Home / Romansa / Surat Dari Venus / BAB 5 - Imajinasi Liar Dalam Penyiksaan (21+)

Share

BAB 5 - Imajinasi Liar Dalam Penyiksaan (21+)

Author: Aster Chronos
last update Last Updated: 2022-02-21 00:10:17

BRAK!

“Lemah! Bangun gak lu!” bentak Grace, setelah mendorong sesorang gadis yang kini badannya basah kuyup karena terjerembab ke dalam genangan air.

Grace adalah seorang siswi kelas sebelas. Dilihat dari seragamnya, Grace satu sekolah dengan Ran. Ia memiliki rambut panjang yang digelung ke atas dengan jedai. Seragamnya terlihat acak – acakan. Ia menggunakan sepatu berwarna, khas anak pemberontak dari kalangan elit.

Grace tidak sendrian karena di belakangnya ada lima orang yang merupakan anggota gengnya. Terdiri dari tiga cowok dan dua cewek.

Gadis pendek sedikit gendut yang menggunakan bandana sebagai hiasan rambut, bernama Jessica. Pria dengan tinggi kira – kira 175 cm mengenakan kaos hitam dipadukan bawahan seragam sekolah, dan berambut keriting bernama Edo.

Di sebelah Edo, berdiri Anton yang masih berseragam rapi. Anton memiliki tinggi yang sama dengan Edo.

Terakhir adalah Ben. Pria yang mengenakan seragam dengan kancing terbuka, dipadukan kaos putih polos dan jam tangan rolex di tangannya. Ben merupakan siswa paling populer di kalangan anak basket dan memiliki tinggi 180 cm. Ia merupakan anak dari seorang konglomerat yang memiliki bisnis perhotelan di Bali. Dibalik semua keunggulan yang ia punya termasuk wajah tampan, Ben adalah cowok playboy.

Gadis yang terjerembab itu bangkit dengan sempoyongan. Kepalanya terasa pusing akibat terbentur kerikil, hingga membuat pelipisnya berdarah.

Anton maju dan mencekik leher gadis itu. “Anak pembantu sialan berani mempermalukan majikannya di depan guru. Dikasih makan juga gak tahu diri,” katanya.

Wajah itu menjadi semerah tomat, akibat kesulitan bernafas. Ia meronta – ronta dan berusaha mendorong Anton namun tenaganya tidak lebih kuat dari pria itu.

“Anton, jika Sunny mati hari ini, kita tidak punya mainan lagi, jadi bersantailah,” ujar Ben sembari berjalan mendekat kearah gadis bernama Sunny itu.

Anton mendengus dengan kesal, lalu melepaskan cekikannya pada Sunny dengan kasar. “Gua rasa dia gak bakal mati secepat itu Ben,” balas Anton.

Gadis yang diketahui bernama Sunny itu, kemudian terbatuk – batuk setelah lepas dari cengkeraman Anton. Perlahan air mata mengalir dari ujung matanya. Sungguh ia tidak tahan lagi harus ada di kondisi itu. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia selalu diganggu hanya karena ibunya bekerja sebagai pembantu. Setiap kata yang dia ucapkan, setiap tindakannya selalu dicari kesalahan. Seperti tadi, kejadian yang membuatnya sekarang disiksa lagi. Ia hanya menjawab jujur kepada guru matematika bahwa ia selesai mengerjakan tugas, saat beliau bertanya. Tidak hanya dia, setengah dari teman kelasnya juga menjawab hal yang sama. Namun kenapa dia yang dihakimi?

Padahal dalam sila kelima dasar negara, disebutkan bahwa setiap warga negara akan mendapatkan keadilan, tidak memandang stratifikasi sosial. Bahkan disebutkan juga dalam Undang – Undang negara tentang Hak Asasi Manusia No. 39 tahun 1999 pasal 2 yang isinya berbunyi “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

Namun tidak ada yang peduli tentang itu. Apalah guna peraturan yang harusnya melindungi seseorang namun kesadaran tentang aturan itu tidak dimiliki oleh mayoritas orang. Bahkan mungkin hanya 1% orang yang memiliki kepedulian terhadap masing – masing insan. Meskipun satu kelasnya tahu bahwa ia sering dibully oleh kelima komplotan itu, tidak ada yang mau membantunya. Tetapi, ia juga tidak pernah meminta bantuan kepada mereka, karena ia pun tahu, jika ada seseorang yang membantu, orang itu akan mengalami hal serupa seperti yang ia alami sekarang. Orang yang membantunya juga akan dikucilkan.

Disaat – saat seperti itu, ia merindukan Ran dan Kinan, sahabatnya. Ia selalu berpikir, jika dirinya satu kelas dengan kedua orang itu apakah kondisinya akan berbeda? Karena hanya mereka di sekolah ini yang peduli padanya.

Mereka memang sering bertemu di luar sekolah. Namun di dalam sekolah sangat jarang bisa bertemu. Selain kelas mereka jauh, setiap jam istirahat, ia harus menjadi babu bagi lima komplotan itu. Rasanya ingin sekali ia kabur atau pindah sekolah. Namun, mengingat biaya sekolah mahal dan finansial keluarganya tidak mendukung, ia tidak bisa keluar dari tempat ini. Hanya di sekolah ini ia mendapat bantuan sosial hingga tidak harus membayar biaya sekolah.

Ben menyunggingkan senyum dan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Sunny. Jari telunjuknya menyentuh leher jenjang Sunny yang berkeringat, lalu meluncur hingga berhenti di payudara Sunny. Lalu ia mencubit payudara yang ada dibalik seragam itu dengan pelan.

“Sayang sekali jika mainan manis ini tidak bisa dimainkan dalam waktu lama,” kata Ben.

Menyaksikan kejadian itu, anak – anak yang lain tertawa dengan puas, seperti mereka sedang menonton sebuah pertunjukan lelucon. Sedangkan Sunny yang saat ini menjadi objek pembulian, hanya diam membeku. Ingin rasanya ia memukul wajah Ben, namun ia terlalu tidak berdaya. Luka di kepalanya, tidak sebanding dengan luka di hatinya saat ini. Ia merasa benar – benar hancur.

“Gak seru, dia hanya diam saja,” kata Edo tiba – tiba.

“Sepertinya dia harus diberi tambahan agar bereaksi seperti bintang porno,” tambah Jessica.

Sunny terkejut mendengar pertanyaan Jessica barusan. Ia langsung mengarahkan tatapan tajamnya pada Jessica. Bagaimana mungkin, seorang perempuan ikut merendahkan perempuan lain. Apakah tidak terpikir olehnya bahwa dirinya juga seorang perempuan? Batin Sunny.

“Eh eh ada yang berani ngelawan nih,” kata Grace sambil berjalan menghampiri Sunny.

Sunny beralih menatap Jessica, “Aku kasihan pada kalian. Sepertinya hidup kalian lebih sengsara daripada aku, sampai harus melampiaskan amarah pada orang lain,” katanya lalu terkekeh pelan.

Mendengar hal itu, Grace lantas merobek seragam yang dikenakan Sunny hingga menampakkan pakaian dalam Sunny.

“Ohooo kalem Grace, masih ada banyak waktu,” kata Ben merespon tindakan brutal Grace barusan. Ben memang tipe orang yang begitu tenang, namun lebih jahat dibandingkan keempat anak lain.

Badan Sunny bergetar ketakutan. Kakinya mulai melemas, hingga ia terduduk di tanah lagi. Tindakan Grace barusan sudah di luar batas. Namun yang paling dia sayangkan, dia tidak bisa membela diri. Sekarang ia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana penampilannya di depan kelima komplotan itu. Dan ia hanya bisa menangis.

Guntur bergemuruh di langit, seolah marah menyaksikan tindakan biadab anak – anak Tuhan di bumi saat itu. Tidak berlama – lama, air hujan kini mulai membasahi bumi. Terjadi sangat deras, melebur bersama air mata Sunny.

“Hujan nih, lebih baik kita pergi,” kata Jessica sembari menggandeng lengan Grace.

Grace masih berdiri dengan tatapan amarahnya pada Sunny, tanpa ada rasa kasihan sedikitpun.

“Ayoo,” ujar Ben menarik Jessica dan Grace untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan Sunny.

Setelah memastikan kelima komplotan tadi pergi, Sunny berteriak sekencang – kencangnya. Dengan keras, ia memukul dadanya tepat di area jantung. Rasanya begitu sesak dan sakit setelah mendapat penghinaan barusan. Ia masih bisa memaklumi tindakan lain, namun tidak kali ini.

***

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Seni Hukum
Penulis yang sangat CERDAS ..., pintar memainkan emosi pembacanya.
goodnovel comment avatar
Dito Adimia
Ben jessic brengsek
goodnovel comment avatar
Aisyah
omaigat dia dibully:(
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Surat Dari Venus   BAB 6 - Ledakan Di Sekolah

    Ran berdiri di depan papan tulis untuk menerima pengumpulan tugas dari teman – temannya, seperti pesan si pemberi tugas, yaitu Pak Aksa. Beruntung kelasnya bisa diajak kerjasama dan rata – rata semua sudah menyelesaikan tugas itu tepat waktu. Jadi ia tidak harus keliling kelas menagih satu persatu, seperti bendahara kelas ketika meminta pembayaran kas.Kinan yang sudah mengumpulkan lebih dulu karena duduk di sebelah Ran, langsung pulang. Biasanya ia akan pulang bersama Ran dan Sunny, namun sopirnya menjemput lebih awal dikarenakan ada acara keluarga.“Ran hari ini pulang sama siapa?” tanya Adit, petugas piket yang tengah memegang penghapus papan tulis yang tiba - tiba menghampiri Ran.Ran menegakkan badannya sembari merapikan tumpukan tugas yang ia bawa. Lalu ia menatap kearah Adit. “Seperti biasa sama Sunny, kenapa Dit?” tanyanya.“Kalo kamu mau menungguku, mau pulang bareng?”Ran menengok ke a

    Last Updated : 2022-02-22
  • Surat Dari Venus   BAB 7 - Gadis Bertopi Merah

    Matahari mulai kehilangan kegagahannya dibalik mendung. Hari yang seharusnya diakhiri dengan keindahan senja, menjadi gelap gulita. Senja yang biasa menghangatkatkan hati para manusia, setelah seharian bergulat dengan kesibukannya. Para manusia yang pada pukul itu selalu memenuhi trotoar atau jalan raya menggunakan kendaraannya untuk pulang ke rumah. Seperti pelajar, buruh pabrik, pekerja kantoran, pedagang dan manusia dengan profesi lainnya.Di pertigaan jalan lampu lintas, berbaris rapi kendaraan bermesin seperti motor, mobil dan angkutan umum. Lampu – lampu kota yang berdiri dengan kokoh di pinggir jalan, mulai memancarkan sinarnya untuk menerangi kegelapan, menggantikan matahari. Seorang pengamen dengan alat musik biola terlihat menghampiri satu persatu kendaraan sembari memainkannya, berharap diberi imbalan. Beberepa orang yang berempati padanya, akan memberi sejumlah uang. Namun tidak sedikit juga orang yang acuh tak acuh padanya.Gadis bertopi merah dengan

    Last Updated : 2022-02-24
  • Surat Dari Venus   BAB 8 - Dua Kali Ke Swalayan

    “Ran ayo turun bentar, aku mau cari sesuatu,” katanya sembari keluar dari mobil.Ran keluar dari mobil itu sembari menggendong biola dan tas ranselnya. Kemudian, ia berjalan mengikuti Raka memasuki swalayan. Ia ingat tempat itu. Dulu ibunya pernah mengajaknya mengunjungi tempat itu, untuk membeli bahan – bahan makanan. Kala itu, ibunya mendapat banyak bonus dari pelanggan karena idul fitri. Lebaran yang dirayakan oleh umat islam setahun sekali, tiap usai puasa ramadhan. Ini kedua kalinya ia mengunjungi tempat itu.Ran menyaksikan keramaian swalayan dengan kagum. Rata – rata pengunjung adalah sepasang pasutri yang memiliki seorang anak. Anak – anak dari para pasutri itu pun terlihat bahagia menghampiri tempat mainan dan snack. Dan, orang tua mereka tidak keberatan ketika anaknya meminta salah satu barang dari sana. Ia berhenti melihat pantulan diri sendiri di cermin, yang berada di bagian peralatan rumah tangga. Penampilan lusuh da

    Last Updated : 2022-02-25
  • Surat Dari Venus   BAB 9 - Bingkisan Untuk Ibu

    “Ibu!!!” teriak Ran di depan pintu rumah.Seketika, pintu yang tertutup itu terbuka, memunculkan sosok seorang wanita berumur tiga puluh tahun yang wajahnya terlihat letih.“Ini semua, apa Ran?” tanya wanita itu yang terkejut melihat tas belanjaan tergeletak di tanah.“Aku akan ceritakan nanti Bu, ayo bantu aku memasukkan barang – barang ini ke dalam, segera sembunyikan sebelum Ayah datang.”Kemudian, dua perempuan itu saling bekerja sama untuk menyimpan barang di area yang sulit dijangkau. Namun ketika mereka menemukan frozen food, mereka bingung akan diletakkan dimana. Mereka tidak punya lemari pendingin, dan frozen food adalah jenis makanan yang cepat basi jika tidak diletakkan di suhu dingin.“Sepertinya kita harus menjual ini sebagian Ran, uanngnya kita tabung. Daripada basi disimpan lama – lama. Kalo dititipkan di tetangga, tidak enak,” ujar Ibunya memberi saran.Ran menganggu

    Last Updated : 2022-02-26
  • Surat Dari Venus   BAB 10 - Aku Ingin Mati

    Ran tertawa hingga suaranya menggema di ruangan itu. “Pria tidak becus, hanya bisa memeras dan kasar pada wanita,” balasnya. Kalimat barusan berhasil mendorong amarah Sudirman lebih jauh. Sehingga Sudirman mendorong Ran hingga terbentur dinding, dan melucuti pakaian putri semata wayangnya itu. “Kau akan tau rasanya, nikmatilah... sayang sekali jika tubuhmu tidak kunikmati lebih dulu sebelum diberikan pada para saudagar itu,” kata Sudirman. Kepercayaan diri yang tadi Ran bangun, menjadi porak – poranda atas perlakuan Sudirman barusan. Ia tahu apa yang akan dilakukan pria itu terhadapnya, karena ia pernah membaca kisah seorang anak yang dilecehkan oleh Ayah kandung sendiri. Ia bahkan tidak menyangka, dirinya akan mengalami hal serupa. Mungkin makian dan pukulan dari pria itu masih bisa ia terima. Namun, tindakan barusan telah melukai bagian terakhir dan paling berharga baginya. Tubuh Ran membeku, ketika angin yang masuk dari jendela kamar itu membelai s

    Last Updated : 2022-02-27
  • Surat Dari Venus   Bab 11 - Pride And Prejudice

    Setelah membuat dirinya sendiri dan Pak Aksa jatuh dari tangga, Ran menatap guru itu dengan penuh sesal. "Maafkan saya," ujarnya. "Tidak masalah Ran, ayo berdiri," balas Pak Aksa sembari membantu Ran untuk bangkit. Kalimat barusan tidak membuatnya lega, dan semakin merasa bersalah. Perasaan itu disusul kembali dengan tangisannya yang semakin menjadi - jadi. "Aku ingin mati saja, aku gak berguna, kenapa aku harus lahir? Kenapa aku harus hidup? Aku selalu menyusahkan orang lain," teriak Ran seketika dengan meledak - ledak. Tanpa banyak kata, Aksa lantas menarik Ran dalam pelukannya. Namun Ran langsung mendorong Aksa, menolak pelukan itu. Ran berlari di ujung ruangan dan berjongkok sembari memukul - mukul kepalanya sendiri dengan keras. Ia meneriakan bahwa dirinya ingin mati secara berulang - ulang. Aksa menyusul Ran dan berjongkok tepat di depan gadis itu. Dengan lembut ia meraih dua tangan Ran yang menyakiti kepalanya send

    Last Updated : 2022-02-28
  • Surat Dari Venus   BAB 12 - Perjodohan

    Kinan berjalan ke depan cermin sebelah lemari pakaiannya. Ia diam menatap pantulan wajahnya, dengan tatapan kosong. Wajah cantiknya telah dipoles oleh sentuhan make up dari tangan profesional. Rambut sebahunya disulap menjadi sanggulan modern, berhiaskan sirkam rambut dengan permata yang menyilaukan. Ia mengenakan knee length a line dress berwarna biru donker, dengan renda di sekitar dada. Sepatu hak setinggi 5 cm berwarna silver kecoklatan terpasang manis di kakinya. "Apakah ada yang kurang Nona?" ujar penata rias Kinan yang kini berdiri di sebelahnya. Kinan tersenyum tipis sembari menggeleng. Terdengar suara decitan pintu terbuka, diiringi langkah kaki seseorang yang hentakan haknya menggema di kamar Kinan. “Kamu cantik sekali Kinan, Ben akan menyukaimu,” kata wanita itu. Seorang pria yang berjalan di sebelah wanita itu mendekati Kinan, dan berkata, "Putri Ayah sudah besar, kamu cantik sekali." "Terimakasih, Ayah juga sangat menawan

    Last Updated : 2022-03-01
  • Surat Dari Venus   BAB 13 - Bintang Lima

    Sunny turun dari motornya dengan terburu - buru tanpa melepaskan helm yang ia kenakan. Kemudian ia melangkahkan kakinya masuk ke sebuah restoran ayam goreng yang cukup terkenal di kalangan anak muda. Selain harganya yang worth it bagi kantong pelajar dan mahasiswa, cita rasa ayamnya beraneka ragam. Terbukti seluruh tempat duduk penuh dengan pembeli. Bahkan di depan kasir ada deretan panjang pengunjung yang mengantri untuk memesan. Restoran itu buka dari pukul sepuluh pagi hingga sembilan malam. Seorang pria, menyambut Sunny dengan senyuman ramah. Pria itu mengenakan seragam dan sebuah topi berlogo restoran tersebut. Tak lupa, sebuah tag nama menempel manis di dada sebelah kanan pria itu, yang bertuliskan Rendi. "Mbak ojol kita udah sampai nih? Mau ambil orderan?" tanya Rendi "Iya, seperti biasa." Kemudian Rendi meraih dua paperbag yang berisi pesanan dari customer Sunny, dan memberikannya pada gadis itu. "Pembayaran lewat e-wallet ya

    Last Updated : 2022-03-02

Latest chapter

  • Surat Dari Venus   BAB 60 - Penebusan

    Terdengar ledakan dahsyat dari dalam hutan, membuat langkah Ran, Sunny dan Grace terhenti. "Ben meledakan gubuk agar tidak meninggalkan bukti," gumam Grace. Ran menatap tajam Grace, lalu berkata penuh dengan penekanan, "Kejam sekali kalian." Grace tidak berani mengangkat pandangannya pada Ran, karena merasa bersalah. Ia juga merasa malu setelah menjadi bagian dari kejahatan itu, yang akhirnya menjadikannya korban. Dari balik semak Adit dan Angga berlari kearah mereka dengan tergesa-gesa. "Guys kenapa kalian berhenti! Ayo lari!" teriak Adit dari kejauhan. Lalu, Ran, Sunny dan Grace melanjutkan langkahnya. Terdengar suara tembakan beberapa kali dari arah kejauhan, membuat mereka panik, sampai berlari tak tahu arah. Hanya mengandalkan insting untuk memilih jalan mana yang mudah dilewati, karena mereka terjebak dengan ilalang yang membutakan arah. "Tinggalkan saja aku disini! Kalian kabur saja," ujar Grace semakin merasa bersalah, karena menjadi beban. "Tutup mulutmu brengsek!" Be

  • Surat Dari Venus   BAB 59 - Menembak Langit

    "Sialan!!! Ulah siapa ini?" Gerutu Ben sembari membanting pecut yang ia pegang, penuh emosi karena lampu seketika padam di tengah kegiatan yang ia lakukan. Kemudian terdengar sirine alarm kebakaran yang membuat panik orang-orang dalam ruangan itu. Ben lantas bangkit dari tempat tidur dan meraih jubah mandi yang tergantung di dekat pintu dan memakainya. Ia keluar dari ruangan dengan langkah penuh amarah sembari meneriakkan nama anak buahnya. Empat orang pria yang merupakan teman-teman Ben, menyusul pria itu keluar ruangan. Meninggalkan Sunny dan Grace. Sunny memanfaatkan keadaan itu dengan bergegas melepas ikatan tangan dan kakinya. Dengan tubuh telanjang di tengah kegelapan, ia memungut pakaiannya yang berceran di lantai. Sedangkan Grace yang masih terkuai lemas di tempat tidur, hanya bisa menangis menahan perih di kulitnya, akibat pecut yang diayunkan oleh Ben sejak tadi. "Grace ayo kabur dari sini," tukas Sunny. "Aku tidak bisa menggerakkan kaki," ujar Grace. Sunny mengeluarka

  • Surat Dari Venus   BAB 58 - Hasrat Gila Pria Biadab (21+)

    WARNING!!! Isi Bab ini terdapat kekerasan seksual yang tidak cocok untuk anak dibawah umur. Mohon bijak memilih bacaan yang cocok dengan umur anda. ** "Kalian mengenal orang-orang itu?" tanya Ran. Adit dan Angga menggeleng bersamaan. "Melihat dari postur tubuh dan wajah kedua orang itu, sepertinya sudah berumur," kata Angga. "TOLONG!" Teriak seseorang yang membuat dua pria bertubuh kekar tadi masuk ke dalam gubuk. Sedangkan Ran, Angga dan Adit bergetar ketakutan mendengar suara pekikan yang begitu putus asa itu. "Apa sebenarnya yang mereka lakukan dalam gubuk itu?" tanya Adit. Tidak ada jawaban dari Ran dan Angga. Angga lantas menutup laptopnya, dan berjalan mendekat ke Adit. Kemudian ia membuka tas yang digendong oleh temannya itu, dan memasukan laptopnya. "Mumpung dua orang itu tidak ada, ini kesempatan kita mencari tahu," ujar Angga seraya menutup resleting tas kembali. "Benar ayo kita masuk," balas Ran. "Tunggu... apa kalian gak takut? Melihat dua orang tadi, sepertinya

  • Surat Dari Venus   BAB 57 - Gubuk Di Tengah Hutan

    Angga telah menyelesaikan surat izin mereka bertiga dan dikirim melalui email pada Aksa yang masih menjadi wali kelas.Sebuah kertas yang terdapat coretan dibentangkan di atas kasur. Ran, Adit dan Angga menatap kertas-kertas itu dengan seksama, agar tidak ada kesalahan dalam menjalankan misi mereka nanti. Sebuah misi yang menjadi pengalaman baru dalam hidup mereka, karena berurusan dengan anak-anak petinggi sekolah."Mereka adalah geng yang bisa melakukan kekerasan, kalian harus hati-hati nanti. Terutama kamu Ran, cewek harus tetap bersama kami," ujar Adit.Ran mengangguk."Baik, mari ganti pakaian yang nyaman, setelah itu kita menuju ke lokasi," kata Angga.Adit berjalan menuju kopernya, dan meraih sebuah jaket beserta masker, lalu memberikannya pada Ran. "Pakailah..""Terimakasih, aku kembali ke kamarku dulu untuk membersihkan diri."**Ran menghentikan langkahnya sembari menatap gedung hotel yang menjulang tinggi di belakangnya. Matanya berhenti di kaca jendela lantai 3, tempat dim

  • Surat Dari Venus   BAB 56 - Penyiksaan

    "Kamu memimpikan apa, sampai berteriak begitu?" tanya Adit. "Aku bisa minta kertas dan pulpen?" Adit mengernyitkan dahinya bingung. Namun ia tidak bertanya lebih dan meraih sebuah buku catatan kecil fasilitas dari hotel beserta pulpennya. Ia berikan dua barang itu pada Ran. Ran kemudian menulis ulang hal-hal yang Sunny tidak suka, dan mengurutkannya seperti di mimpi. "Apa ini?" tanya Adit bingung. "Coba kamu baca dari huruf awalnya, urut ke bawah." "Aku minta tolong..." gumam Adit. "Mungkin kamu bakal mikir aku gila. Semalam Sunny menyebutkan hal-hal ini. Awalnya aku pun merasa aneh, karena yang dia sebutkan random. Dia memintaku membuatkan puisi dari awalan kata hal-hal yang dia sebutkan ini." "Kamu memimpikannya," ujar Adit menebak. Ran menatap Adit kagum. "Bagaimana kau tahu?" "Bukankah tadi waktu kamu bangun, yang kamu teriakan nama Sunny? Sudah tentu yang kamu impikan gadis itu," jawab Adit, "Aku tidak menganggapmu gila, karena hal-hal seperti ini pernah terjadi padaku.

  • Surat Dari Venus   BAB 55 - Dimensi Tak Terbatas

    "Sikapmu tidak perlu terlalu jelas begitu, kalo orang lain sadar, akan timbul skandal. Menarik juga kisah cinta masa kecil yang bodoh masih kau pertahankan. Dia gadis itu bukan?" gumam Elina. Aksa tersenyum kecut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop berukuran kecil berwarna cokelat dari saku jas nya. "Kau juga, jangan terlalu jelas," balas Aksa sembari melemparkan amplop itu di meja. Elina menatap amplop itu cukup lama, kemudian menoleh pada suaminya. "Apa ini?" "Padahal setelah proyek berhasil, kita bisa bercerai seperti perjanjian. Kalo proyek rusak, itu akan jadi salahmu." Elina bergegas meraih amplop itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya ia melihat foto-foto yang ada di dalam amplop itu. Foto dirinya yang tertangkap basah sedang berkencan dengan seorang pria. Bahkan, fotonya yang sedang berciuman dan telanjang ada disana. Bibir Elina bergetar ketakutan. Ia langsung mengembalikan foto-foto itu ke dalam amplop, dan menatap Aksa tajam. "Tujuanku mendekati Raka hanya un

  • Surat Dari Venus   BAB 54 - Permainan Lempar Api

    Ran menghentikan langkahnya sembari mendongakkan kepala ke lantai dua. Ia tidak bisa mengabaikan sesuatu yang masih terasa ganjil dalam benaknya. Dadanya terasa sesak, dengan alasan yang dia tidak ketahui. Adit ikut menghentikan langkah dan menatap gadis itu. "Apa kamu merasa ada sesuatu yang mengganjal juga?" Ran mengangguk, dengan pandangan yang masih menuju lantai dua. "Kamu juga Dit?" "Yah apapun itu, biarlah jadi urusan mereka." "Kamu benar." "Yaudah ayo makan di pestanya Sunny, sebelum acara itu berakhir," kata Adit. Ran menatap pria itu. "Dit, makan di resto hotel aja ya, aku gak terlalu nyaman sama keramaian." Adit tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berjalan menuju restoran yang berada di sebelah lobi hotel. Pemandangan restoran itu langsung mengarah ke view kota Jogja, yang akan indah bila disaksikan malam hari. Jalanan yang begitu ramai dengan gemerlap lampu kota dan lampu kendaraan. Mereka mem

  • Surat Dari Venus   BAB 53 - Dibungkam Dalam Tempat Sampah

    "Sialan lu, kita hampir ketahuan!" ujar Ben kesal. PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Sunny. Sunny yang lemas, tak bisa melakukan apa-apa. "Udah ngechat Ran belum?" tanya Ben. "Barusan gua chat," jawab Grace sembari menunjukan ponsel Sunny yang berada dalam genggamannya. Ben menghembuskan napas kasar, sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kemudian ia berkacak pinggang menatap ke arah luar jendela. Seketika terdengar suara langkah kaki seseorang dari jauh, yang membuat mereka bersiaga. Sunny yang sudah dimasukkan ke dalam tempat sampah besar, diletakkan di pojok ruangan. Kemudian Ben menarik Grace dalam pelukannya, dan mendorong gadis itu ke dinding. "Kalian kalo mau bermesuman jangan disini," ujar Adit. Jantung Ben dan Grace seolah disambar petir, mendapati kehadiran pria itu bersama Ran. "Kalian juga kenapa berduaan?" ujar Ben. Ran mendengus kesal. "Sialan kau Ben, menakutiku hanya untuk melindungi hubungan rahasi

  • Surat Dari Venus   BAB 52 - Arwah Pengantin

    Ran mendorong Aksa dengan sekuat tenaga, hingga pria itu terjatuh di lantai. Kemudian ia keluar dari kamar itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya bingung dengan kenyataan yang tadi ia lihat, bahwa pria itu telah menikah dengan seorang wanita. Pernyataan cinta tadi, membuat hatinya kian kesal karena merasa dipermainkan. Terjawab sudah semua teka-teki yang selama ini ia simpan sendiri di hati, kenapa pria itu menghilang tak berkabar. Ran tidak memilih lift untuk turun ke lantai utama. Ia menggunakan tangga darurat, menghindari Aksa yang mengejarnya. Napas Ran mulai tersenggal-senggal, ketiika ia sampai di lantai tiga. Kakinya pun terasa ngilu, akibat menuruni tangga menggunakan heels. Ia cukup menyesali keputusannya yang menggunakan tangga darurat. Menyiksa diri sendiri, hanya untuk seorang pria yang sama sekali tidak menghargainya. Ran melepas heelsnya, dan menuruni tangga tanpa alas kaki. Seketika saat ia mencapai lantai dua, terlihat sekelebatan se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status