"Kamu, kalau jalan itu tolong hati-hati," ucap So Myung dengan nada tinggi.
So Myung merasa marah dengan lelaki yang sudah bertabrakan dengannya. Dan begitulah sifat dingin So Myung kepada siapapun, terutama seorang lelaki. So Myung seolah menyalahkan lelaki itu lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata ma'af kepada lelaki itu. Sedangkan lelaki yang bertabrakan dengan So Myung ia hanya menatap dan melihat perilaku So Myung yang kasar terhadapnya. Seakan lelaki itu terpesona dengan kecantikan wanita yang berusia 26 tahun itu.
"Dasar wanita memang seperti itu, tidak mau disalahkan tapi mau menyalahkan orang lain. Bahkan tidak mau meminta ma'af meskipun itu bukan kesalahannya. Tapi ya sudahlah, aku tidak akan memperpanjang urusan ini dengannya," ucap Jun Hwan lirih.
Jun Hwan pun beranjak dari lantai. Lalu berdiri dan berusaha menegakkan kembali tubuhnya. Dan ketika Jun Hwan hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba ia merasa aneh dengan apa yang sudah diinjak kakinya. Dimana itu sebuah benda yang terasa tidak asing baginya. Dan Jun Hwan pun memutuskan untuk melihat benda apa yang sudah diinjaknya itu.
"Ponsel siapa ini?" Tanya Jun Hwan dalam hatinya.
Ya, benda yang terasa tidak asing bagi Jun Hwan adalah sebuah ponsel. Entahlah ponsel siapa itu. Yang berada di sana tepat tempat Jun Hwan bertabrakan dengan So Myung. Jun Hwan pun memutuskan untuk mengambil ponsel itu dan memastikan siapa pemilik ponsel itu. Di bukanya layar slide ponsel itu dan di sana ada sebuah foto seorang wanita cantik.
"Bukankah ini milik wanita tadi. Lebih baik aku membawanya saja," ucap Jun Hwan.
Jun Hwan berdiri seraya memandangi foto yang ada di ponsel itu. Senyum simpul pun digambarkan di bibir Jun Hwan. Bahkan di dalam otak Jun Hwan seolah hanya gambaran wajah So Myung. Sejenak Jun Hwan membayangkan kembali awal pertemuannya tadi dengan So Myung seraya memberikan senyum di bibirnya.
"Hei, kamu kenapa?" Tanya Min Suk penasaran.
Min Suk sahabat Jun Hwan pun merasa aneh dengan tingkah laku sahabatnya itu yang dilihat tersenyum sendirian sedari tadi. Sehingga Min Suk bertanya kepada Jun Hwan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Namun Jun Hwan tidak menjawab dengan segera, malah senyum simpul yang terus diperlihatkannya.
"Kamu tidak sedang gila, bukan! Atau kamu memang perlu diperiksakan ke dokter?" Tanya Min Sek kembali seraya menempelkan telapak tangannya ke jidad Jun Hwan.
"Dia cantik. Wanita itu terlihat cantik." Kata Jun Hwan pelan.
"Hah, apa aku tidak salah dengar atau salah lihat? Wanita? Wanita siapa yang kamu maksud? Di sana ataupun disini tidak ada seorang wanita. Apa kamu sudah gila? Ayo, leboh baik kita sekarang pergi saja dari rumah sakit ini yang sudah membuatmu berubah menjadi gila," kata Min Suk.
Min Suk benar-benar merasa aneh dengan sikap Jun Hwan yang berubah. Sehingga Min Suk memutuskan untuk mengajak Jun Hwan segera pergi dari rumah sakit besar itu dan kembali melakukan aktifitas mereka sebelumnya.
***
"Sial! Kenapa hari ini aku bertemu dengan lelaki sombong itu dan kedua aku harus bertabrakan dengan lelaki yang tidak aku kenal dan tanpa sengaja aku sudah... Arghh," gerutu So Myung.
So Myung benar-benar dibuat kesal dengan kejadian di parkiran tadi dan di lorong rumah sakit ketika ia menuju ke ruang kerjanya. Karena ketika ia bertebrakan dengan Jun Hwan tadi, tanpa sengaja ia terjatuh dan bibirnya menempel dengan bibir Jun Hwan. Dan itu membuat So Myung semakin merasa kesal.
Ketika So Myung hendak membuka pintu ruangannya tiba-tiba seorang suster menghampirinya dan memberitahukan kepadanya tentang sesuatu hal yang cukup penting bagi seorang dokter bedah jatung. Ya, So myung seorang dokter yang ahli dalam bidang bedah jantung di rumah sakit itu.
"Permisi Dokter So Myung," kata seorang suster.
Seketika So Myung membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan suster itu. Lalu ia bertanya kepada suster itu tentang apa tujuannya, "iya, ada apa?" Tanya So Myung dengan sikap dinginnya. Lalu suster itu pun menjawab pertanyaan So Myung dengan begitu sopan untuk menghargai atasannya.
"Begini Dok, tadi saya diminta untuk memberitahukan kepada Dokter bahwa nanti jam sembilan pagi ada perkumpulan seluruh dokter bedah jantung di ruangan yang biasanya," jelas suster itu.
"Huh, baiklah," So Myung mendengus kesal.
"Ya sudah kalau begitu Dok, saya permisi terlebih dahulu," ucap suster itu kemudian.
So Myung hanya mengangguk pelan untuk mengiyakan suster itu. Lalu ia kembali membuka pintu ruangannya dan masuklah So Myung ke dalam ruangan itu. Dan di sana, So Myung melemparkan tas selempangnya secara kasar karena masih merasa kesal dan tidak habis pikir dengan semua yang sudah terjadi di pagi itu.
"Setidaknya air ini bisa menghilangkan rasa kesalku meskipun hanya sebentar," kata So Myung yang sudah meneduh segelas air putih di atas meja kerjanya.
So Myung lupa tidak membawa jam tangan yang menempel ditangannya, sehingga ia meraih kembali tas selempangnya yang ia lempar tadi untuk mencari ponsel miliknya. Namun setelah ia mengobrak abrik seisi di dalam tasnya, ia tak kunjung mendapatkan ponselnya. Dan itu kembali membuatnya merasa marah dan kesal.
"Dimana ponselku? Bukankah tadi aku membawa dan memasukkannya ke dalam tas ini. Tapi sekarang dimana?" Tanya So Myung dalam hatinya.
So Myung melemparkan kembali tasnya di atas kursi. Lalu ia menghantam meja kerjanya dengan kedua telapak tangannya. Mungkin terasa sakit, tapi nyatanya tidak. Karena So Myung yang masih merasa kesal. Dan kini So Myung memutuskan untuk segera memakai almamaternya sebagai dokter bedah jantung yang bekerja di rumah sakit itu. Lalu ia melangkahkan kakinya untuk keluar dan mencari seorang suster yang mengetahui jadwal ia bertemu dengan pasien di pagi itu.
"Permisi suster, apakah pasien yang memiliki jadwal bertemu dengan saya sudah datang?" Tanya So Myung memastikan.
"Oh iya Dok, tadi sudah datang tapi sekarang sudah pergi lagi. Katanya ada hal yang lebih penting daripada bertemu dengan Anda Dok," jelas suster itu.
"Ok, terimakasih," balas So Myung singkat.
So Myung pun pergi dan meninggalkan suster yang tadi berbicara dengannya. Dan lagi-lagi So Myung sudah dibuat kesal dengan beberapa hal yang sudah terjadi kepadanya. Apalagi pasien yang memiliki hadwal bertemu dengannya lebih mementingkan sesuatu hal yang entah itu apa. Padahal So Myung sudah memilih datang cepat untuk segera bertemu dengan pasien itu, tapi kenyataannya pasien itu seakan sedang mempermainkan dirinya.
"Apa-apaan ini, kenapa ada pasien yang seperti itu. Lebih mementingkan hal yang entah itu seberapa penting daripada memenuhi jadwal temu denganku. Akh sudahlah, terserah apa maunya," gerutu So Myung seraya mendengus kesal.
Jam sudah menunjukkan tepat pukul 09.00 pagi, dimana jadwal semua dokter bedah jantung harus dilangsungkan. Begitupun dengan So Myung yang kembali merapikan pakaian dan almamaternya yang tadinya beracak-acakan karena amarah menyelimuti dirinya. Lalu, setelah dirasa sudah rapi kembali, So Myung pun berjalan dan menuju ke ruangan yang sudah ditentukan. Entah apa yang akan dibahas nanti. Dan mau tidak mau So Myung harus bertemu kembali dengan Ji Tae, karena Ji Tae juga seorang dokter bedah jantung.
"Permisi," kata So Myung seraya membuka pintu ruangan khusus yang dipakai untuk peetemuan antara tim dokter bedah jantung dengan pimpinan rumah sakit. Dan di sana sudah banyak yang berkumpul, termasuk juga Ji Tae. Hanya saja pimpinan rumah sakit yang belum masuk ke dalam ruangan itu."Hei Dokter So Myung, kita dipertemukan kembali. Bukankah ini adalah pertanda bahwa kita memang jodoh," kata Ji Tae dengan begitu percaya diri.So Myung tidak memperdulikan apa yang semua Ji Tae katakan kepadanya. Bahkan So Myung melewati Ji Tae yang berjalan menghampurinya. Dan So Myung lebih memilih diam, lalu mencari tempat duduk yang nyaman dan yang sudah disediakan di sana. Sedangkan dokter yang lain tidak berani mengatakan hal apapun tentang percakapan So Myung dengan Ji Tae, karena mereka tahu bahwa So Myung adalah dokter yang memiliki paras wajah cantik tapi So Myung juga memiliki sikap dan sifat dingin dan angkuh. Begitupun den
So Myung berjalan mendekati Ji Tae lalu tepat di hadapan Ji Tae, So Myung berkata kepadanya seolah menantang Ji Tae,"baiklah, jika itu mau kamu seniorku. Aku akan melakukannya dengan senang hati. Dan akan aku pastikan bahwa aku lebih hebat daripada seniorku."Setelah mendengar ucapan So Myung ekspresi wajah Ji Tae seketika berubah dan tangannya pun ia kepal karena merasa geram. Namun itu ia tahan, karena tidak mungkin jika ia memberikan hantaman kepada seorang wanita. Apalagi wanita yang dihadapannya saat itu adalah wanita yang sudah lama diincarnya."Dan untuk kita semua harus bisa melakukan operasi besar itu tanpa adanya senior yang sombong seperti dia. Jadi, saya harap kita semua bisa kompak dan membuktikan kepada pimpinan rumah sakit bahwa kita bisa tnpa adanya putra kesayangannya ini," kata So Myung dengan tegas.Setelah mengatakan hal itu kepada para dokter bedah jantung yang lain So Myung memberikan senyum s
"Bruk!"Tubuh So myung terjatuh dan tepat di atas tubuh Jun Hwan. Dan Jun Hwan seolah menikmati adegan pagi itu bersama So Myung. Bahkan Jun Hwan dibuat tersenyum ketika So Myung memeluk tubuhnya. Namun itu tidak berlangsung lama, karena seorang dokter lain telah membuka pintu ruangan So Myung tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu,"astaga, apa-apaan ini Dokter So Myung? Sungguh memalukan!"Seketika So Myung beranjak dari posisinya dan merapikan pakaiannya kembali. Lalu ia mengeluarkan suaranya untuk membenarkan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada dokter lain itu. Tapi ketika So Myung hendak melontarkan kata tiba-tiba dokter itu pergi begitu saja. Sehingga membuat So Myung benar-benar merasa malu dan marah kepada Jun Hwan."Akh sial! Baru juga mau menjelaskan malah pergi begitu saja. Dan ini semua karena kamu, yang telah membuat kerusuhan di dalam ruanganku. Dan kenapa harus terulang kembali di saa
"Halo, dengan siapa ini?" Tanya So Myung.Telefon masuk dengan nomor yang tidak di kenal. Membuat So Myung merasa penasaran karena tidak ada jawaban sama sekali setelah telefon itu diterima. Sehingga So Myung mematikannya kembali. Namun tidak lama kemudian ponsel So Myung kembali berdering dengan nomor yang sama."Siapa sebenarnya pemilik nomor ini? Kenapa kembali menelfonku? Tapi jika aku angkat, mungkinkah ada jawaban atau malah seperti tadi?" So Myung bertanya-tanya dalam hatinya. Bahkan So Myung merasa ragu untuk mengangkat kembali telefon dari nomor yang tidak di kenal. Namun ponsel So Myung terus berdering, sehingga So Myung akhirnya memutuskan untuk mengangkat telefon itu kembali."Halo, sebenarnya ini dengan siapa? Saya tidak punya banyak waktu, jadi tolong cepat katakan ada kepentingan apa menelfonku," celetuk So Myung."Ma'afkan aku jika sudah men
Satu pekan telah berlalu dengan begitu cepat. Dan pagi ini semua dokter bedah jantung harus bersiap untuk segera melangsungkan operasi besar perwira yang sudah beberapa hari lalu disiapkan. So Myung yang memimpin jalannya operasi besar itu telah berangkat lebih awal dan mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dibutuhkan nanti."Hai So Myung, aku harap kamu bisa menjadi dokter yang mampu diandalkan. Jika tidak, kamu akan menjalani hukuman dari pimpinan rumah sakit," kata Ji Tae yang seolah mengancam So Myung.So Myung yang mendengar ucapan Ji Tae seketika ia mendengus kesal. Lalu ia melontarkan kata yang membuat Ji Tae hanya membungkam mulutnya, "Anda tidak perlu takut Dokter senior, karena saya akan melakukan yang terbaik dalam operasi ini. Dan lagipula saya bukanlah Dokter yang seperti Anda, Dokter pecundang."Setelah mengatakan hal itu kepada Ji Tae, So Myung meninggalkan Ji Tae yang masih berdiri mematu
So Myung melangkah secara perlahan karena merasa ragu dengan seorang lelaki yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumahnya, apalagi lekaki itu berdiri membelakanginya. Namun setelah So Myung berdiri teoat di belakang lelaki itu, ia pun langsung mengetahui siapa lelaki yang mendatangi kediamannya itu."Kamu!"So Myung membuat lelaki itu terkejut atas kehadirannya secara tiba-tiba. Dan seketika lelaki yang tidak asing bagi So Myung membalikkan tubuhnya dan menatap So Myung yang sudah berdiri di hadapannya. Lalu lelaki itu pun berkata kepada So Myung, "Ya Dokter So Myung, ini adalah aku. Aku datang ke sini hanya ingin mengucapkan selamat kepadamu atas keberhasilan dalam jalannya operasi besar tadi di rumah sakit. Tapi kamu jangan merasa senang dulu dan itu bukan berarti aku sudah kalah darimu, Dokter So Myung." Ji Tae tersenyum sungging."Hah, Dokter Ji Tae tolong dengarkan dengan sebaik mungkin! Pertama, saya tidak butu
"Tok... Tok... Tok!So Myung mengetuk pelan pintu ruangan pemimpin rumah sakit. Dan terdengar suara yang meminta So Myung untuk masuk ke dalam ruangan itu. Begitupun dengan So Myung yang membuka pelan pintu itu setelah mendengar perintah dari pemimpin rumah sakit. Dan di dalam ruangan itu ada Ji Tae dan Young."Akhirnya kalian sudah berkumpul juga," ucap pemimpin rumah sakit yang tak lain adalah Pak Oh.So Myung dibuat tidak mengerti dengan ucapan Pak Oh. Dan So Myung bertanya-tanya di dalam hatinya tentang perkataan itu. Namun Pak Oh tidak langsung menjelaskan kembali tentang perkataannya itu kepada Ji Tae, Young dan So Myung. Sehingga So Myung memberanikan dirinya untuk bertanya kwpada Pak Oh, "Ma'af Pak Oh, tapi apa maksud dari oerkataan Anda?"Setelah mendengar pertanyaan So Myung, Pak Oh mengarahkan pandangannya ke setiap wajah dokter bedah jantung yang sudah ada di depan hadapannya. Lalu,
Ketika Jun Hwan menonton berita di televisi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dan ia pun sesegara mungkin mengangkat telefon itu, "Halo!" Ucap Jun Hwan. Setelah menerima telefon tersebut wajah Jun Hwan berubah menjadi serius. Lalu ia oun berlari meninggalkan So Myung tanpa sepatah kata apapun. Sedangkan So Myung, ia tidak tahu bahwa Jun Hwan sudah pergi dan meninggalkannya. Karena So Myung masih terlalu fokus dengan berita yang ditontonnya."Wah Dokter So Myung, berita tadi sangat menyeramkan. Gempa yang terjadi di sana sungguh menakutkan," ucap salah seorang perawat setelah melihat sekilas berita gempa yang di ada di televisi tersebut."Kamu benar, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka yang terluka. Karena itu bukanlah tugas kita meskipun tempat kita tidak terlalu jauh dengan kota itu." So Myung merespon dengan tetap fokus melihat berita itu.Perawat itu pun lalu