita itu berkata karna suaminya sudah terlebih dahulu keluar.Karlina mendesah berat ia menatap sang putri yang masih berada ditempat duduknya. Merasa diperhatikan, Riana mengambil nasi namun kesusahan akhirnya dibantu oleh Karlina."Karinya juga Ma," ujar gadis itu diangguki sang Mama.Riana melahap makanannya dengan perlahan, sesuai yang diajarkan sang ibundanya dulu. "Enak Ma,"kata Riana membuat mood yang hancur beberapa saat lalu kini membaik."Benarkah? Kamu mau Mama masakin Kari terus?" tanya Karlina berbinar.Riana terkekeh pelan, gadis itu mengangguk. "Masakan Mama adalah masakan paling enak yang Riana makan selama ini!"Karlina tersenyum haru, ia mengelus puncak kepala sang putri. "Terimakasih Balqis."

  • Surat Kecil Dari Mama    06.This is your mother, dear..

    Langit, cowok itu terus meracau tidak jelas, mengumamkan kata yang Karlina tidak mengerti. Karlina berdiri mendekati sang putra yang sempoyongan. "Ha, sialan perempuan itu!" gumam Langit. Karlina menyentuh pundak sang putra, Langit sepontan menatap Karlina tidak suka. "Jangan sentuh! Najis, lo bukan Milea!" seru Langit. Karlina diam, memandang sang putra yang menatapnya tajam. "A-aku ibumu Lang--" "Mama gue udah mati karna kecelakaan besar itu! Jangan ngaku-ngaku, mau gue bunuh lo?!" sentak Langit. Karlina memandang putranya tak percaya, apa ini benar Langit Aishakar Husein? Putranya itu? Kenapa Langit bersikap seperti ini? Apa dulu sifat antagonisnya membuat puteranya tertekan? "Minggir!" teriak Langit mendorong tubuh Karlina, membuatnya mundur lima langkah, hampir jatuh tapi untung saja Johan ada di belakangnya. Keo kebingungan harus apa, begitu juga Andra. "Em, Tuan, Nyonya. Kita pamit yah..." kata keduannya kompak.

  • Surat Kecil Dari Mama    07. A little story about the Antagonist

    Dulu ada kisah yang menceritakan tentang snow white yang malang, ia selalu dimarahi ibu tirinya untuk hal-hal yang bisa dibilang spele. Alvira, nama ibu tirinya. Alvira mempunyai cermin ajaib, setiap hari wanita cantik itu selalu berkata "Wahai cermin ajaib siapakah wanita tercantik di Dunia?" lalu cermin itu akan menjawab. "Kau lah wanita cantik itu Ratu," cermin selalu menjawab pertanyaan Alvira yang setiap hari menanyakan apakah dia cantik? Dan cermin pun selalu menjawab dengan jawaban yang sama.Namun, suatu hari cermin pernah menjawab dengan jawaban yang berbeda dari sebelumnya, wanita paling cantik hingga mengalahkan Alvira adalah putri tirinya, Putri salju. Tentu saja Alvira marah hingga munculah niatan untuk membunuh Putri salju.Kira-kira cerita itulah yang sering beredar dimasyarakat, snow white si protagonis dan Alvira si Antagonis, terkadang kita memang selalu menyukai sang Protagonis namun ingatlah cerita tidak akan menarik jika tdak ada Antagonis dida

  • Surat Kecil Dari Mama    08. Little Sky

    Karlina Agna POVMenjadi seorang tokoh antagonis dimasa lalu adalah hal yang sangat aku sesali, bagaimana tidak? Setiap hari aku selalu dihadapkan dengan kesalahan yang aku buat pada masa lampau, bahkan aku tidak menginggat kesalahan apa saja?Aku tidak pernah berharap mengalami yang namanya kecelakaan dan hilang ingatan seperti ini, hei demi Tuhan ini sangat menyiksa, seperti baru lahir di Dunia namun langsung mendapatkan masalah bertubi-tubi.Kepalaku sedikit merasa pusing kala sedikit demi sedikit ingatan pahit terlintas dipikiranku, rasanya sakit dan sangat menyiksa."Ma!" aku menoleh kala mendengar seruan itu, dia Riana anakku yang paling pengertian seperti Johan, namun akhir-akhir ini sikap Johan juga sedikit berbeda, ia lebih suka keluar rumah dari pada berlama-lama di rumah, seperti Langit. Namun jika Langit, perlahan aku mulai terbiasa dengannya, sikap kasar anak itu sepertinya pantas aku terima untuk dosa yang dulu pernah ku lakukan.Riana mendekat

  • Surat Kecil Dari Mama    09.About Milea

    Langit terbangun dari tidurnya, wajahnya berkeringat dan bibirnya pucat pasi, membayangkan betapa kejinya ibunya dulu rasa gejolak dihatinya terasa sakit dan ngilu. Karlina memang sering menganggap Langit tidak ada, bahkan Karlina sering menelantarkan Langit dan menitipkannya ke Nenek atau bahkan sahabat itunya itu yang sering Langit sebut dengan panggilan Mama.Cowok itu menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan kepalanya mendadak pening menginggat kejadian yang membuatnya bandel dan nakal seperti ini. Menjadi brandalan karna kekurangan kasiha sayang orang tua? Huh mungkin itu yang dialami Langit saat ini, kepalanya mendadak pening. Pandangannya mengabur kebiasaanya sejak kecil jika terbangun karna kaget pasti cowok itu merasakan kepala pusing.Bersamaan saat itu pintu terbuka menampakan seorang wanita paruh baya yang tersenyum tipis kearahnya sembari membawa senampan air putih serta bubur. "Langit, bagaimana kondisimu?" tanyanya.Langit berdecih, bahkan ia tak

  • Surat Kecil Dari Mama    10. About Milea (B)

    Sudah hampir satu jam Karlina merendamkan dirinya di bathtub kamar mandi, airnya pun sudah terisi penuh ia menceburkan diri tanpa melepaskan pakaian yang tadinya ia kenakan, iya Lina masih memakai baju dan bathtub yang ia gunakan berwarna coklat tanah dengan sedikit warna darah mendominasi.Iya, belum sempat Lina mengobati lukanya ia lebih dahulu merendamkan diri, sudah berkali-kali Killa membujuknya namun wanita keras kepala sepertinya tentu saja tidak mudah.Kejadian tadi berputar diingatan Lina, kepalanya sangat pusing jika dipaksakan untuk menginggat sesuatu yang sudah jelas hilang entah kemana, namun melihat Langit menderita tadi membuat hatinya bergerak membantu sang putra keliar dari keterpurukan, mungkin jika menemukan sosok Milea ini Langit tidak akan seperti ini lagi, namun dimana Lina bisa mencari sosok bernama Milea ini?Kata wanita tadi yang mengetahui keberadaan Lea adalah dirinya namun kecelakaan itu membuat Lina melupakan segalanya bahkan ia lupa siapa

  • Surat Kecil Dari Mama    11. Rindu

    Semalam Langit tidak pulang ke rumah, semalaman pula Karlina begadang menunggu kepulangan anaknya, sudah beberapa kali para asisten di rumah Karlina menyarankan wanita itu untuk segera tidur di kamar dan beberapa kali pula Karlina terus menolaknya, ia lebih memilih duduk manis di sofa sembari menunggu Langit namun yang ditunggu tak datang juga.Jam sudah menunjukan pukul empat dini hari Langit juga masih belum menampakan dirinya beberapa kali Karlina menelpon anak itu namun nihil bukannya diangkat Langit malah memblokir kontaknya. Karlina mendesah pelan menatap ponselnya yang memperlihatkan kontak Langit yang sudah tak berprofil lagi."Langit kamu dimana nak.."***Langit memblokir kontak Karlina, ia tak suka saat tidurnya diganggu. Apalagi saat memimpikan orang yang sangat ia rindukan, sungguh itu sangat mengesalkan. Cowok itu melirik kearah jam dinding kamar yang ia punya di bar diskotik ya itu kamar yang Langit bangun sendiri ia pun menempati kamar itu saat ad

Latest chapter

  • Surat Kecil Dari Mama    35. Barrabas Mahesa

    Samar-samar di balik pintu Karlina dapat mendengar perbincangan Dav dengan seseorang ditelpon, nada bicara Dav yang tegas membuat Karlina cukup merinding, apalagi saat mendengar hal yang pria itu katakan."Jika kau tidak menemukan anak itu sebelum pukul dua belas malam, maka kepalamu lah yang akan menjadi gantinya. Maka sekarang cepatlah pergi dan temukan Kayara!" kata Dav yang dapat didengar oleh Karlina.Lalu beberapa saat kemudian ia kembali mendengar Dav berbicara ditelpon dan kali ini dengan orang yang berbeda. "Kerahkan seluruh anak buahmu untuk mencari Kayara, bila perlu sampai ke penjuru dunia. Aku tidak mau mendengar kanar buruk dari kalian, dan yah .., bawa penculiknya entah itu dalam keadaan hidup ataupun sudah mati yang jelas aku ingin melihatnya."Setelah mengucapkan itu, sepertinya Dav sudah mengakhiri telponnya dan Karlina yang berada di balik pintu was was sendiri, takut jika Dav memergokinya sedang menguping pembicaraan.Engsel pintu dibu

  • Surat Kecil Dari Mama    34. He is Mafia!

    "Ada apa ini?" suara bariton itu membuat semua orang yang ada disana seketika diam, suasana pun menjadi hening, tak ada satupun dari mereka yang berani bicara. Pria iti menatap Langit dengan alisnya yang terangkat satu. "Bisa kamu jaga ucapanmu kepada ibumu anak muda?"Langit tak menjawab, ia hanya melemparkan lirikan sinisnya.Pria itu menatap Karlina yang tertunduk dilantai dengan isakan keras yang terus mengiringi. Hati pria itu merasa iba, lantas tanpa permisi ia mendekat dan merangkul wanita itu."Ada apa Karlin?" Mendengar suara yang tak asing lagi, Karlina menoleh ia lantas memeluk tubuh pria tadi erat, tangisnya semakin kencang."Yara, Dav. Yara hilang!" kata Karlina tak sanggup lagi menahan isak tangisnya yang terus keluar. "Yara ...,"Yaps, pria itu adalah Davendra, tadi dijalan ia melihat Langit tengah kebingungan mencari sesuatu, lantas ia mengikuti cowok itu untuk bertanya namun Langit keburu pulang.Dan saat Dav ke kediam

  • Surat Kecil Dari Mama    33. Yara hilang

    "Mama takut apa dan sama siapa?" tanya Riana mengusap punggung ibunya lembut, jujur saja ia takut jika suatu hal akan terjadi pada Karlina, ia tak mau itu terjadi. Karlina menggeleng lemah ia menenggelamkan kepalanya di bahu sang putri. "Mama takut sama Mama yang dulu, Mama nggak mau jadi dia lagi. Mama ingin menjadi sosok Mama yang baik untuk Riana, Yara dan Langit.." Riana tersenyum tipis mendengar itu, hatinya menghangat ternyata memang benar bahwa Mama nya yang ini sangat menyayanginya. Begitu juga Riana yang akan selalu menyayangi Langit. "Mama tenang aja, nggak usah takut. Riana ada disamping Mama, jadi Mama aman." Karlina mengangguk kecil pikirannya sudah cukup tenang mendengar kalimat yang diucapkan Riana tadi. "Terima kasih, Sayang." *** "Abang, Riana boleh minta tolong nggak?" tanya Riana was-was. Tadi ia dimintai Karlina untuk menjemput Yara yang hari ini hari pertama sekolahnya, dan kebetulan Riana tengah libur jadi

  • Surat Kecil Dari Mama    32. Piano

    Semua orang berkumpul dimeja makan tak terkecuali Langit. Kue buatan Yara dan Karlina pun menjadi daya tarik tersendiri disana.Riana baru saja pulang ikut duduk memandangi roti tersebut. Semua orang terkejut, baru kali ini semua orang melihat Kue buatan Karlina."Ini serius buatan Mama?" tanya Riana tak percaya.Karlina terkekeh ia mengelus puncak kepala Yara yang duduk disampingnya. "Sama buatan Yara juga," kata Karlina diangguki Riana."Maaf yah tadi aku nggak bisa bantu kalian," Riana menunduk dalam seolah sangat menyesali perbuatan.Karlina berdehem. "Gapapa Aqis, lagi pula kue nya juga sudah jadi, ayo cicipi."Killa menunduk ia mengambil pisau dan membelah kue tadi menjadi beberapa bagian, lalu ia berikan ke piring yang ada disana. Namun saat sampai ke piring Langit ia berkata."Em, Bi Killa. Tolong nanti makanannya antarkan ke atas saja yah," kata Langit."Lantas kue nya Tuan?"Langit mengeleng, ia melirik Karlina

  • Surat Kecil Dari Mama    31. Kue

    Langit terdiam, ia menatap Mama dan juga adik tirinya dengan tatapan penuh amarah, namun mulutnya hanya bisa terkunci. Ia menarik nafas dalam, perlahan meninggalkan ruangan itu.Kalian tahu? Langit cemburu melihat kedekatan Kayara dengan Karlina, iya kasih sayang yang belum ia pernah dapatkan dengan mudahnya Ara ambil bahkan gadis yang entah dari mana itu tak perlu bersusah payah seperti Langit dulu.Tidak adil baginya.Ia merebahkan dirinya di kasur, sebentar lagi Riana akan pulang dan Langit mulai berimajinasi, menginggat kenangannya bersama Milea untuk diceritakan ke Riana nantinya."Milea Amanditha."***Jam pembelajaran terakhir di kelas Riana baru saja selesai, kini ia tengah bersiap pulang bersama kedua temannya, Niza dan Amel."Ri, apa lo nanti nggak bisa beneran ikut kita ke tempat biasa?" tanya Niza agak kecewa mendengar keputusan Riana yang tidak ikut dulu ke warung Bu Wiwid untuk memakan pecel disana.

  • Surat Kecil Dari Mama    30. Lukisan

    "Santi, boleh aku tanyakan sesuatu padamu?" tanya Karlina begitu mendadak karna saat di Restoran tadi ia memikirkan hal yang belum ia ketahui.Santi yang tengah menonton tv me-mute televisinya sejenak agar ucapan Karlina tidak terpotong atau terganggu. "Iya, ada apa mbak?" tanya Santi."Kamu ini sudah punya suami atau belum?" tanya Karlina membuat Santi menegang sejenak.Santi menggeleng. "Mbak kenapa tanya gitu yah?" tanya Santi sembari terkekeh garing.Karlina mengidikan bahunya. "Nggak tau, San. Tiba-tiba aja kepikiran gitu."Santi menganggukan kepalanya. "Iya aku udah punya suami mbak," jawabnya dengan senyuman kaku.Karlina memanggut. "Dia sekarang dimana, San?" Entah mengapa, menurut Karlina, mendapat pertanyaan seperti itu mimik wajah Santi seolah menjadi pucat pasi, seperti ada yang wanita itu sembunyikan.Santi berdehem untuk menghilangkan rasa gugup dalam dirinya. "Em, itu mbak dia ada di ... Prancis hehe, biasa urusan peker

  • Surat Kecil Dari Mama    29. Who is Anna?

    "Karlina!" Merasa namanya dipanggil Karlina menoleh, ia menatap sosok sahabat kecilnya, Davendra atau kerap dipanggil Dav. Dav tersenyum senang melihat kehadiran Karlina disini, ia mendekati wanita itu. "Aneh ya, kita selalu nggak sengaja ketemu ditempat umum," Dav terkekeh. Karlina tersenyum tipis. "Mungkin kebetulan," balas wanita itu. Tangannya bergerak memilah kuas untuk Yara nanti. "Beli alat lukis untuk Riana?" tanya Dav. Karlina menggeleng. "Bukan tapi untuk anak adopsiku, kamu sudah mendengar kabar itu bukan?" tanya Karlina, Dav mengangguk. Memang berita tentang Karlina mengadopsi anak yang ditemukan di mall viral bulan lalu. Seorang pengusaha sukses mengadopsi anak jalanan? "Iya kabar itu trending di sosmed beberapa minggu lalu, apa kamu yakin dengan pilihanmu itu Karlin? Bahkan kamu saja tidak mengetahui asal usul anak itu," kata Dav. "Aku yakin dengan hati aku, Dav. Hati aku udah milih Yara sebagai anak angkat mungki

  • Surat Kecil Dari Mama    28. Kuas Kanvas

    Sepanjang hari, Yara terus menemani Karlina yang tengah tertidur, sebenarnya Yara pun juga merasa ngantuk, namun ia harus tetap terjaga agar ia bisa menjaga Karlina."Tante Mama kelihatan capek banget," tangan Yara membelai lembut rambut Karlina. Senyum kecilnya menghiasi bibir mungilnya.Yara ikut merebahkan dirinya diatas kasur, tepat disamping Karlina. "Tante Mama baik banget, makasih sudah mau mengadopsi Yara. Yara janji, Yara nggak akan buat Tante Mama nangis lagi," kata gadis itu sedikit berbisik.***Merasa perutnya lapar, Yara memutuskan untuk turun ke bawah menginggat bahwa ia memiliki penyakit maag maka ia tak mau merepotkan Karlina.Saat perjalanan menuju dapur, matanya tak sengaja menangkap sosok Langit yang tengah meminum kopinya di meja makan. Yara tak takut lagi dengan Langit, apalagi saat teringat bagaimana kasarnya Langit kepada Karlina.Yara mendekati Langit tanpa getar, ia menatap tajam Langit. La

  • Surat Kecil Dari Mama    27. Kesedihan yang mendalam

    "Tante juga kangen Lea, Langit ..." lirih Santi.Hampir semua penghuni rumah itu sudah mengenal siapa Milea, temasuk Karlina namun saat ia belum hilang ingatan tentunya. Dulu Langit sering membawa Milea berkunjung ke rumahnya tapi kalau Karlina pergi jadi sangat jarang bagi Milea bertemu dengan Karlina, tapi sekalinya ketemu eh malah ada tragedi mengerikan itu."Andai dulu Langit nggak memperkenalkan Lea ke Mama, pasti saat ini aku masih sama Lea ya walaupun diam-diam pacarannya," Langit menarik nafas panjang, ia merebahkan dirinya dikasur.Santi menatap Langit prihatin, jujur ia merasakan apa yang Langit rasakan saat ini, menginggat betapa besar rasa cinta Langit ke gadis bernama Milea. "Bukan salah kamu, Langit. Ini sudah ditentukan Tuhan walaupun kamu sembunyikan pasti nantinya akan ketahuan juga kan?"Langit menatap Santi dengan tatapan sendu. Bagaimana pun yang dikatakan Santi ada benarnya juga. "Hmm, aku bingung sekaligus rindu."Perihal rind

DMCA.com Protection Status