Home / Romansa / Surat Dari Venus / BAB 2 - Terjebak Oleh Pesona

Share

BAB 2 - Terjebak Oleh Pesona

Author: Aster Chronos
last update Last Updated: 2022-02-12 00:43:16

Ran turun dari bus tepat di depan sekolah. Jantungnya berdegup kencang, ketika mendapati gerbang sekolah yang mulai ditutup oleh satpam. Namun, siswa yang bergerombol dan berdesakan masuk, mengakibatkan gerbang susah ditutup.

Ran diam sejenak untuk mencari cara agar bisa menembus gerombolan itu.

Kemudian Ran berlari menuju gerbang, dengan pikiran bisa membuat gerombolan siswa itu tumbang. Naasnya, Ran terjatuh akibat menginjak tali sepatunya sendiri, hingga lututnya berdarah. Namun Ran tidak ada waktu untuk meratapi rasa perih di lututnya, dan langsung bangkit untuk menerjang gerombolan itu.

Perkiraannya salah, ia malah terjebak diantara gerombolan itu. Bau keringat langsung menyengat hidungnya, tidak tertahankan lagi.

Ran berjongkok untuk mencari jalan di sela – sela kaki para siswa yang juga terlambat itu. Ia merangkak, tidak memperdulikan lututnya yang sakit karena terkena kerikil. Tujuannya hanyalah bisa lolos dari gerbang itu, sebelum guru BK darang.

Setelah berhasil menembus gerombolan itu, Ran mengehmbuskan napas lega sembari merapikan seragamnya.

“Uwek!!! Gak enak banget baunya,” tukasnya kesal ketika sisa-sia bau keringat yang tercium dari seragamnya.

Seketika ia tersentak ketika mendapati seorang guru BK yang melirik kearahnya, bersamaan dengan suara bel yang dibunyikan.

Mati aku, batin Ran.

Peraturannya, jika bel sudah dibunyikan, tidak boleh ada siswa yang masih berkeliaran di area sekolah, karena doa pagi bersama di kelas dilaksanakan tepat setelah bel berbunyi. Bagi siswa yang tertangkap masih di luar kelas, akan dihukum bersama siswa yang terlambat.

Hukumannya pun cukup menguras jam pertama pelajaran. Akan dibagi beberapa kelompok untuk membersihkan area sekolah seperti kebun, kamar mandi, halaman sekolah, dan green house yang jumlahnya ada 3. Belum lagi hukuman dari guru yang mengajar di kelas. Mereka yang tidak beruntung, dan mendapatkan guru disiplin akan mengerjakan tugas tambahan di rumah seperti mengerjakan soal – soal atau merangkum buku, dengan deadline keesokan harinya.

Tidak banyak juga siswa yang kabur, atau memilih membolos demi menghindari hukuman-hukuman itu.

Ran mencoba mencari tempat sembunyi untuk menghindari ketiga guru BK itu. Namun setelah memperhitungkan jarak kamar mandi dengan posisinya sekarang, ia lemas.

Siapa sih yang membangun lapangan sekolah selebar itu, rutuknya dalam hati.

Dalam keputusasaannya, Ran mulai merasakan perih pada lututnya. Lalu ia menunduk untuk memastikan seberapa parah luka yang ia dapatkan tadi. Tidak seperti yang ia bayangkan, luka di lututnya sangat besar. Bahkan darah masih mengucur meskipun waktu telah berlalu lama, dari ia mendapatkan luka itu.

Ran menarik napas panjang, siap dihukum.

Namun, kedua matanya l berbinar ketika menangkap sosok seorang guru yang ia yakini dapat membantunya. Aksa, guru sejarah yang juga wali kelasnya dan hari itu beliau mengajar di kelasnya.

Aksa yang sedang berjalan santai tersentak mendapati kehadiran Ran. Gadis itu mengedipkan mata beberapa kali padanya, seperti memberi isyarat. Ia sebenarnya sudah tidak terkejut lagi dengan tingkah salah satu muridnya itu. Begitu ceroboh dan tidak disiplin. Beberapa kali juga ia mendapat teguran dari guru BK untuk mengingatkan Ran agar berangkat lebih pagi lagi.

“Pak, tolong bantu saya kali ini,” kata Ran dengan wajah memelas.

Aksa melirik kearah rekan kerjanya yang sedang mendisiplinkan para murid di gerbang, kemudian beralih menatap Ran. Ia tersenyum.

Melihat senyuman gurunya itu, Ran merasa seperti disengat lebah dan membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuh. Jantungnya yang tadinya mulai tenang karena berhasil lolos dari desakan di gerbang, kini kembali berdesir dengan cepat. Namun, ada rasa hangat yang menggilitik, berbeda dari degup jantung ketika panik. Mungkin terdengar kurang ajar, namun Ran tidak bisa menyangkal bahwa senyuman Aksa sungguh menawan.

Aksa memiliki postur tubuh yang tinggi dan atletis. Garis rahangnya yang tajam membuat sosoknya terlihat maskulin. Ditambah dengan alis tebal dan mata elangnya yang mampu menyihir para wanita. Aksa merupakan guru termuda di sekolah itu. Selain paras rupawannya, ia adalah seseorang yang sangat genius. Di umurnya yang masih dua puluh tiga tahun ia berhasil menyelesaikan studi S3 nya.

Aksa adalah seseorang yang pandai dalam banyak hal, tidak hanya mengusai satu bidang saja. Sains, matematika, filsafat, astronomi, olahraga dan seni semua ia tampung di kepalanya. Dan yang menjadi pertanyaan besar bagi sebagian penghuni sekolah adalah kenapa Aksa lebih memilih untuk mengajar di sekolah biasa. Padahal, ia sering ditawari untuk mengajar di sekolah negeri dan sekolah swasta yang lebih baik daripada sekolah saat ini tempat ia mengajar. Ia juga bisa menjadi dosen di salah satu universitas ternama Indonesia, dengan kemampuannya itu. Namun tidak pria itu lakukan.

Banyak orang yang berpikir, dalam tubuh Aksa mengalir darah seorang ningrat atau konglomerat, melihat pembawaannya yang elegan. Tutur kata, dan sikap sangat berbeda dari orang kebanyakan. Pemikiran Aksa selalu lebih maju daripada guru lain. Itu juga yang menyebabkannya banyak diidolakan. Tidak hanya dari kalangan siswi dan guru wanita, tetapi para siswa. Dan, dari banyaknya wanita yang mengagumi pria itu, belum diketahui kepada siapa Aksa melabuhkan hatinya.

“Ran, kenapa bengong? Pengen dihukum guru BK?” tanya Aksa, menyadarkan Ran dari lamunannya.

Ran memukul kepalanya dan merutuki diri sendiri karena bertindak konyol barusan. Gila kamu Ran, inget dia gurumu, batinnya.

“Kamu terlambat? Ayo ikut saya,” kata Pak Gatot.

“Maaf Pak, Ran tadi saya minta mengambil soal – soal ini di percetakan depan sekolah sehingga menyebabkannya terlambat masuk. Seharusnya Ran sudah ada di sekolah sejak lima belas menit lalu sebelum bel berbunyi,” sahut Aksa sembari menunjukan setumpuk kertas hvs yang berada dalam plastik, masih terlihat baru.

“Iya Pak, tadi antri percetakannya lama sekali, jadi saya terlambat deh masuk ke sekolah lagi,” kata Ran menambahi alibi guru itu.

Pak Gatot berdehem, “Hmmm yasudah kalo gitu, segera masuk kelas,” katanya.

“Pagi ini, jam pertama pelajaran Ran bersama saya Pak,” balas Aksa.

“Baiklah, saya permisi dulu Pak Aksa, selamat beraktivitas,” ujar Pak Gatot sembari meninggalkan Ran dan Aksa.

Ran menghembuskan napas lega. Badan yang beberapa saat lalu terasa kaku akibat gugup, menjadi lemas seolah beban berat telah terangkat dari bahunya.

Lalu ia menatap Aksa dan berkata, “Terimakasih Pak.”

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dito Adimia
ayo ikut mas aksa. ran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Surat Dari Venus   BAB 3 - Rasa Yang Tak Asing

    Aksa berbelok ke koridor menuju tempat fasilitas sekolah berada. Seperti perpustakaan, lab komputer, lab sains, green house, dan UKS. Tempat populer yang selalu ramai dikunjungi kebanyakan murid disana. Selain dekat dengan kantin sekolah, area itu banyak ditumbuhi pepohonan rindang dan sebuah taman kecil yang terdapat beragam jenis bunga di wilayah tropis, hingga menghadirkan suasana sejuk. Ran berjalan mengekor di belakang Aksa, sembari mengamati bunga-bunga itu. Meskipun bukan pertama kali ia melihatnya, pesona yang dikeluarkan oleh bunga-bunga itu tidak pernah membuat bosan. Terlebih lagi ia juga seorang penikmat bunga. Kondisi UKS sekolah kosong, dan tidak ada guru piket yang biasanya menjaga ketika jam pelajaran berlangsung. Ketika Ran melangkah masuk ke dalam UKS, langsung tercium bau karbol yang menyengat penciumannya. Karbol sendiri adalah pembersih non detergen yang mengandung disenfektan. Cairan ini hampir mirip dengan sabun pembersih lantai, namun

    Last Updated : 2022-02-19
  • Surat Dari Venus   BAB 4 - Jam Kosong

    Ran duduk di bangkunya dengan lemas, setelah membagikan soal dan mengumumkan pesan Pak Aksa.Kinan yang sejak tadi khawatir pada Ran ketika mendapati gadis itu lantas bertanya, “Pagi ini kasusnya apalagi? Sepatu hilang sebelah? Buku ketinggalan? Atau kaos kaki lupa dicuci? Itu lukamu kenapa?”Kinanthi Anggun Kertajasa. Gadis bermata sipit dan lesung pipi yang populer dikalangan anak laki – laki. Tubuhnya mungil semampai, berambut ikal sebahu. Ia memiliki kulit berwarna putih gading. Ia berdarah campuran chinese dari ibunya, dan manado dari ayahnya.Ran dan Kinan bertemu ketika masa orientasi siswa berlangsung. Mereka ada dalam satu kelompok saat tengah menyiapkan pensi. Ketika berbicang, mereka ada beberapa kesamaan yang membuat mereka nyaman satu sama lain. Hubungan mereka mangalir begitu saja, hingga akhirnya mereka berada dalam satu kelas yang membuat mereka semakin dekat.Ada satu gadis lagi yang juga berteman dengan mereka. Gadis it

    Last Updated : 2022-02-20
  • Surat Dari Venus   BAB 5 - Imajinasi Liar Dalam Penyiksaan (21+)

    BRAK!“Lemah! Bangun gak lu!” bentak Grace, setelah mendorong sesorang gadis yang kini badannya basah kuyup karena terjerembab ke dalam genangan air.Grace adalah seorang siswi kelas sebelas. Dilihat dari seragamnya, Grace satu sekolah dengan Ran. Ia memiliki rambut panjang yang digelung ke atas dengan jedai. Seragamnya terlihat acak – acakan. Ia menggunakan sepatu berwarna, khas anak pemberontak dari kalangan elit.Grace tidak sendrian karena di belakangnya ada lima orang yang merupakan anggota gengnya. Terdiri dari tiga cowok dan dua cewek.Gadis pendek sedikit gendut yang menggunakan bandana sebagai hiasan rambut, bernama Jessica. Pria dengan tinggi kira – kira 175 cm mengenakan kaos hitam dipadukan bawahan seragam sekolah, dan berambut keriting bernama Edo.Di sebelah Edo, berdiri Anton yang masih berseragam rapi. Anton memiliki tinggi yang sama dengan Edo.Terakhir adalah Ben. Pria yang mengenakan seragam dengan kancing terbuka, dipadukan kaos putih polos

    Last Updated : 2022-02-21
  • Surat Dari Venus   BAB 6 - Ledakan Di Sekolah

    Ran berdiri di depan papan tulis untuk menerima pengumpulan tugas dari teman – temannya, seperti pesan si pemberi tugas, yaitu Pak Aksa. Beruntung kelasnya bisa diajak kerjasama dan rata – rata semua sudah menyelesaikan tugas itu tepat waktu. Jadi ia tidak harus keliling kelas menagih satu persatu, seperti bendahara kelas ketika meminta pembayaran kas.Kinan yang sudah mengumpulkan lebih dulu karena duduk di sebelah Ran, langsung pulang. Biasanya ia akan pulang bersama Ran dan Sunny, namun sopirnya menjemput lebih awal dikarenakan ada acara keluarga.“Ran hari ini pulang sama siapa?” tanya Adit, petugas piket yang tengah memegang penghapus papan tulis yang tiba - tiba menghampiri Ran.Ran menegakkan badannya sembari merapikan tumpukan tugas yang ia bawa. Lalu ia menatap kearah Adit. “Seperti biasa sama Sunny, kenapa Dit?” tanyanya.“Kalo kamu mau menungguku, mau pulang bareng?”Ran menengok ke a

    Last Updated : 2022-02-22
  • Surat Dari Venus   BAB 7 - Gadis Bertopi Merah

    Matahari mulai kehilangan kegagahannya dibalik mendung. Hari yang seharusnya diakhiri dengan keindahan senja, menjadi gelap gulita. Senja yang biasa menghangatkatkan hati para manusia, setelah seharian bergulat dengan kesibukannya. Para manusia yang pada pukul itu selalu memenuhi trotoar atau jalan raya menggunakan kendaraannya untuk pulang ke rumah. Seperti pelajar, buruh pabrik, pekerja kantoran, pedagang dan manusia dengan profesi lainnya.Di pertigaan jalan lampu lintas, berbaris rapi kendaraan bermesin seperti motor, mobil dan angkutan umum. Lampu – lampu kota yang berdiri dengan kokoh di pinggir jalan, mulai memancarkan sinarnya untuk menerangi kegelapan, menggantikan matahari. Seorang pengamen dengan alat musik biola terlihat menghampiri satu persatu kendaraan sembari memainkannya, berharap diberi imbalan. Beberepa orang yang berempati padanya, akan memberi sejumlah uang. Namun tidak sedikit juga orang yang acuh tak acuh padanya.Gadis bertopi merah dengan

    Last Updated : 2022-02-24
  • Surat Dari Venus   BAB 8 - Dua Kali Ke Swalayan

    “Ran ayo turun bentar, aku mau cari sesuatu,” katanya sembari keluar dari mobil.Ran keluar dari mobil itu sembari menggendong biola dan tas ranselnya. Kemudian, ia berjalan mengikuti Raka memasuki swalayan. Ia ingat tempat itu. Dulu ibunya pernah mengajaknya mengunjungi tempat itu, untuk membeli bahan – bahan makanan. Kala itu, ibunya mendapat banyak bonus dari pelanggan karena idul fitri. Lebaran yang dirayakan oleh umat islam setahun sekali, tiap usai puasa ramadhan. Ini kedua kalinya ia mengunjungi tempat itu.Ran menyaksikan keramaian swalayan dengan kagum. Rata – rata pengunjung adalah sepasang pasutri yang memiliki seorang anak. Anak – anak dari para pasutri itu pun terlihat bahagia menghampiri tempat mainan dan snack. Dan, orang tua mereka tidak keberatan ketika anaknya meminta salah satu barang dari sana. Ia berhenti melihat pantulan diri sendiri di cermin, yang berada di bagian peralatan rumah tangga. Penampilan lusuh da

    Last Updated : 2022-02-25
  • Surat Dari Venus   BAB 9 - Bingkisan Untuk Ibu

    “Ibu!!!” teriak Ran di depan pintu rumah.Seketika, pintu yang tertutup itu terbuka, memunculkan sosok seorang wanita berumur tiga puluh tahun yang wajahnya terlihat letih.“Ini semua, apa Ran?” tanya wanita itu yang terkejut melihat tas belanjaan tergeletak di tanah.“Aku akan ceritakan nanti Bu, ayo bantu aku memasukkan barang – barang ini ke dalam, segera sembunyikan sebelum Ayah datang.”Kemudian, dua perempuan itu saling bekerja sama untuk menyimpan barang di area yang sulit dijangkau. Namun ketika mereka menemukan frozen food, mereka bingung akan diletakkan dimana. Mereka tidak punya lemari pendingin, dan frozen food adalah jenis makanan yang cepat basi jika tidak diletakkan di suhu dingin.“Sepertinya kita harus menjual ini sebagian Ran, uanngnya kita tabung. Daripada basi disimpan lama – lama. Kalo dititipkan di tetangga, tidak enak,” ujar Ibunya memberi saran.Ran menganggu

    Last Updated : 2022-02-26
  • Surat Dari Venus   BAB 10 - Aku Ingin Mati

    Ran tertawa hingga suaranya menggema di ruangan itu. “Pria tidak becus, hanya bisa memeras dan kasar pada wanita,” balasnya. Kalimat barusan berhasil mendorong amarah Sudirman lebih jauh. Sehingga Sudirman mendorong Ran hingga terbentur dinding, dan melucuti pakaian putri semata wayangnya itu. “Kau akan tau rasanya, nikmatilah... sayang sekali jika tubuhmu tidak kunikmati lebih dulu sebelum diberikan pada para saudagar itu,” kata Sudirman. Kepercayaan diri yang tadi Ran bangun, menjadi porak – poranda atas perlakuan Sudirman barusan. Ia tahu apa yang akan dilakukan pria itu terhadapnya, karena ia pernah membaca kisah seorang anak yang dilecehkan oleh Ayah kandung sendiri. Ia bahkan tidak menyangka, dirinya akan mengalami hal serupa. Mungkin makian dan pukulan dari pria itu masih bisa ia terima. Namun, tindakan barusan telah melukai bagian terakhir dan paling berharga baginya. Tubuh Ran membeku, ketika angin yang masuk dari jendela kamar itu membelai s

    Last Updated : 2022-02-27

Latest chapter

  • Surat Dari Venus   BAB 60 - Penebusan

    Terdengar ledakan dahsyat dari dalam hutan, membuat langkah Ran, Sunny dan Grace terhenti. "Ben meledakan gubuk agar tidak meninggalkan bukti," gumam Grace. Ran menatap tajam Grace, lalu berkata penuh dengan penekanan, "Kejam sekali kalian." Grace tidak berani mengangkat pandangannya pada Ran, karena merasa bersalah. Ia juga merasa malu setelah menjadi bagian dari kejahatan itu, yang akhirnya menjadikannya korban. Dari balik semak Adit dan Angga berlari kearah mereka dengan tergesa-gesa. "Guys kenapa kalian berhenti! Ayo lari!" teriak Adit dari kejauhan. Lalu, Ran, Sunny dan Grace melanjutkan langkahnya. Terdengar suara tembakan beberapa kali dari arah kejauhan, membuat mereka panik, sampai berlari tak tahu arah. Hanya mengandalkan insting untuk memilih jalan mana yang mudah dilewati, karena mereka terjebak dengan ilalang yang membutakan arah. "Tinggalkan saja aku disini! Kalian kabur saja," ujar Grace semakin merasa bersalah, karena menjadi beban. "Tutup mulutmu brengsek!" Be

  • Surat Dari Venus   BAB 59 - Menembak Langit

    "Sialan!!! Ulah siapa ini?" Gerutu Ben sembari membanting pecut yang ia pegang, penuh emosi karena lampu seketika padam di tengah kegiatan yang ia lakukan. Kemudian terdengar sirine alarm kebakaran yang membuat panik orang-orang dalam ruangan itu. Ben lantas bangkit dari tempat tidur dan meraih jubah mandi yang tergantung di dekat pintu dan memakainya. Ia keluar dari ruangan dengan langkah penuh amarah sembari meneriakkan nama anak buahnya. Empat orang pria yang merupakan teman-teman Ben, menyusul pria itu keluar ruangan. Meninggalkan Sunny dan Grace. Sunny memanfaatkan keadaan itu dengan bergegas melepas ikatan tangan dan kakinya. Dengan tubuh telanjang di tengah kegelapan, ia memungut pakaiannya yang berceran di lantai. Sedangkan Grace yang masih terkuai lemas di tempat tidur, hanya bisa menangis menahan perih di kulitnya, akibat pecut yang diayunkan oleh Ben sejak tadi. "Grace ayo kabur dari sini," tukas Sunny. "Aku tidak bisa menggerakkan kaki," ujar Grace. Sunny mengeluarka

  • Surat Dari Venus   BAB 58 - Hasrat Gila Pria Biadab (21+)

    WARNING!!! Isi Bab ini terdapat kekerasan seksual yang tidak cocok untuk anak dibawah umur. Mohon bijak memilih bacaan yang cocok dengan umur anda. ** "Kalian mengenal orang-orang itu?" tanya Ran. Adit dan Angga menggeleng bersamaan. "Melihat dari postur tubuh dan wajah kedua orang itu, sepertinya sudah berumur," kata Angga. "TOLONG!" Teriak seseorang yang membuat dua pria bertubuh kekar tadi masuk ke dalam gubuk. Sedangkan Ran, Angga dan Adit bergetar ketakutan mendengar suara pekikan yang begitu putus asa itu. "Apa sebenarnya yang mereka lakukan dalam gubuk itu?" tanya Adit. Tidak ada jawaban dari Ran dan Angga. Angga lantas menutup laptopnya, dan berjalan mendekat ke Adit. Kemudian ia membuka tas yang digendong oleh temannya itu, dan memasukan laptopnya. "Mumpung dua orang itu tidak ada, ini kesempatan kita mencari tahu," ujar Angga seraya menutup resleting tas kembali. "Benar ayo kita masuk," balas Ran. "Tunggu... apa kalian gak takut? Melihat dua orang tadi, sepertinya

  • Surat Dari Venus   BAB 57 - Gubuk Di Tengah Hutan

    Angga telah menyelesaikan surat izin mereka bertiga dan dikirim melalui email pada Aksa yang masih menjadi wali kelas.Sebuah kertas yang terdapat coretan dibentangkan di atas kasur. Ran, Adit dan Angga menatap kertas-kertas itu dengan seksama, agar tidak ada kesalahan dalam menjalankan misi mereka nanti. Sebuah misi yang menjadi pengalaman baru dalam hidup mereka, karena berurusan dengan anak-anak petinggi sekolah."Mereka adalah geng yang bisa melakukan kekerasan, kalian harus hati-hati nanti. Terutama kamu Ran, cewek harus tetap bersama kami," ujar Adit.Ran mengangguk."Baik, mari ganti pakaian yang nyaman, setelah itu kita menuju ke lokasi," kata Angga.Adit berjalan menuju kopernya, dan meraih sebuah jaket beserta masker, lalu memberikannya pada Ran. "Pakailah..""Terimakasih, aku kembali ke kamarku dulu untuk membersihkan diri."**Ran menghentikan langkahnya sembari menatap gedung hotel yang menjulang tinggi di belakangnya. Matanya berhenti di kaca jendela lantai 3, tempat dim

  • Surat Dari Venus   BAB 56 - Penyiksaan

    "Kamu memimpikan apa, sampai berteriak begitu?" tanya Adit. "Aku bisa minta kertas dan pulpen?" Adit mengernyitkan dahinya bingung. Namun ia tidak bertanya lebih dan meraih sebuah buku catatan kecil fasilitas dari hotel beserta pulpennya. Ia berikan dua barang itu pada Ran. Ran kemudian menulis ulang hal-hal yang Sunny tidak suka, dan mengurutkannya seperti di mimpi. "Apa ini?" tanya Adit bingung. "Coba kamu baca dari huruf awalnya, urut ke bawah." "Aku minta tolong..." gumam Adit. "Mungkin kamu bakal mikir aku gila. Semalam Sunny menyebutkan hal-hal ini. Awalnya aku pun merasa aneh, karena yang dia sebutkan random. Dia memintaku membuatkan puisi dari awalan kata hal-hal yang dia sebutkan ini." "Kamu memimpikannya," ujar Adit menebak. Ran menatap Adit kagum. "Bagaimana kau tahu?" "Bukankah tadi waktu kamu bangun, yang kamu teriakan nama Sunny? Sudah tentu yang kamu impikan gadis itu," jawab Adit, "Aku tidak menganggapmu gila, karena hal-hal seperti ini pernah terjadi padaku.

  • Surat Dari Venus   BAB 55 - Dimensi Tak Terbatas

    "Sikapmu tidak perlu terlalu jelas begitu, kalo orang lain sadar, akan timbul skandal. Menarik juga kisah cinta masa kecil yang bodoh masih kau pertahankan. Dia gadis itu bukan?" gumam Elina. Aksa tersenyum kecut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop berukuran kecil berwarna cokelat dari saku jas nya. "Kau juga, jangan terlalu jelas," balas Aksa sembari melemparkan amplop itu di meja. Elina menatap amplop itu cukup lama, kemudian menoleh pada suaminya. "Apa ini?" "Padahal setelah proyek berhasil, kita bisa bercerai seperti perjanjian. Kalo proyek rusak, itu akan jadi salahmu." Elina bergegas meraih amplop itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya ia melihat foto-foto yang ada di dalam amplop itu. Foto dirinya yang tertangkap basah sedang berkencan dengan seorang pria. Bahkan, fotonya yang sedang berciuman dan telanjang ada disana. Bibir Elina bergetar ketakutan. Ia langsung mengembalikan foto-foto itu ke dalam amplop, dan menatap Aksa tajam. "Tujuanku mendekati Raka hanya un

  • Surat Dari Venus   BAB 54 - Permainan Lempar Api

    Ran menghentikan langkahnya sembari mendongakkan kepala ke lantai dua. Ia tidak bisa mengabaikan sesuatu yang masih terasa ganjil dalam benaknya. Dadanya terasa sesak, dengan alasan yang dia tidak ketahui. Adit ikut menghentikan langkah dan menatap gadis itu. "Apa kamu merasa ada sesuatu yang mengganjal juga?" Ran mengangguk, dengan pandangan yang masih menuju lantai dua. "Kamu juga Dit?" "Yah apapun itu, biarlah jadi urusan mereka." "Kamu benar." "Yaudah ayo makan di pestanya Sunny, sebelum acara itu berakhir," kata Adit. Ran menatap pria itu. "Dit, makan di resto hotel aja ya, aku gak terlalu nyaman sama keramaian." Adit tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berjalan menuju restoran yang berada di sebelah lobi hotel. Pemandangan restoran itu langsung mengarah ke view kota Jogja, yang akan indah bila disaksikan malam hari. Jalanan yang begitu ramai dengan gemerlap lampu kota dan lampu kendaraan. Mereka mem

  • Surat Dari Venus   BAB 53 - Dibungkam Dalam Tempat Sampah

    "Sialan lu, kita hampir ketahuan!" ujar Ben kesal. PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Sunny. Sunny yang lemas, tak bisa melakukan apa-apa. "Udah ngechat Ran belum?" tanya Ben. "Barusan gua chat," jawab Grace sembari menunjukan ponsel Sunny yang berada dalam genggamannya. Ben menghembuskan napas kasar, sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kemudian ia berkacak pinggang menatap ke arah luar jendela. Seketika terdengar suara langkah kaki seseorang dari jauh, yang membuat mereka bersiaga. Sunny yang sudah dimasukkan ke dalam tempat sampah besar, diletakkan di pojok ruangan. Kemudian Ben menarik Grace dalam pelukannya, dan mendorong gadis itu ke dinding. "Kalian kalo mau bermesuman jangan disini," ujar Adit. Jantung Ben dan Grace seolah disambar petir, mendapati kehadiran pria itu bersama Ran. "Kalian juga kenapa berduaan?" ujar Ben. Ran mendengus kesal. "Sialan kau Ben, menakutiku hanya untuk melindungi hubungan rahasi

  • Surat Dari Venus   BAB 52 - Arwah Pengantin

    Ran mendorong Aksa dengan sekuat tenaga, hingga pria itu terjatuh di lantai. Kemudian ia keluar dari kamar itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya bingung dengan kenyataan yang tadi ia lihat, bahwa pria itu telah menikah dengan seorang wanita. Pernyataan cinta tadi, membuat hatinya kian kesal karena merasa dipermainkan. Terjawab sudah semua teka-teki yang selama ini ia simpan sendiri di hati, kenapa pria itu menghilang tak berkabar. Ran tidak memilih lift untuk turun ke lantai utama. Ia menggunakan tangga darurat, menghindari Aksa yang mengejarnya. Napas Ran mulai tersenggal-senggal, ketiika ia sampai di lantai tiga. Kakinya pun terasa ngilu, akibat menuruni tangga menggunakan heels. Ia cukup menyesali keputusannya yang menggunakan tangga darurat. Menyiksa diri sendiri, hanya untuk seorang pria yang sama sekali tidak menghargainya. Ran melepas heelsnya, dan menuruni tangga tanpa alas kaki. Seketika saat ia mencapai lantai dua, terlihat sekelebatan se

DMCA.com Protection Status