Satu pekan telah berlalu dengan begitu cepat. Dan pagi ini semua dokter bedah jantung harus bersiap untuk segera melangsungkan operasi besar perwira yang sudah beberapa hari lalu disiapkan. So Myung yang memimpin jalannya operasi besar itu telah berangkat lebih awal dan mempersiapkan beberapa peralatan yang akan dibutuhkan nanti.
"Hai So Myung, aku harap kamu bisa menjadi dokter yang mampu diandalkan. Jika tidak, kamu akan menjalani hukuman dari pimpinan rumah sakit," kata Ji Tae yang seolah mengancam So Myung.
So Myung yang mendengar ucapan Ji Tae seketika ia mendengus kesal. Lalu ia melontarkan kata yang membuat Ji Tae hanya membungkam mulutnya, "Anda tidak perlu takut Dokter senior, karena saya akan melakukan yang terbaik dalam operasi ini. Dan lagipula saya bukanlah Dokter yang seperti Anda, Dokter pecundang."
Setelah mengatakan hal itu kepada Ji Tae, So Myung meninggalkan Ji Tae yang masih berdiri mematung di dalam ruangan So Myung. Sedangkan So Myung, ia segera menuju ke ruangan khusus untuk membrifing operasi nanti. Dan sebentar lagi perwira akan datang ke rumah sakit.
"Saya harap kita semua bisa bekerjasama demi kelancaran jalannya operasi sang perwira. Jangan pernah ragu untuk melakukan apapun." Pinta So Myung kepada yang lain.
Semua tim mengangguk pelan dan mengiyakan apa yang dikatakan So Myung. Dan tidak lama kemudian perwira datang yang dikawal beberapa tentara. Sebelum operasi dijalankan perwira ingin bertemu dengan So Myung terlebih dahulu.
"Apakah Anda yang bernama Dokter So Myung?" Tanya perwira memastikan.
"Iya Pak, saya Dokter So Myung," jawab So Myung dengan pasti.
"Baiklah, saya serahkan operasi jantung saya di tangan Anda, Dokter. Dan saya sangat berharap Anda bisa menyelamatkan jantung saya." Perwira menatap So Myung dengan senyuman yang terlukis di bibirnya.
"Baik, Pak!" So Myung mengangguk pelan untuk meyakinkan sang perwira.
Setelah pertemuan singkat antara So Myung dengan sang perwira, kini operasi akan segera berjalan. Sang perwira sebelumnya diminta untuk berpuasa dan meminum obat yang sudah diberikan oleh So Myung. Lalu, pakaian sang perwira pun telah berganti. Begitupun dengan tim medis yang akan menjalankan operasi besar sang perwira.
Masuklah So Myung ke dalam ruang operasi denfan seragam birunya dan sebuah kain yang menutupi rambutnya selayaknya sebuah topi. Dan di luar ruangan operasi pun telah dijaga dengan begitu ketat oleh tentara yang berpakaian hitam di seluruh badannya. Yang membuat semua orang merasa takut atas penampilan mereka.
"Permisi Pak, saya akan memberitahukan bahwa operasi akan segera kami lakukan. Tapi sebelumnya apakah ada yang ingin Bapak katakan kepada kami atau sampaikan kepada kami?" Tanya So Myung memastikan.
"Tidak ada. lakukan saja operasi jantung ini, karena saya merasa sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya," jawab sang perwira.
"Baiklah Pak! Namun sebelumnya saya akan memberikan obat bius kepada Bapak," kata So Myung seraya memberikan suntikan obat bius kepada perwira. Dan setelah perwira mulai tidak sadar operasi pun segera dilakukan.
Lampu operasi pun telah dinyalakan. Dan beberapa alat yang di perlukan sudah disiapkan dengan benar seperti, patient monitor, electrosurgical unit, defibrilator, operating table, suction pump dan yang lainnya. Dan sebelum operasi berjalan So Myung menganggukkan opelan kepalanya dan seolah ia memberikan sebuah aba-aba bahwa operasi bisa dimulai.
"Scalpel."
So Myung meminta sebuah scalpel kepada asisten operasi. Begitupun dengan asisten dokter yang memberikan apa yang dibutuhkan dan diminta oleha dokter. Dan bagian anestasi juga sangat dipantau oleh dokter Young. Semua tim bekerjasama dengan sangat keras. Bahkan semuanya terlihat begitu tegang karena sebelumnya mereka tidak pernah melakukan operasi besar itu. Namun mereka juga bekerja untuk hasil yang baik bagi pasien mereka nanti.
Semua alat dipakai sesuai dengan urutan. Dan kali ini So Myung meminta asistennya untuk menyedot cairan yang berlebih dari tubuh pasien dengan alat yang di namakan suction pump. Dan defibrilator selalu dipantau dengan teliti. Setelah itu So Myung membutuhkan alat yang di namakan pinset untuk membenarkan kembali jantung sang perwira. Lalu So Myung meminta dokter anestasi untuk mencoba mengaktifkan kembali denyut jantung perwira.
Setelah bersusah payah dan bahkan rasa panik sejenak menyelimuti mereka para tim medis, kini akhirnya jantung perwira telah berdetak kembali. Namun operasi masih berjalan dan tidak berhenti di detik itu. Dada yang telah dibelah dengan scalpel kini dijahit kembali dengan rapi.
"Gunting." Pinta So Myung kepada asistennya untuk menggunting benang dalam proses penjahitan. Dan setelah itu So Myung meminta kembali untuk segera disiapkan sebuah kassa dan perban serta gunting yang berbeda dengan gunting yang diminta So Myung tadi.
Dan beberapa menit kemudian lampu operasi telah dimatikan. Dan itu menandakan bahwa operasi telah berakhir. Nafas lega telah dihembuskan oleh semua tim medis. Karena operasi telah berjalan sesuai dengan harapan mereka semua. Dan ketegangan yang menyelimuti mereka kini telah sirna.
"Huh, akhirnya selesai juga operasi bwsar ini," ucap dokter lain.
"Ya, kerja bagus hari ini untuk kita semua." Balas So Myung kemudian dengan nada yang datar.
Lalu So Myung keluar terlebih dahulu dari dalam ruang operasi. Langkah santai telah dilakukan oleh So Myung. Bahkan ketika berada di luar pintu ruangan So Myung tidak terlalu menganggap bahwa beberapa penjaga telah menjaga tim medis sedari tadi. Sikap acuh dan dingin kembali singgah di dalam diri So Myung.
"Dasar Dokter yang berhati dingin," ucap Dokter Young dalam hati.
Dokter Young merasa tidak habis pikir dengan So Myung yang memiliki sikap dingin terhadap siapapun. Hanya sejenak senyum yang diberikan So Myung ketika tim medis baru usai menjalankan operasi besar. Dan setelah itu senyuman itu sirna dan hanya sikap dingin yang kembali singgah di dalam diri So Myung.
Perwira kini telah dipindahkan di dalam ruangan rawat inap yang berkualitas. Karena perwira harus menjalani perawatan dalam pemulihan jantung. Sehingga perlu ruangan yang berkualitas untuk perwira beristirahat selama di rumah sakit itu.
"Kerja yang bagus untuk kalian semua. Saya bangga dengan hasil kerja keras kalian terutama, Dokter So Myung." Puji pemimpin rumah sakit.
Semua tim medis tersenyum bangga terkecuali So Myung yang hanya menganggukkan pelan kepalanya. Dan pertemuan sejenak antara tim medis dengan pemimpin rumah sakit kini telah usai. Setelah itu So Myung kembali ke ruangannya. Begitupun dengan dokter lain melakukan hal yang sama sepeeti yang dilakukan So Myung.
Hari begitu cepat berlalu. Begitupun dengan pertemuan singkat So Myung dengan Jun Hwan yang kini belum ada kabar tentang kepergian Jun Hwan. Namun So Myung tidak terlalu mengharaokan kehadiran Jun Hwan kembali dalam hidupnya. Karena terauma yang selalu menghantui So Myung, membuatnya tidak percaya kembali akan cinta.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Dimana jam kerja So Myung sudah berakhir. Kini So Myung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena kebetulan di sore itu jalanan kota mengalami kemacetan. Sehingga membuat So Myung harus pulang terlambat. Bahkan senja sudah tenggelam So Myung baru saja sampai di rumahnya. Dan ketika ia memasuki halaman rumahnya yang tidak terlalu luas itu ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang tengah berdiri membelakangi dirinya.
So Myung melangkah secara perlahan karena merasa ragu dengan seorang lelaki yang tengah berdiri tepat di depan pintu rumahnya, apalagi lekaki itu berdiri membelakanginya. Namun setelah So Myung berdiri teoat di belakang lelaki itu, ia pun langsung mengetahui siapa lelaki yang mendatangi kediamannya itu."Kamu!"So Myung membuat lelaki itu terkejut atas kehadirannya secara tiba-tiba. Dan seketika lelaki yang tidak asing bagi So Myung membalikkan tubuhnya dan menatap So Myung yang sudah berdiri di hadapannya. Lalu lelaki itu pun berkata kepada So Myung, "Ya Dokter So Myung, ini adalah aku. Aku datang ke sini hanya ingin mengucapkan selamat kepadamu atas keberhasilan dalam jalannya operasi besar tadi di rumah sakit. Tapi kamu jangan merasa senang dulu dan itu bukan berarti aku sudah kalah darimu, Dokter So Myung." Ji Tae tersenyum sungging."Hah, Dokter Ji Tae tolong dengarkan dengan sebaik mungkin! Pertama, saya tidak butu
"Tok... Tok... Tok!So Myung mengetuk pelan pintu ruangan pemimpin rumah sakit. Dan terdengar suara yang meminta So Myung untuk masuk ke dalam ruangan itu. Begitupun dengan So Myung yang membuka pelan pintu itu setelah mendengar perintah dari pemimpin rumah sakit. Dan di dalam ruangan itu ada Ji Tae dan Young."Akhirnya kalian sudah berkumpul juga," ucap pemimpin rumah sakit yang tak lain adalah Pak Oh.So Myung dibuat tidak mengerti dengan ucapan Pak Oh. Dan So Myung bertanya-tanya di dalam hatinya tentang perkataan itu. Namun Pak Oh tidak langsung menjelaskan kembali tentang perkataannya itu kepada Ji Tae, Young dan So Myung. Sehingga So Myung memberanikan dirinya untuk bertanya kwpada Pak Oh, "Ma'af Pak Oh, tapi apa maksud dari oerkataan Anda?"Setelah mendengar pertanyaan So Myung, Pak Oh mengarahkan pandangannya ke setiap wajah dokter bedah jantung yang sudah ada di depan hadapannya. Lalu,
Ketika Jun Hwan menonton berita di televisi, tiba-tiba ponselnya berdering. Dan ia pun sesegara mungkin mengangkat telefon itu, "Halo!" Ucap Jun Hwan. Setelah menerima telefon tersebut wajah Jun Hwan berubah menjadi serius. Lalu ia oun berlari meninggalkan So Myung tanpa sepatah kata apapun. Sedangkan So Myung, ia tidak tahu bahwa Jun Hwan sudah pergi dan meninggalkannya. Karena So Myung masih terlalu fokus dengan berita yang ditontonnya."Wah Dokter So Myung, berita tadi sangat menyeramkan. Gempa yang terjadi di sana sungguh menakutkan," ucap salah seorang perawat setelah melihat sekilas berita gempa yang di ada di televisi tersebut."Kamu benar, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka yang terluka. Karena itu bukanlah tugas kita meskipun tempat kita tidak terlalu jauh dengan kota itu." So Myung merespon dengan tetap fokus melihat berita itu.Perawat itu pun lalu
Setelah menghabiskan secangkir kopi susu miliknya, So Myung memutuskan untuk kembali ke ruangannya. Dokter yang berparas cantik itu pun selalu melakukan yang terbaik dalam bidangnya. Mengutamakan keselamatan pasiennya daripada hal yang lain. Do Myung berjalan dengan begitu gontai saat menelusuri lorong rumah sakit. Namun seketika ia memghentikannya ketika ia merasakan getaran yang sangat hebat memgguncang tubuh bahkan tembok di rumah sakit itu."Ada apa ini? Mungkinkah ada...." Terhanti.So Myung merasakan guncangan yang sangat hebat yang di duga itu adalah gempa susulan di kota Seoul. Dan So Myung segera menuju ke ruang utama rumah sakit untuk melihat keadaan di sana. Semua orang di rumah sakit merasa ketakutan setelah merasakan guncangan hebat itu. Banyak orang berlalu lalang melintasi So Myung yang ingin keluar dari rumah sakit karena takut jika gedung rumah sakit sewaktu-waktu akan runtuh. Namun tidak lama kemudian guncangan itu pu
"Sepertinya ini terlalu sulit jika kamu mengangkatnya sendirian," ucap Jun Hwan tiba-tiba.Jun Hwan tiba-tiba datang dan membuat So Myung terkejut atas kehadirannya. Namun di sana, Jun Hwan seakan tidak terlalu mempedulikan keberadaan So Myung di dekatnya. Jun Hwan terlalu fokus dengan kejadian gempa yang menimbulkan beberapa korban jiwa. Sedangkan So Myung, ia menatap Jun Hwan bahkan merasa heran karena Jun Hwan yang tidak mempedulikan kehadirannya. Tapi rasa itu seketika di tepiskan oleh So Myung saat Jun Hwan yang terlihat dingin kepadanya, "Sadar So Myung, dia bukanlah siapa-siapa. Lagipula kamu seharusnya bersyukur karena tidak ada lelaki yang akan mengganggumu lagi.""Tim Serigala masuk, di sini perlu bantuan dari kalian. Segera datang!" Perintah Jun Hwan kemudian.Dan tidak lama kemudian Tim Serigala dari tentara pasukan khusus telah datang untuk membantu korban yang tertimbun tembok itu.
"Kapten!""Kapten!"Teriak Min Suk dan prajurit yang lainnya ketika berada di lokasi kapten tengah tertimbun. Namun ketika mereka memanggil kapten mereka, tidak ada suara yang menyahut untuk memberikan jawaban. Sehingga mereka merasa khawatir denfan leadaan kapten mereka, apalagi telefon sebagai alat komunikasi mereka tidak dapat tersambung."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan kapten, pak?" Tanya salah satu prajurit yang merasa khawatir dengan keadaan kaptennya."Percayalah bahwa kapten kita akan baik-baik saja" Jawab Min Suk meyakinkan mereka semua.Mereka masih berusaha untuk mencari keberadaan kapten mereka. Namun belum ada hasil tentang pencarian mereka, sehingga mereka sampai kini belum menemukan kapten mereka. Entahlah akan selamat atau tidak kapten mereka yang sangat mereka segani.****"Sebenarnya apa yang di maksud atas ucapan lelaki ta
"Ya Jun Hwan, itu tidak lah lucu!" Celetuk So Myung."Ahh... Baiklah So Myung, ma'afkan aku kalau begitu. Tapi ini beneran terasa sakit dan aku tidak membohongimu," rayu Jun Hwan kepada So Myung, tapi kali ini So Myung tidak menganggap bahwa Jun Hwan benar-benar merasa tengah kesakitan. Dan So Myung pun mengarahkan pandangannya ke arah yang lain. Sedangkan Jun Hwan ia masih merintih kesakitan seraya meemegangi perutnya."Ya So Myung, kamu benar-benar tidak mau merawatku?" Tanya Jun Hwan memastikan."Buat apa aku merawatmu, sedangkan kamu sudah baik-baik saja. Ya sudah, aku mau pergi saja dari sini dan kembali ke rumah sakit." Jawab So Myung dengan dingin.Tanpa mempedulikan Jun hwan, So Myung berdiri dan hendak melangkah. Tapi Jun Hwan menahan kepergian So Myung dengan berkata, "Tapi ini beedarah So Myung dan benar-benar terasa sakit." Seketika So Myung membalikkan tubuhnya dan ia p
"Dokter Ji Tae, bukankah sudah pernah saya katakan kepada Anda bahwa saya tidak akan pernah menerima cinta Anda. Jadi, jangan pernah Anda mendekati saya lagi!" Cetus So Myung yang merasa geram terhadap perilaku Ji Tae.Setelah mengatakan hal itu kepada Ji Tae, So Myung pergi meninggalkan Ji Tae begitu saja dan melewati Ji Tae yang masih berdiri mematung di koridor rumah sakit. Dan setelah kepergian So Myung, Ji Tae pun menggerutu kesal, "Sial! Lagi-lagi wanita itu mencampakkan aku begitu saja. Memang harus diberi pelajaran agar wanita itu tidak bisa berbuat seenaknya kepadaku."Ji Tae pergi dengan mengepalkan kedua tangannya. Dan tanpa sengaja Ji Tae menabrak Jun Hwan ketika di persimpangan koridor menuju ke lobi. Yang membuat Ji Tae marah kepada Jun Hwan, "Hah, kalau jalan itu pakai mata." Setelah mengatakan hal itu kepada Jun Hwan, Ji Tae pun pergi begitu saja dan melewati Jun Hwan."Ada apa dengan Dokter itu? Mengapa