"Halo, dengan siapa ini?" Tanya So Myung.
Telefon masuk dengan nomor yang tidak di kenal. Membuat So Myung merasa penasaran karena tidak ada jawaban sama sekali setelah telefon itu diterima. Sehingga So Myung mematikannya kembali. Namun tidak lama kemudian ponsel So Myung kembali berdering dengan nomor yang sama.
"Siapa sebenarnya pemilik nomor ini? Kenapa kembali menelfonku? Tapi jika aku angkat, mungkinkah ada jawaban atau malah seperti tadi?" So Myung bertanya-tanya dalam hatinya. Bahkan So Myung merasa ragu untuk mengangkat kembali telefon dari nomor yang tidak di kenal. Namun ponsel So Myung terus berdering, sehingga So Myung akhirnya memutuskan untuk mengangkat telefon itu kembali.
"Halo, sebenarnya ini dengan siapa? Saya tidak punya banyak waktu, jadi tolong cepat katakan ada kepentingan apa menelfonku," celetuk So Myung.
"Ma'afkan aku jika sudah mengganggu waktu mu, tapi bisakah kamu menemiku di luar rumahmu?" Tanya dari seberang.
"Haruskah aku menemuimu, sedangkan aku tidak mengetahui siapa kamu. Karena kamu tidak menyebutkan namamu," jawab So Myung menggerutu
So Myung merasa tidak mengenali nomor itu. Dan So Myung memtuskan untuk segera mematikan telefonnya. Tapi ketika So Myung hendak mematikan telefonnya, tiba-tiba seseorang dari seberang mengatakan bahwa ada hal penting dengan So Myung, "Jangan matikan telefonnya! Aku sangat memohon kepadamu, karena ini sangat penting. Tolong temui aku di depan rumahmu dan aku hanya membutuhkan waktu mu sepuluh menit saja."
"Baiklah kalau begutu aku akan bersiap dulu," balas So Myung.
Obrolan melalui telefon kini telah dimatikan oleh Ao Myung. Lalu So Myung segera merapikan pakaian dan menyisir rambutnya yang basah. Dan sekarang waktunya ia untuk menemui seseorang yang ingin menemuinya. Di sana terlihat seorang lelaki yang begitu tinggi dan memiliki poster tubuh yang sempurna.
So Myung merasa pensaran dengan lelaki yang ingin menemuinya itu. Sehingga So Myung mempercepat langkahnya menuju dimana lelaki itu tengah berdiri yang membelakangi dirinya. Sehingga So Myung tidak begitu jelas saat melihat wajah lelaki itu.
"Hai, siapa kamu?" Tanya So Myung berbasa-basi.
So Myung merasa takut jika lelaki itu adalah orang jahat yang ingin melukai dirinya, tapi ternyata apa yang dipikirkannya tidaklah benar. Karena lelaki yang berdiri tepat di hadapannya adalah Jun Hwan, "Kamu!"
Seketika So Myung merasa terkejut setelah melihat Jun Hwan di hadapannya. Dan itu membuat So Myung kembali memiliki rasa kesal kepada Jun Hwan. Karena So Myung berpikir bahwa Jun Hwan sedang mempermainkannya, seperti halnya tadi pagi ketika di rumah sakit.
"Ada hal apa yang membuatmu ingin menemuiku? Apa kamu hanya ingin mempermainkanku saja?" Selidik So Myung.
"Tidak. Memang ada hal penting yang ingin aku tanyakan sekaligus katakan kepadamu, Dokter So Myung," ucap Jun Hwan dengan tatapan tajam.
So Myung sekilas melihat tatapan Jun Hwan yang sangat menginginkan sesuatu hal dari dirinya. Sehingga membuat So Myung penasaran akan hal apa yang ingin ditanyakan dan dikatakan kepadanya, "jika itu hal penting, katakanlah! Tapi jangan terlalu lama, karena aku tidak memiliki banyak waktu untuk mengobrol dengan orang sepertimu."
"Baiklah! Aku akan bertanya kepadamu satu kali, jadi jawablah dengan pasti," Jun Hwan kembali menatap sepasang mata So Myung. Seolah Jun Hwan mengharapkan sesuatu hal dari So Myung.
"Cepat katakan! Dan aku akan menghitung mundur mulai dari angka lima, jika tidak segera kamu katakan maka aku akan meninggalkanmu begitu saja," ketus So Myung.
Jun Hwan mengangguk pelan. Lalu ia menarik nafas panjangnya sebelum melontarkan pertanyaan kepada So Myung, "Apakah kamu yang menjadi pemimpin jalannya operasi besar perwira nanti?" Tanya Jun Hwan.
"Kenapa memangnya? Bukankah itu bukan urusan kamu?" So Myung berbalik bertanya kepada Jun Hwan.
So Myung selalu menerapkan sikap dinginny terutama kepada lelaki. Dan di saat dalam keadaan serius pun ia masih menerapkan sikap itu dalam dirinya. Acuh dan seakan tidak memiliki rasa peduli kepada Jun Hwan. Sedangkan Jun Hwan, ia sejenak terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun untuk menjawab pertanyaan So Myung.
Bahkan sejenak Jun Hwan menundukkan kepalanya. Dan tidak lama kemudian terdengar suara yang begitu bising. Namun tidak asing ketika suara itu semakin dekat dengan lokasi rumah So Myung. Dimana suara itu adalah suara helikopter yang terbang dekat pantai. Dan itu membuat So Myung mengalihkan pandangnnya ke arah dimana helikopter itu terbang. Bahkan kini helikopter itu terbang melintas di atas kepalanya.
"Kenapa ada helikopter yang terbang di jam segini? Dan jarang sekali sebuah helikopter melintas di sekitar area rumahku. Dan kenapa helikopter itu sekarang masih terbang di sana? Bahkan helikopter itu seperti melemparkan sebuah tali ke bawah pesisir pantai," So Myung bertanya-tanya dalam hatinya.
Ketika So Myung masih terfokuskan dengan keberadaan helikopter yang seolah terbang di atas kepalanya, tiba-tiba ia mendengar teriakan dari Jun Hwan. Dan ketika ia mencari tahu dimana pusat suara teriakan yang tengah memanggilnya itu, ternyata Jun Hwan berdiri tepat dibawah helikopter sedang terbang.
"Hei Dokter So Myung, kali ini aku berbicara dengan sangat serius kepada mu. Jika kamu adalah Dokter yang memimpin jalannya operasi besar perwira nanti, aku mau kamu melakukan yang terbaik untuk kesehatan perwira. Karena itu sangatlah penting bagiku. Dan sekarang aku harus pergi selama dua pekan. Setelah aku kembali nanti, aku akan segera menghubungimu. Aku berjanji kepadamu, Dokter So Myung," Teriak Jun Hwan dengan sangat keras. Dan setelah Jun Hwan mengatakan semua pesannya kepada So Myung, Jun Hwan memegang tali panjang yang menghubungkan dengan helikopter itu. Lalu Jun Hwan memanjat dan masuk ke dalam helikopter. Namun sebelum memanjat Jun Hwan memberikan senyuman dan tatapan kepada So Myung. Dimana tatapan itu mengharapkan So Myung untuk melakukan yang terbaik. Dan senyuman itu menandakan bahhwa Jun Hwan mempercayai So Myung.
Helikopter itu terbang semakin jauh, bersama Jun Hwan yang pergi dan enyah dari pandangan So Myung. Yang membuat So Myung merasa aneh dan heran. Karena Jun Hwan yang pergi begitu saja bersama helikopter itu.
Waktu begitu cepat berlalu, bahkan senja sore telah tenggelam dan berubah menjadi kegelapan. Bahkan seakan So Myung merasa kehilangan atas kepergian Jun Hwan. Bahkan So Myung menyesal belum menjawab dengan pasti kepada Jun Hwan sebelum Jun Hwan pergi. Dan kini hanya ada bayangan Jun Hwan yang beberapa menit lalu telah berada di hadapannya.
"Sebenarnya apa maksud kamu, lelaki mesum? Dan apakah kamu akan kembali sesuai janji yang telah terucap? Namun aku tidak peduli kamu akan kembali atau tidak, karena aku sudah terlalu muak dengan sebuah janji," kata So Myung dalam hati.
So Myung terus menatap kemana helikopter itu pergi membawa Jun Hwan. Dan seolah ia enggan untuk kembali masuk ke dalam rumahnya. Karena rasa penasaran masih singgah dalam pikirnya.
Satu pekan telah berlalu dengan begitu cepat. Dan pagi ini semua dokter bedah jantung harus bersiap untuk segera melangsungkan operasi besar perwira yang sudah beberapa hari lalu disiapkan. So Myung yang memimpin jalannya operasi besar itu telah berangkat lebih awal dan mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dibutuhkan nanti."Hai So Myung, aku harap kamu bisa menjadi dokter yang mampu diandalkan. Jika tidak, kamu akan menjalani hukuman dari pimpinan rumah sakit," kata Ji Tae yang seolah mengancam So Myung.So Myung yang mendengar ucapan Ji Tae seketika ia mendengus kesal. Lalu ia melontarkan kata yang membuat Ji Tae hanya membungkam mulutnya, "Anda tidak perlu takut Dokter senior, karena saya akan melakukan yang terbaik dalam operasi ini. Dan lagipula saya bukanlah Dokter yang seperti Anda, Dokter pecundang."Setelah mengatakan hal itu kepada Ji Tae, So Myung meninggalkan Ji Tae yang masih berdiri mematu
So Myung melangkah secara perlahan karena merasa ragu dengan seorang lelaki yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumahnya, apalagi lekaki itu berdiri membelakanginya. Namun setelah So Myung berdiri teoat di belakang lelaki itu, ia pun langsung mengetahui siapa lelaki yang mendatangi kediamannya itu."Kamu!"So Myung membuat lelaki itu terkejut atas kehadirannya secara tiba-tiba. Dan seketika lelaki yang tidak asing bagi So Myung membalikkan tubuhnya dan menatap So Myung yang sudah berdiri di hadapannya. Lalu lelaki itu pun berkata kepada So Myung, "Ya Dokter So Myung, ini adalah aku. Aku datang ke sini hanya ingin mengucapkan selamat kepadamu atas keberhasilan dalam jalannya operasi besar tadi di rumah sakit. Tapi kamu jangan merasa senang dulu dan itu bukan berarti aku sudah kalah darimu, Dokter So Myung." Ji Tae tersenyum sungging."Hah, Dokter Ji Tae tolong dengarkan dengan sebaik mungkin! Pertama, saya tidak butu
"Tok... Tok... Tok!So Myung mengetuk pelan pintu ruangan pemimpin rumah sakit. Dan terdengar suara yang meminta So Myung untuk masuk ke dalam ruangan itu. Begitupun dengan So Myung yang membuka pelan pintu itu setelah mendengar perintah dari pemimpin rumah sakit. Dan di dalam ruangan itu ada Ji Tae dan Young."Akhirnya kalian sudah berkumpul juga," ucap pemimpin rumah sakit yang tak lain adalah Pak Oh.So Myung dibuat tidak mengerti dengan ucapan Pak Oh. Dan So Myung bertanya-tanya di dalam hatinya tentang perkataan itu. Namun Pak Oh tidak langsung menjelaskan kembali tentang perkataannya itu kepada Ji Tae, Young dan So Myung. Sehingga So Myung memberanikan dirinya untuk bertanya kwpada Pak Oh, "Ma'af Pak Oh, tapi apa maksud dari oerkataan Anda?"Setelah mendengar pertanyaan So Myung, Pak Oh mengarahkan pandangannya ke setiap wajah dokter bedah jantung yang sudah ada di depan hadapannya. Lalu,
Ketika Jun Hwan menonton berita di televisi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dan ia pun sesegara mungkin mengangkat telefon itu, "Halo!" Ucap Jun Hwan. Setelah menerima telefon tersebut wajah Jun Hwan berubah menjadi serius. Lalu ia oun berlari meninggalkan So Myung tanpa sepatah kata apapun. Sedangkan So Myung, ia tidak tahu bahwa Jun Hwan sudah pergi dan meninggalkannya. Karena So Myung masih terlalu fokus dengan berita yang ditontonnya."Wah Dokter So Myung, berita tadi sangat menyeramkan. Gempa yang terjadi di sana sungguh menakutkan," ucap salah seorang perawat setelah melihat sekilas berita gempa yang di ada di televisi tersebut."Kamu benar, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka yang terluka. Karena itu bukanlah tugas kita meskipun tempat kita tidak terlalu jauh dengan kota itu." So Myung merespon dengan tetap fokus melihat berita itu.Perawat itu pun lalu
Setelah menghabiskan secangkir kopi susu miliknya, So Myung memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Dokter yang berparas cantik itu pun selalu melakukan yang terbaik dalam bidangnya. Mengutamakan keselamatan pasiennya daripada hal yang lain. Do Myung berjalan dengan begitu gontai saat menelusuri lorong rumah sakit. Namun seketika ia memghentikannya ketika ia merasakan getaran yang sangat hebat memgguncang tubuh bahkan tembok di rumah sakit itu."Ada apa ini? Mungkinkah ada...." Terhanti.So Myung merasakan guncangan yang sangat hebat yang di duga itu adalah gempa susulan di kota Seoul. Dan So Myung segera menuju ke ruang utama rumah sakit untuk melihat keadaan di sana. Semua orang di rumah sakit merasa ketakutan setelah merasakan guncangan hebat itu. Banyak orang berlalu lalang melintasi So Myung yang ingin keluar dari rumah sakit karena takut jika gedung rumah sakit sewaktu-waktu akan runtuh. Namun tidak lama kemudian guncangan itu pu
"Sepertinya ini terlalu sulit jika kamu mengangkatnya sendirian," ucap Jun Hwan tiba-tiba.Jun Hwan tiba-tiba datang dan membuat So Myung terkejut atas kehadirannya. Namun di sana, Jun Hwan seakan tidak terlalu mempedulikan keberadaan So Myung di dekatnya. Jun Hwan terlalu fokus dengan kejadian gempa yang menimbulkan beberapa korban jiwa. Sedangkan So Myung, ia menatap Jun Hwan bahkan merasa heran karena Jun Hwan yang tidak mempedulikan kehadirannya. Tapi rasa itu seketika di tepiskan oleh So Myung saat Jun Hwan yang terlihat dingin kepadanya, "Sadar So Myung, dia bukanlah siapa-siapa. Lagipula kamu seharusnya bersyukur karena tidak ada lelaki yang akan mengganggumu lagi.""Tim Serigala masuk, di sini perlu bantuan dari kalian. Segera datang!" Perintah Jun Hwan kemudian.Dan tidak lama kemudian Tim Serigala dari tentara pasukan khusus telah datang untuk membantu korban yang tertimbun tembok itu.
"Kapten!""Kapten!"Teriak Min Suk dan prajurit yang lainnya ketika berada di lokasi kapten tengah tertimbun. Namun ketika mereka memanggil kapten mereka, tidak ada suara yang menyahut untuk memberikan jawaban. Sehingga mereka merasa khawatir denfan leadaan kapten mereka, apalagi telefon sebagai alat komunikasi mereka tidak dapat tersambung."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan kapten, pak?" Tanya salah satu prajurit yang merasa khawatir dengan keadaan kaptennya."Percayalah bahwa kapten kita akan baik-baik saja" Jawab Min Suk meyakinkan mereka semua.Mereka masih berusaha untuk mencari keberadaan kapten mereka. Namun belum ada hasil tentang pencarian mereka, sehingga mereka sampai kini belum menemukan kapten mereka. Entahlah akan selamat atau tidak kapten mereka yang sangat mereka segani.****"Sebenarnya apa yang di maksud atas ucapan lelaki ta
"Ya Jun Hwan, itu tidak lah lucu!" Celetuk So Myung."Ahh... Baiklah So Myung, ma'afkan aku kalau begitu. Tapi ini beneran terasa sakit dan aku tidak membohongimu," rayu Jun Hwan kepada So Myung, tapi kali ini So Myung tidak menganggap bahwa Jun Hwan benar-benar merasa tengah kesakitan. Dan So Myung pun mengarahkan pandangannya ke arah yang lain. Sedangkan Jun Hwan ia masih merintih kesakitan seraya meemegangi perutnya."Ya So Myung, kamu benar-benar tidak mau merawatku?" Tanya Jun Hwan memastikan."Buat apa aku merawatmu, sedangkan kamu sudah baik-baik saja. Ya sudah, aku mau pergi saja dari sini dan kembali ke rumah sakit." Jawab So Myung dengan dingin.Tanpa mempedulikan Jun hwan, So Myung berdiri dan hendak melangkah. Tapi Jun Hwan menahan kepergian So Myung dengan berkata, "Tapi ini beedarah So Myung dan benar-benar terasa sakit." Seketika So Myung membalikkan tubuhnya dan ia p
"Kenapa Dia berjalan kesini? Mau apa Dia sebenarnya?" tanya Jun Hwan.Ji Tae yang berjalan menuju ke rumah So Myung mendapatkan sambutan tidak baik dari Jun Hwan, karena ia merasa cemburu atas kehediran Ji Tae. Begitupun dengan Ji Tae sendiri yang tidak suka dengan kehadiran Jun Hwan yang sudah berada di depan rumah So Myung. Namun, keduanya bersikap profesional saja, meskioun tidak ada sikap baik diantara mereka."Kamu ada di sini ternyata. Di mana So Myung?" tanya Ji Tae."Ada di dalam, tunggu saja!" jawab Jun Hwan singkat.Keduanya pun berdiri di depan pintu sembari menatap lautan yang luas yang daoat mereka jangkau dari pandangan mereka. Dan tidak lama kemudian So Myung pun keluar dari dalam rumah itu. Dan kehadiran Ji Tae telah mengejutkan So Myung ketika So Myung baru membuka pintu rumahnya."Yeah Ji Tae? Oh ma'af, maksud saya Dokter Ji Tae. Anda datang
"Apakah kamu marah kepadaku?" tanya Jun Hwan kepada So Myung yang masih duduk disampingnya."Tidak. Buat apa aku marah kepadamu? Akh sudahlah, jangan membahas hal yang membuat pikiranku terasa penat. Aku hanya butuh ketenangan pikiran, jiwa dan batin. Jadi, biarkan aku tertidur di pangkuanmu sejenak. Ok!" So Myung pun merebahkan tubuhnya di atas pasir sembari meletakkan kepalanya dipangkuan Jun Hwan.So Myung memejamkan kedua maniknya. Begitupun dengan Jun Hwan yang membiarkan So Myung merasakan ketenangan setelah banyak hal yang sudah dilaluinya. Dan hanya ada angin malam yang membuat udara malam menjadi terasa begitu dingin. Serta suara gemuruh ombak yang mengalun dan terombang-ambing."Kehidupan yang terasa begitu sulit, terkadang membuatku ingin berhenti di titik yang sama. Namun, aku sadar bahwa aku tidak akan selamanya berhenti dan mengurung diri. Masih ada banyak hal yang harus aku lalui, seperti mal
"Ayah, please hear me!" teriak So Myung memanggil Pak Park.Setelah mendengarkan semua perkataan So Myung, Pak Park berjalan melintas dihadapan So Myung begitu saja tanpa melontarkan kata-kata, meskipun So Myung sudah berteriak memanggil namanya. Sehingga So Myung merasa marah dan kesal terhadap Pak Park. Namun So Myung hanya menatap Pak Park yang berjalan membelakanginya."Untuk kalian, segera kembali pulang ke Negara kalian sekarang!" Pak Park memerintahkan Do Myung dan pasukan yang lain untuk segera kembali ke Korea Utara."Tidak. Aku tidak akan kembali pulang sebelum memakamkan Ibuku. Terserah Ayah mau apa, yang pasti aku tidak akan pulang." Do Myung menolak perintah dari Perwira dan menyandang sebagai Ayahnya."Lakukan semua perintah! Jika tidak, maka aku akan akan pernah menganggapmu sebagai putraku. Dan ajak adikmu!" Pak Park membarikan ancaman kepada Do Myung. Yang membuat Do Myung tidak bisa
Itulah perjuangan seorang Tentara. Menyerahkan seluruh jiwa mereka demi perdamaian, melindungi dan menyelamatkan masyarakat serta demi keutuhan Negerinya. Begitupun dengan sosok lelaki yang gagah seperti Jun Hwan. Yang menyerahkan jiwanya demi menyelamatkan seorang ibu paru baya yang memang sedang membutuhkan bantuannya."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Tentara itu? Dan bagaimana caranya untuk mencari bantuan?" tanya seorang ibu dalam hati.Ibu itu masih kebingungan untuk menyelamatkan Jun Hwan yang masih tidak sadarkan diri. Dan ketika gempa susulan kembali mengguncang kota Geoungju, tembok yang awalnya masih berdiri tegak, kini telah roboh dan menimbun korban, di mana korban itu adalah ibu paru baya yang hendak diselamatkan oleh Jun Hwan."Huft, aw!" rintih Jun Hwan,Perlahan Jun Hwan membuka kedua matanya, lalu mencoba untuk memanggil bantuan agar dapat membantunya dan juga mengeluarkan ibu
Tentara pasukan khusus Korea Selatan telah tiba di lokasi. Begitupun dengan Jun Hwan yang memberi aba-aba setiba di sana. Dan setelah itu pasukan yang lain pun menyebar untuk menyelamatkan korban yang mengalami luka berat maupun kecil."Siapakan peralatan semuanya! Jangan lupa untuk kalian memakai helm kalian!" Jun Hwan memberikan perintah kepada pasukannya.Setelah itu semua menyebar. Sedangkan sang Kapten, yang tak lain adalah Jun Hwan, Ia masih berdiri di tenda memantau keadaan kota Geoungju dengan alat yang sudah disiapkan, sekaligus menunggu kedatangan Tim Medis dari Rumah Sakit Haesung."Lebih baik kita menuju tenda yang didirikan di sana. Mungkin itu adalah tenda tentara pasukan." Ajak Young kepada tim medis lainnya.Setiba di tempat lokasi, Young dan tim medis yang lainnya segera menuju ke tempat Jun Hwan tengah menanti kedatangan mereka. Dan setelah berada di tenda itu, Jun Hwan merasa
"Aku tidak menyangka bahwa So Myung bisa melakukan hal setega itu. Dan jika Dia kembali nanti, aku akan minta perhitungan dengannya." Gerutu Young dengan kesal.Jun Hwan yang melihat Young sedang menggerutu sendirian, akhirnya melontarkan pertanyaan untuk memastikan apa yang sudah terjadi terhadap adiknya itu. Namun Young menjawab pertanyaan Jun Hwan dengan nada yang masih tinggi."Young, ada apa denganmu?" Tanya Jun Hwan memastikan."Aku merasa kesal, bahkan ingin rasanya aku mencabik-cabik rambutnya dan juga bibirnya itu. Akh sudahlah, jangan bahas itu!" Jawab Young kemudian.Suasana pun berubah menjadi memanas. Untung saja ada Min Suk yang masuk ke dalam ruangan itu dan meredam suasana hati Young terbakar karena masih mengingat apa yang dilakukan So Myung terhadap dirinya."Jun Hwan, ada dengannya?" Tanya Min Suk kepada Jun Hwan.Sedangkan Jun Hwan hanya m
"Ma'afkan aku Jun Hwan, karena aku harus pergi sekarang juga. Agar aku bisa menyelesaikan semua urusanku di sini dengan Pak Oh. Dan ini sudah tiba saatnya kamu dan yang lain mengenalku siapa aku sebenarnya." Ucap So Myung kwpada Jun Hwan. Namun Jun Hwan masih tertidur di atas branker.Dan sebelum matahari terbit serta memancarkan cahanya dengan sempurna, So Myung pergi dari ruangan Jun Hwan. Bahkan So Myung meninggalkan rumah sakit Haesung, lalu So Myung melajukan mobilnya untuk kembali pulang.Dengan penuh kemantapan akhirnya So Myung memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri. Kembali bertugas seperti apa yang dulu menjadi pekerjaannya. Kini So Myung pun sampai di rumahnya. Dan setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung menuju ke kamarnya. Lalu ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.*****Cahaya matahari sudah terpancar dengan sempurna. Sehingga membuat kedua mata Jun Hwan
Do Myung didorong di atas branker rumah sakit Haesung dan menuju ke depan rumah sakit untuk segera dipindahkan ke negaranya, Korea Utara. Dan sebelum Do Myung dimasukkan ke dalam mobil, tiba-tiba So Myung berlari dan menghampiri Do Myung. Lalu So Myung berkata kepada Do Myung, "Aku akan kembali, tapi setelah urusanku di sini selesai." Ucap So Myung, lalu memberikan hormat kepada Do Myung."Akan ku tunggu kehadiranmu kembali, So Myung," balas Do Myung singkat. Lalu membalas hormat yang diberikan So Myung, selayaknya kapten membalas hormat pasukannya.Setelah itu tangan mereka masing-masing diturunkan. Dan Do Myung kembali dimasukkan ke dalam mobil yang menjemputnya. Sedangkan So Myung, ia menatap mobil yang membawa Do Myung tanpa berkedip sama sekali. Bahkan ketika mobil itu sudah tidak lagi dijangkau dalam pandangannya matanya, So Myung masih menatap ke arah ujung jalan kota."Mungkin sudah saat aku harus kembali,
"Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Namun ketika di pertengahan acara, tiba-tiba pemerintah Korea Utara berhianat. Lalu meminta orang kepercayaannya untuk menyerang secara tiba-tiba. Dan Kapten dari pasukan tentara khusus Korea Utara menolongku dari tembakan itu. Meskipun begitu, aku membantu menghentikan aksi penembakan itu. Dan akhirnya, perjuanagan aku dan Kapten Do Myung berakhir seperti ini." Jawab Jun Hwan menjelaskan."Sudah ku duga akan menjadi seperti ini," ucap So Myung dalam hati.So Myung sejenak mengarahkan pandangannya ke tirai yang membatasi Jun Hwan dan Do Myung. Setelah itu, So Myung menghembuskan nafas beratnya secara kasar. Sejenak So Myung menundukkan kepalanya. Dan tidak lama kemudian So Myung berkata kepada Jun Hwan."Aku harus pergi sebentar! Jadi, kamu jangan berani-beraninya untuk bergerak sedetik pun. Karena aku tidak mengijinkan kamu untuk melakukan hal itu." Ucap